Chapter 16

1.3K 127 1
                                    

Perang masih terjadi di Fackla. Para peramal memprediksikan bahwa peperangan ini akan berlangsung agak lama, karena Lucifer dan kawanannya akan terus melayangkan perlawanan sebelum dendam raja mereka terpenuhi.

Raja Stefan dengan gagah menaiki kuda. Saat ini dia sedang berhadapan dengan para Nephilim yang menjadi sekutu Lucifer. Pedang milik Raja Stefan yang berwarna perak dan gagangnya berwarna emas itu siap menebas kepala Nephilim yang ada di hadapannya. Dia mulai memacu kuda yang ia tunggangi. Raja Stefan memang dikenal sebagai pemacu kuda terbaik, karena dia begitu lihai memacu kudanya, baik di medan tempur maupun tidak.

Dengan sekali gerakan yang begitu gesit, Raja Stefan berhasil menebas 7 kepala Nephilim. Pedangnya memang sangat mematikan, bahkan tergores sedikit saja oleh pedang miliknya, bisa menyebabkan orang tersebut seperti terkena serangan jantung.

Masih ada beberapa Nephilim lagi yang tampaknya tengah menahan amarah karena rekan mereka mati dengan sekali tebasan oleh sang raja. Dengan segera mereka melakukan serangan balik. Beberapa kali pedang para Nephilim berhasil menggores kulit kuda kesayangan raja, untungnya sang raja bisa mengendalikannya dengan gesit, sehingga gagal melukai terlalu dalam.

"Kurangajar!" maki sang raja ketika salah satu Nephilim menyerang tangan kirinya, akibatnya tangan kiri sang raja kini berdarah.

Raja Stefan sedikit menjauh dari kawanan Nephilim tersebut, dia berpikir sejenak cara menghabisi Nephilim keparat itu. Pada dasarnya kaum Nephilim bisa saja menjadi sekutu Fackla, tapi mereka lebih tergiur dengan janji busuk Si Lucifer.

Raja Stefan sudah siap kembali menghabisi Nephilim di depannya. Dia turun dari kudanya dan berjalan dengan hati-hati ke kawanan Nephilim itu. Pedang mereka terus beradu menimbulkan suara khas. Gerakan sang raja pun sangat lincah melakukan penyerangan, dia berhasil mengecohkan perhatian Nephilim. Dia juga begitu lihai memainkan pedangnya, dengan gampang dia menghunus pedang miliknya ke dada Nephilim, lalu kembali menariknya yang membuat musuhnya mati seketika. Serangan itu ia lakukan berulangkali. Namun, dia juga mendapat beberapa luka goresan, baik di tangan, wajah, maupun kakinya. Luka goresan tersebut terasa seperti luka bakar yang menyakitkan, dia harus kembali ke istana untuk mengobati luka-lukanya.

Sementara itu, di bagian timur Fackla sudah ada para penyihir dan bangsa Centaur. Bangsa setengah manusia dan setengah kuda itu terus melemparkan sasaran dengan tombaknya. Sedangkan dari pihak musuh, bangsa vampir dan werewolves juga beberapa kali memblokade serangan dari bangsa Centaur maupun para penyihir.

"Kurang ajar sekali manusia serigala itu! Dia hampir menggigitku, sialan!" ujar Meiga geram.

"Jangan banyak bicara, Anak Muda! Lebih baik kau segera lakukan serangan balik bukan malah menyumpah serapahi musuh." ujar Laudy, bangsa Centaur perempuan.

Laudy terlihat sangat mempesona dengan tombak miliknya. Dia terus menombak para musuh dengan gesit. Sudah banyak bangsa manusia serigala yang tergeletak mengenaskan akibat aksi Laudy tersebut. Cara dia menangkis serangan pun membuat mata yang menatapnya merasa kagum.

Laudy memang terlahir dari kalangan prajurit, sedari kecil ia sudah diajarkan untuk bertarung. Hidupnya juga liar di tengah hutan. Tak heran jika dia sangat handal melawan musuh.

Di tempat lain, para penyihir yang telah ditugasi menjaga istana mulai kewalahan karena sekutu Lucifer terus-terusan mencoba membobol garis pembatas di sekitaran istana yang telah diciptakan oleh penyihir Fackla. Penyihir dari pihak Lucifer juga terus merapalkan mantra untuk memecahkan sihir pembatas tersebut. Sayangnya, garis pembatas yang diciptakan penyihir Fackla terlalu kuat dikalahkan.

Beberapa kali Tristan dan kawanannya mencoba menerobos pembatas tersebut, namun aksi itu hanya membuat tenaga mereka terkuras dan menyebabkan pembatas tersebut semakin kuat.

"Sial! Tenaga kita tersalur ke pembatas ini." Tristan berdecih. Peluh para penyihir Lucifer pun sudah mulai berceceran, mereka sudah berjuang keras memecahkan sihir pembatas untuk menerobos ke istana Kerajaan Fackla, akan tetapi usaha mereka semua sia-sia.

"Sudahlah kembali saja ke kastil Lucifer. Penyihir bodoh seperti kalian tidak memiliki tempat di Fackla. Fackla terlalu suci untuk makhluk najis seperti kalian," ujar Greesa, salah satu penyihir senior di Fackla.

"Hey, jaga bicaramu! Seperti kalian tidak najis saja bagi kami," balas Tristan yang mulai terpicu oleh lontaran Greesa.

"Tentu saja kami lebih suci dari kalian yang makhluk kotor. Bahkan binatang pun enggan bersama kalian, kecuali sesama najisnya," ucap Greesa lagi yang disambut kekehan oleh penyihir dari pihaknya.

"Tidak ada makhluk suci yang berkata demikian, perkataan kalian lebih najis dari makhluk najis," sahut Freedie yang ada di samping Tristan.

Greesa dan kawanannya tersenyum kemenangan, "Senang rasanya memancing amarah penyihir Lucifer. Gampang sekali terpicu."

Ujaran Greesa berhasil membuat Tristan melontarkan makian. Dia tidak menyangka dirinya ternyata sangat mudah terpicu oleh lontaran yang keluar dari mulut Greesa.

****

"Jadi kau sudah mengetahuinya? Aku tidak mengira kau akan mengetahui secepat ini," kata Sarah sambil melayangkan senyum keibuannya pada Anna.

Anna baru saja menceritakan semua mimpinya kepada Sarah. Sebenarnya Sarah agak terkejut ketika Anna memberitahu mimpinya. Dia juga sempat khawatir karena menurut kutukan yang menimpa Anna, ketika dia mengetahui ibunya, maka nyawanya terancam. Namun dia kembali tenang seusai Anna menjelaskan bahwa Vexie bisa sedikit melumpuhkan kutukan itu.

"Apa yang dikatakan Vexie benar," Sarah menghela napas. Dia masih sedikit ragu untuk menceritakan kembali. Dia takut bila keputusannya untuk menceritakan kepada Anna adalah kesalahan.

"Kau memang bukan anak kandungku. Tapi ayahmu yang kau ketahui sekarang adalah ayah kandungmu. Aku hanyalah tukang sisir ibumu yang diutus untuk merawatmu."

Anna diam, tak menjawab sepatah kata pun.

Anna menghela napas berat, akalnya belum bisa mencerna semua berita yang akhir-akhir ini ia terima. Sebagian dalam dirinya membenarkan berita tersebut, tapi sebagian lainnya menolak mentah-mentah. Sebab semua ini terkesan memainkan dirinya.

"Jadi aku tidak bisa menemui ibuku? Orang jahat mana yang memberiku kutukan ini?" Anna menatap Sarah nanar.

Sarah menangkup wajah Anna dengan kedua tangannya, menghapus air mata yang tiba-tiba mengalir, "Ann, kau tak perlu khawatir. Ibumu di Fackla sangat menyayangimu. Tenangkanlah dirimu, semua orang di Fackla juga berusaha keras menemukan penawar kutukan itu."

Sarah membawa Anna ke dalam pelukannya. Dia bisa merasakan bagaimana perasaan Anna. Pastilah gadis itu merasa bimbang, sedih dan bingung.

Anna melepaskan diri dari pelukan Sarah, lalu mengusap air matanya. Dia tersenyum kecil pada Sarah, yang seketika membuat hati Sarah terenyuh.

Dia terkekeh, "Ibu, kenapa kau malah menangis?"

Hati Sarah menghangat ketika Anna menyebutnya ibu dengan begitu lembut. "Tidak, Yang Mulia. Aku hanya heran, kenapa Anda bisa sekuat ini?"

Anna menggeleng kecil, "Ibu, jangan memanggilku begitu. Aku tidak pantas disebut seperti itu,"

"Kau adalah putri kesayangan Fackla, sayang. Kau tentu sangatlah pantas disebut demikian. Kau tahu? Seluruh warga di Fackla selama berpuluh-puluh tahun sudah menunggu kehadiranmu, mereka tidak sabar berjumpa dengan putri kesayangannya." ujar Sarah, memberi sedikit kebahagiaan pada Anna.

Setelah itu, Anna pamit pergi ke kamarnya dan meninggalkan Sarah sendirian.

****
Tbc

Jangan lupa vote dan beri opini kalian terhadap part ini, ya!

Saya berharap beberapa diantara kalian berkenan memberitahu kekurangan dari cerita ini. Itu akan sangat berarti bagi saya.

14 September 2019

DodhéantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang