bab 13; awal pendekatan

448 23 2
                                    

Sedari tadi yang Keyna lakukan hanya melamun sambil mengaduk mocca fload nya. Entah pikiranya sedang berkeliaran ke mana Keyna juga tidak tahu. Walau hubungannya dengan Kenan sudah resmi putus, bayangan lekaki itu masih bersarang di dalam benaknya.

"Udah gak usah lo dengerin omongannya Kenan," ujar Rey mengusap pungung tangan Keyna.

Pulang sekolah tadi Rey mengajak Keyna untuk makan siang bersama. Anehnya Keyna tidak punya alasan menolak niat baik Rey, "Gue enggak peduli omongan dia."

"Udah dua tahun lo pacaran dan Iren ngaku lima tahun pacaran," Rey membuka kembali pembicaraan dengan mengangkat hubungan Keyna dan Kenan yang semakin memanas. "Jadi, yang selingkuhannya Kenan lo apa Iren."

"Kalau Kak Rey udah tahu dari lamanya pacaran kenapa masih nanya?"

"Lo keberatan gue bahas hubungan kalian?"

Keyna menghembuskan nafas, "sedikit." Rey kembali sibuk dengan french fries miliknya yang tinggal setengah. "Ya Kak Rey tahu sendiri gosip-gosip di sekolah. Bikin kepala gue pengen meledak."

"Emang si Kenan gak pernah jelasin ke lo atau kenalin Iren ke lo gitu?" tanya Rey dengan mulut yang masih mengunyah.

"Pernah," Keyna mengambil jeda sebentar. "Dan gue tolak, buat apa juga gue dengerin penjelasan dia kalau gue udah tahu sendiri."

"Maksud lo?"

"Susah Kak jelasinnya," dan gak bakalan gue jelasin juga ke lo sih Rey. Yang ada lo semakin jelek-jelekin mantan gue nanti.

Rey hanya mengangguk mendengar ucapan Keyna. Mungkin memang perempuan itu tidak mau memberi tahu Rey. Kalau gitu gue akan cari tahu kebenarannya.

"Lo gak pernah nanya sama Iren sejak kapan dia kenal Kenan?" Rey sudah seperti detektif yang sedang melakukan introgasi.

Keyna mengeleng, "buat gue ini udah gak penting. Sekarang gue sama Kenan udah putus. Mau Iren dekat sama Kenan mau Iren jadian sama Kenan, gue udah gak peduli lagi."

"Woy Ken!" ujar Rey membuat Keyna memutar kepalannya. Keyna menghembuskan nafas kasar karena ia dengan mudahnya dibodohi oleh Rey. Anjir!

"Itu tadi yang lo maksud gak peduli?" kali ini Rey merasa menang. "Harusnya lo mikir dulu sejak kapan gue nyapa Kenan?"

Anjir bener lagi!

"Key, lo masih gamon sama Kenan ya?"

"Kak Rey kok jadi bahas Kenan sih. Bahas yang lain aja deh, gue males kalau bahas dia terus. Bisa berbusa mulut gue ngumpat terus."

Rey cekikikan mendengar ucapan dari Keyna, "Yaudah gue ganti pertanyaannya. Gue bantuin move on gimana?"

Byur!

Keyna menyemburkan mocca fload yang sudah masuk ke dalam mulutnya. Bisa tidak lelaki yang ada di hadapan Keyna ini di suruh pergi dulu?

"Lo gak harus jawb sekarang. Tenang aja gue kasih lo waktu," ujar Rey lagi.

"Gue mau pulang."

"Oke, gue antar."

+62**********

Gue punya jawaban dari semua pertanyaan lo.

===

"Lo harus ngasih tahu Keyna yang sebenarnya," Iren terus memaksa Kenan yang sedari tadi masih bungkam. Lelaki itu menatap ke depan, menyaksikan layar televisinya tanpa memperdulikan apa yang sedang ditampilkan. "Ken dengerin gue dong!"

"Gue sama Keyna udah putus. Mau lo apa?!"

"Gue mau lo resmiin kita."

Kenan meninggalkan Iren yang masih diam di ruang tamu. Ia memilih pergi ke belakang rumah Iren, setidaknya menjauh dari perempuan itu. Iren yang masih belum puas dengan jawaban Kenan terus mengikuti kemana perginya Kenan.

"Ken..."

"Apa lagi sih?!" ujar Kenan memutar badannya seratus delapan puluh derajad menghadap ke arah Iren. Melihat Iren yang sudah memegang dada kirinya membuat Kenan meredam emosinya. Ia segera mengangkat tubuh Iren sebelum perempuan itu terjatuh.

Kenan berlari menuju kamar Iren untuk mencari inhare yang biasa Iren gunakan. Iren berusaha tetap sadar dan mengatur nafasnnya.

Kenan membantu Iren untuk duduk, "Sekali lagi lo kumat kayak gini gue bilangin ke bokap lo."

Iren hanya mengeleng pelan. Ia measih mengatur nafasnnya sebelum menjawab ucapan Kenan, "Gue gak mau balik ke Amerika."

"Ren, lo harus pentingin hidup lo."

"Lo pikir sekarang gue gak lagi mentingin hidup gue? Gue seneng Ken kalau gue bisa sama lo kayak gini," jawab Iren.

Karena tidak mau kembali memperdebatkan ke egoisan masing-masing Kenan memilih diam begitu juga dengan Iren. Ia hanya menunduk sambil memainkan jarinnya. Kenan yang tidak tega melihat Iren segera menarik perempuan itu ke dalam dekapannya.

"Maaf," ujar Kena pelan.

"Gue sayang sama lo," Iren membalas pelukan Kenan. "Cuma lo yang bisa ngertiin gue selama ini Ken. Cuma lo yang gue punya dan cuma lo yang gue inginkan."

"Hust...hust...jangan nangis."

Bukannya berhenti menangis Iren justru semakin terisak. Ia bisa melihat Kenan yang peduli dengan kondisinya. Ini salah satu alasan yang membuat Iren tidak rela membiarkan Kenan dekat dengan siapapun. Karena bagi Iren, Kenan adalah segalanya. Dan ia tidak suka membagi segalanya dalam kamus hidupnya. Atau orang itu akan Iren lenyapkan.

"Gue harus pulang," ujar Kenan melepaskan pelukannya.

Iren mengerucutkan bibirnya sebal. Ia kembali memeluk Kenan yang juga kembali melepaskan pelukannya, "Besok pagi gue jemput."

"Janji?"

"Iya."

Cup!

Iren mendaratkan bibirnya di pipi kanan Kenan, "Hati-hati sayang."

Kenan-Kenan gampang juga lo gue bodohi, batin Iren.

===

Udh follow authornya?
Udah vote?

K I T A [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang