Chapter 15

1.3K 106 0
                                    

"Kau..." ucapan Anna terhenti ketika dia melihat sosok itu lagi. Sosok yang dia lihat di dalam mimpinya beberapa tempo yang lalu. "Bukankah kau orang yang sama dengan beberapa hari yang lalu?" tanya Anna.

Sosok misterius itu tidak menjawab, masih menyunggingkan senyum keibuannya kepada Anna. Senyumnya mampu membuat hati Anna sedikit tenang, dia sebelumnya tidak pernah merasa tenang hanya karena menatap senyuman seseorang.

"Kemarilah, aku belum sempat berbicara waktu itu," kata sosok tersebut.

"Apa yang kau ingin bicarakan denganku? Aku tidak mengenalmu sama sekali," ujar Anna.

Sosok itu hanya tersenyum paham, dia tahu Anna sedikit takut dengannya, "Tidak perlu takut denganku, kau bisa memanggilku Vexie. Aku hanya ingin memberimu kabar, karena ini sudah tiba waktunya untuk diketahui olehmu,"

"Bisakah kau membicarakannya dengan tidak bertele-tele?"

Vexie mengarahkan Anna untuk duduk di sampingnya. Anna dengan patuh menuruti. Perasaannya sangat campur aduk. Dia sebenarnya sangat ingin tahu apa yang ingin Vexie katakan. Dia yakin apa yang akan Vexie katakan berkaitan dengan kegusaran yang dia rasakan.

"Usiamu sudah beranjak 21 tahun, itu artinya kau sudah siap kembali ke negerimu. Namun, kembali ke negerimu harus membutuhkan banyak usaha. Kau tidak bisa dengan mudah kembali ke sana," ucap Vexie membuat Anna tidak paham sama sekali.

"Negeriku? Bukankah Midten Land adalah negeriku? Aku lahir di Neamh, kota di Midten Land. Dan apa yang kau katakan tadi? Aku harus kembali ke negeriku? Omong kosong apalagi ini." kata Anna.

"Kau tidak mengetahuinya. Tempatmu bukanlah di Neamh. Neamh hanyalah tempat persembunyianmu agar kau bisa selalu aman."

Kemudian Vexie mulai menceritakan kepada Anna. Tentang Kerajaan Fackla, Raja Stefan, Ratu Elena dan Pangeran Edmund. Vexie menjelaskan bahwa Anna adalah putri Kerajaan Fackla, kerajaan para peri. Pertempuran yang dimulai puluhan tahun yang lalu, memaksa sang raja harus mengamankan Anna ke Neamh. Sebenarnya Neamh dan Fackla tidaklah terlalu jauh, lokasi Fackla berada di Pegunungan Fallegt. Hanya saja ada portal gaib yang membatasi antara Neamh dan Fackla, hanya makhluk immortal saja yang bisa melihat portal tersebut.

Lalu sang ratu mengutus tukang sisirnya untuk menjaga anaknya. Dengan berat hati Ratu Elena harus merelakan kalau dia akan berpisah dengan putrinya. Ditambah dengan kutukan aneh yang menimpa Anna, yaitu kutukan yang bilamana Anna mengetahui dan bertemu dengan Ratu Elena, maka dia akan mati. Vexie mengatakan, dia bisa melumpuhkan sedikit kutukan tersebut. Namun dia tidak bisa melumpuhkan secara total, jika Anna bertemu dengan Ratu Elena, nyawanya pasti terancam.

Ada satu penawar kutukan tersebut. Akan tetapi untuk mendapatkan penawar tersebut, memerlukan pengorbanan jiwa. Sebab, untuk mendapatkannya seseorang harus ke sebuah pulau kecil yang ada di daerah South Land. Tempat itu sangat berbahaya bagi siapapun. Hampir semua orang yang ke sana tidak bisa kembali, mereka pasti mati di tengah jalan. Termasuk bagi para peri, tempat itu begitu membahayakan nyawa mereka.

"Kenapa kau baru memberitahuku sekarang. Kenapa Sarah juga tidak pernah memberitahuku. Kenapa ayahpun tidak pernah menyinggung ini kepadaku?" tanya Anna bertubi-tubi. Pada dasarnya Anna masih belum bisa mempercayai semua yang dikatakan oleh Vexie, karena ini terlalu rumit baginya.

"Apa aku memang pantas dibuang?" secara tidak sadar Anna menanyakan itu.

"Yang Mulia, bukan maksud begitu kami menyembunyikan semua ini darimu. Justru Anda sangat layak berada di Kerajaan Fackla, Anda adalah putri kebanggaan kami, mana mungkin kami bermaksud membuangmu. Ini semua sengaja disembunyikan darimu dan baru kali ini aku memberitahumu karena saat ini usia dan jiwamu sudah mampu menerima semua resiko yang akan menimpamu jikalau tiba-tiba hal yang buruk datang kepadamu. Tetapi Anda tidak perlu takut, sebab kami semua akan selalu menjagamu." Jelas Vexie yang membuat Anna bungkam.

"Kalau aku boleh menyarankanmu, jauhilah sahabatmu yang bernama Alan. Aku mempunyai firasat buruk kepadanya." lanjutnya. Lagi-lagi Anna hanya diam tak berkutik. Dia bingung harus mengeluarkan kata apa lagi. Semua informasi yang baru saja dia dapat begitu membuat otaknya bingung.

****

Anna terbangun dengan nafas tersengal-sengal. Dia memimpikan orang yang sama dengan beberapa hari yang lalu. Jantungnya masih berdetak lebih cepat, dia merasa bahwa apa yang dikatakan orang yang mengaku bernama Vexie di mimpinya itu benar.

Akan tetapi ini masih menjadi teka-teki bagi Anna. Masih banyak yang belum dia ketahui, yang disampaikan Vexie masih belum membuatnya puas. Dia yakin masih ada rahasia besar yang belum diketahuinya. Dia harus mengetahui secepatnya.

Anna menghela nafas, dia berpikir drama apa yang tengah menimpanya ini. Meskipun dia adalah pecinta hal-hal yang biasa disebut mitos ataupun legenda, bahkan dia mempercayainya, tapi entah kenapa kali ini justru membuatnya sedikit takut. Dia belum pernah berhubungan dengan hal-hal mistis sebelumnya.

Ucapan Vexie masih mengiang di kepalanya, bahwa Anna adalah putri Kerajaan Fackla. Bahkan Anna pun baru mengetahui nama kerajaan itu, kerajaan para peri.

"Jadi aku ini seorang peri?" Anna menatap tubuhnya di depan cermin. "Di mana sayapku jika aku memang seorang peri?"

Raja Stefan, Ratu Elena dan Pangeran Edmund. Anna terus mengeja nama tersebut. Apa benar mereka adalah keluarganya? Yang diketahui hanya Stefan saja. Pangeran Edmund, Anna merapalkan nama itu. Dia sedikit gembira mengetahui jika dia mempunyai seorang kakak, Anna kira dia anak tunggal.

"Ratu Elena," ucap Anna terasa getir, "Namanya sangat cantik, pasti orangnya pun cantik." lanjutnya.

Anna menatap jam dinding di kamarnya. Sekarang sudah pukul 09.00, hari ini dia tidak ingin pergi ke kampus. Dia masih ingin mengetahui lebih lanjut tentang keluarga aslinya.

"Apa mimpiku itu benar? Bagaimana jika itu hanya bunga tidur?" Anna kembali bernapas gusar.

"Aku hanya gadis biasa, bukan? Ayahku memang bernama Stefan, dan ibuku bernama Sarah. Mereka orangtuaku. Mereka juga manusia biasa, bukan peri."

Pikirannya makin berkecamuk, antara mempercayai mimpinya atau justru terus menganggap hanya bunga tidur seperti biasa. Di satu sisi, dirinya mempercayai semua yang dikatan Vexie, namun di sisi yang lain dia tidak mempercayainya.

"Lama-lama aku bisa gila terus memikirkan mimpi itu," Anna menggerutu. "Ada baiknya mungkin aku langsung tanyakan saja pada ibu."

Anna sudah beranjak dan memegang engsel pintu, tapi keragu-raguan menghampirinya. Bagaimana jika Sarah juga menganggap itu hanya mimpi biasa? Atau jika dia juga mengetahuinya, apa Sarah akan memberi kejelasan pada Anna?

"Persetan dengan respon dari ibu. Yang terpenting aku harus bertanya terlebih dahulu. Rasa penasaranku yang setengah mati tidak bisa dibiarkan terus begini. Aku bisa mati konyol karena memikirkan hal sialan ini." ujar Anna sambil melangkah ke luar kamarnya.

****

Tbc

Akhirnya selesai ngerevisi. Sebenarnya gak banyak yang direvisi, cuma yang tadinya gak ada nama sekarang udah aku kasih nama. Selain itu, ada beberapa nama daerahnya juga yang aku ganti. Aku harap kalian menikmatinya.

Oke sekian dulu, saya undur diri. Sampai jumpa di chapter selanjutnya. Love ya!

30 Agustus 2019

DodhéantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang