Chapter 19

1.3K 113 5
                                    

"Roger, apa kau tidak lapar? Aku sangat laparr," ujar suara yang terdengar seperti suara anak yang manja.

"Livie, kita harus tetap mengawasi mereka," ujar pemilik suara yang mempunyai nama Roger.

Terdengar ada helaan napas, "Tapi Roger, yang mengawasi mereka bukan hanya kita. Masih ada sekitar dua puluh lagi diantara kita! Ayolah aku sangat lapar,"

Roger bersiap melafalkan mantra, tetapi Livie justru menghentikannya.

"Aku tidak mau makanan dari sihirmu!" kata Livie membuat Roger sedikit geram. "Aku hanya ingin makanan asli bukan manipulasi!" Lanjutnya merajuk.

"Livie, kau tahu aku sangat mencintaimu," Roger menatap Livie dalam. Tangannya membelai halus pipi Livie. "Tapi perintah Lucifer adalah mutlak. Kita tidak bisa lari dari perintahnya jika kita tidak ingin binasa dalam sekejap,"

Livie tertunduk menahan tangis, memori tentang Roger di masa lalu lagi-lagi melewati pikirannya. "Roger, maafkan aku." Ucap Livie sembari memeluk Roger erat.

Peristiwa beberapa tahun yang lalu, yang hampir saja merenggut nyawa Roger kembali menghantui Livie. Ketakutan yang sudah lama ia pendam kini muncul lagi. Kesalahan yang Livie buat hampir saja melenyapkan nyawa orang yang paling dia cintai. Roger adalah satu-satunya orang yang Livie punya. Dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi.

"Ssshttt... aku mohon jangan menangis," Roger memperdalam dekapannya pada Livie.

"Roger, aku sangat membenci Lucifer." ucap Livie dengan lirih, tetapi Roger masih bisa mendengarnya.

*****

Dalam kepanikkannya, Sarah memutuskan pergi ke Fackla setelah dari perbatasan Farast tadi. Dia yakin jika bawahan Lucifer telah menyulik Putri Eliza. Walaupun sebenarnya Sarah sangat takut untuk melaporkannya pada Raja Stefan, akan tetapi dia harus bertanggungjawab. Ratu Elena dan Raja Stefan telah memberikan kepercayaan padanya untuk menjaga Putri Eliza. Sarah sudah siap menerima sangsi yang akan diberikan oleh Raja Stefan, meskipun itu adalah kematian.

Seusai Sarah menceritakan secara runtut tentang Putri Eliza, kini suasana istana menjadi tegang. Raut wajah Raja Stefan setelah mendengarnya tidak dapat ditebak, dan memang sulit untuk menebaknya. Raja Stefan memang jarang sekali menampilkan amarah di hadapan rakyat-rakyatnya. Namun, semua kebijakan yang telah dia buat harus ditegakkan seadil-adilnya tanpa pandang bulu.

Sarah telah melakukan kelalaian, dan sesuai hukum yang telah ditetapkan Raja Stefan, yang mengatakan bahwa, "Siapa saja yang melakukan pelanggaran apapun pada keluarga kerajaan, maka dia harus dipenjara selama tidak lebih dari dua tahun...."

"Maxim, lakukan tugasmu." Ujar sang raja yang segera diangguki oleh panglima kerajaan tersebut.

Sarah hanya pasrah ketika tangannya sudah diborgol, yang kemudian diarahkan oleh Maxim ke ruang penjara bawah tanah. Sarah menatap takut tatkala dia melihat satu persatu orang yang ada di balik jeruji besi terlihat sangat mengerikan.

"Jangan berpikir kami membiarkan semua tahanan ini tanpa memberi mereka makanan." Maxim tampaknya tahu apa yang dipikirkan Sarah.

Maxim membuka salah satu sel tahanan kosong, dengan sendirinya Sarah masuk ke sel tersebut. Ada raut tidak tega dari wajah Maxim, tapi hukum tetaplah hukum.

"Panglima, tolong sampaikan maafku pada Raja Stefan. Aku telah menghancurkan kepercayaannya dan juga Ratu Elena. Aku tidak berharap lebih, kecuali sang raja dan ratu memaafkan aku," ucap Sarah dengan tegas.

Maxim mengangguk, "Aku tahu kau sudah berjuang keras untuk menjaga Putri Eliza." Kemudian Maxim dan prajurit yang ikut dengannya melangkah keluar.

Sarah menghela napas, penjara mungkin tempat yang layak baginya. Dia tidak menyangkal bahwa dirinya merindukan Eliza. Andai waktu itu dia memperketat pengawasannya pada Eliza, mungkin ini tidak akan terjadi.

"Sarah, tukang sisir Ratu Elena," ucap seseorang di sebelah sel tahanan milik Sarah. Wajahnya tidak terlihat, karena dia berada di dalam kegelapan.

Sarah terlonjak kaget sambil menatap orang yang tadi memanggilnya, "Siapa kau?"

Orang tersebut tertawa, "Apa pentingnya kau menanyakan itu?" Orang tersebut tidak melakukan pergerakan, tetap diam di sudut kegelapan tersebut. "Kau dipenjara hanya karena melakukan kesalahan kecil dan sebenarnya itu bukanlah kesalahanmu. Betapa mudahnya kau dibodohi raja bodoh itu," lanjutnya.

"Jangan pernah sekali-kali kau menghina rajaku! Kau tidaklah berharga, kecuali orang yang hina." Setiap warga Fackla yang telah menyerahkan kesetiaannya pada Raja Stefan, akan selalu patuh padanya, termasuk Sarah. Raja Stefan adalah penguasa yang adil, setiap warga Fackla pasti mengetahui fakta tersebut.

"Aku pun dulu sepertimu, sangat cinta dan patuh padanya. Namun, semuanya hilang saat...."

"Jangan pernah berani untuk menyelesaikan kalimatmu! Aku mengenal sang raja dan ratu dengan baik, aku tidak akan percaya satu kata pun yang keluar dari mulut kurang ajarmu itu!" Ujar Sarah menggebu seraya menatap tajam seseorang yang ada di sudut kegelapan itu.

****

Anna mendesah pelan, merasa tidak nyaman dengan suasana saat itu. Tidak tahu apa yang tengah terjadi, tetapi tiba-tiba Anna merasa khawatir. Dia ingin pulang. Namun, sudah sekitar satu jam dia mengamati luar kastil, dia tidak menemukan satu pun jalan setapak yang bisa ia lalui untuk kembali ke rumah.

"Sial, kenapa kastil ini dipenuhi pohon-pohon yang lebat. Aku bahkan tidak melihat ada celah untuk keluar."

Kastil ini terasa seperti penjara. Anna juga merasa sedari tadi ada yang terus mengamati gelagatnya. Dia pun tidak tahu Alan ada di mana, dia sudah mencarinya untuk meminta bantuan pulang ke rumah, tetapi ia tidak menjumpai Alan di mana pun. Anna memutuskan berjalan ke lantai dua. Dia masih ingin tahu lebih tentang kastil milik Alan ini.

Anna terperanjak kaget ketika sekelebat bayangan hitam lewat dengan cepat. Dia harus waspada dengan situasi saat itu.

"Siapa kau?"

Kembali. Bayangan tersebut lewat begitu cepat di hadapan Anna. Bayangan itu masuk ke sebuah ruangan yang tidak diketahui Anna. Anna berjalan pelan menghampiri ruangan tersebut untuk sedikit mengintipnya.

Anna membelalakkan matanya tatkala ia melihat sekumpulan makhluk menyeramkan sedang berkumpul di ruangan tersebut. Anna ingin kembali turun. Namun, sialnya dia justru menyenggol vas bunga yang terpajang di samping lemari kuno. Sontak semua pandangan menatapnya, detik selanjutnya makhluk-makhluk menyeramkan itu tersenyum miring.

"Ah Tuan Putri telah kemari." lontar salah satu dari makhluk itu.

Anna ketakutan. Selama hidupnya dia tidak pernah berada di situasi seperti saat ini. Dia ingin sekali berlari menyelamatkan diri, tapi tiba-tiba kakinya kelu tidak bisa digerakkan. Segerombolan serigala telah mengelilinginya. Anna tercekat menahan napas, bahkan tubuhnya sudah gemetar karena terlalu takut.

Satu serigala mengaum, yang disambut serigala lainnya.

"Tolong jangan sakiti aku." Anna memohon dengan pasrah.

Salah satu serigala yang mempunyai tubuh kekar berjalan tepat di hadapan Anna, kemudian kembali mengaum dengan keras hingga mampu membuat Anna hilang kesadaran. Anna yang telah terjatuh pingsan disambut tawa oleh makhluk-makhluk menyeramkan itu.

*****
Tbc

Ada yang nunggu saya update?
Oh okay gak ada.

Dipublikasikan, 6-11-2019

Salam,

Aisya1464

DodhéantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang