Sorry for typo and happy Reading
Gadis itu menatap heran pada gadis yang tengah berjalan di Koridor tak jauh darinya itu
"JENNIE!!"
Gadis itu berbalik dan benar saja dia adalah Jennie Darmantara, adik perempuan satu-satunya Dya.
"Eh kak Dya, aku cariin juga"
Dya mengernyit heran
"Bukannya kamu udah tau kelas kakak di mana? Kan udah pernah dateng"
Jennie terlihat gelagapan
"Ah-eheheh iya kak, tapi kan itu udah lama jadi sekarang rada lupa gitu"
Dya mengangguk mengerti, tak ingin terlalu mempermasalahkan meski sedikit merasa ada hal yang menjanggal.
"Jadi kamu mau ngapain ke sini?"
"Jemput kakak lah, aku baru pulang dari rumahnya Ririn jadi mampir dulu"
Gadis berpipi bulat itu mengangguk mengerti
"Yaudah pulang yuk"
"Yuk"
Dya dan Jennie berjalan berdampingan menuju gerbang sekolah, namun tiba-tiba seorang laki-laki datang menghalangi
"Lo mau pulang Dy?"
Dya mengerjap, kehadiran Devon begitu tiba-tiba membuatnya sedikit terkejut dan tak tau harus bereaksi seperti apa setelah melihat pertemuan cowok itu dengan Keyla.
"I-iya Von, gue pengen balik" balas Dya Datar
"Oh, yaudah gue juga pengen pulang. Btw lo Jennie kan?"
Devon menunjuk Jennie yang ada disamping Dya
"I-iya kak"
Entah hanya perasaan Dya atau memang pipi Jennie sedikit memerah saat berbicara dengan Devon, tapi ia tak ingin berburuk sangka dan mengenyahkan pemikirannya itu.
"Yaudah Von, gue balik dulu ya"
"Oh iya"
Dya dan Jennie beranjak meninggalkan Devon yang masih menatap kepergian mereka sampai tak lama seorang gadis muncul
"Kamuflase yang bagus"
🌻🌻🌻
"Itu mantan kakak waktu SMP itu kan?"
Dya mengangguk. Mereka sedang berada di mobil dengan pak Seto yang menyetir.
"Kok kayak akrab gitu, kakak udah maafin dia? Pengen balikan lagi?"
Dya mengernyit, kenapa Jennie seakan memprovokasi nya?
"Ya... Emang temenan sama mantan salah? Lagipula kita juga temen sekelas"
Jennie menarik nafas gusar
"Tapi dia pernah nyakitin kakak. Dan semudah itu kakak maafin dia? Kakak emang gak mikir kalo dia itu sengaja pindah ke sekolah kakak untuk deketin kakak lagi? Please kak jauhin dia. Aku cuma nggak mau kakak sakit hati lagi gara-gara dia"
Dya terdiam dan memikirkan ucapan Jennie barusan
"Kakak usahain"
Lirihnya pelan
"Harus dong kak, kakak harus bisa nentuin pilihan. Kakak maafin dia tapi suatu saat kakak akan disakiti lagi atau jauhin dia dan kakak akan terhindar dari rasa sakit. Terkadang menjauh lebih baik daripada jatuh ke lubang yang sama"