Bab 17 : Penjelasan

1K 47 0
                                        

Sorry for typo and happy Reading



Gadis itu mempercepat langkahnya. Sudah tak sabar ingin menemui cowok yang harus ia tanyai.

Setelah mendengar penjelasan teman dari cowok itu, Dya langsung bergegas ketempat yang tadi Bobby bilang. Belakang kantin.

Dan benar saja, di balik dinding pemisah kantin dan halaman belakang tampak Devon yang duduk bersandar  dengan mata terpejam. Nampaknya sedang tidur.

"Von!" Dya memanggil namun tak digubris oleh si cowok

"Devon!!" Panggilnya lagi dengan sedikit keras

"Apaan?" Balas Devon dengan mata yang masih terpejam

"Jelasin!"

Devon menegakkan tubuhnya dan menatap gadis itu sepenuhnya

"Jelasin apa?" Tanyanya tak mengerti

"Semuanya"

Cowok itu menghela nafas, merasa terpojok.

"Kenapa baru sekarang? "

"Gue udah mikir kalo gue butuh penjelasan"

Cowok itu menggigit bibir dalamnya tak tau harus memulai dari mana

"Yaudah duduk dulu"

Dya mengangguk lalu duduk di samping cowok itu

"Lo tau dari siapa?"

"Nggak penting, yang penting gue harus dengerin penjelasan nya sendiri dari lo"

"Oke, gue bakal jelasin semua, tapi gue gak maksa lo percaya atau enggak karena itu hak lo. Yang penting gue udah ngejelasin"

Devon menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan, bersiap memulai cerita yang akan panjang

"Gue dan Keyla nggak ada hubungan apa-apa, kita murni temenan"

Dya cukup kaget, setelah dua tahun berlalu baru cowok itu membantah

"Gue  dan keyla ngelakuin itu cuma agar dia berenti buat ngancam keyla"

"Dia? Siapa? Jennie?"

"Iya"

"Lo boong, Jennie nggak mungkin ngancem keyla. Jennie aja nggak kenal sama Keyla. Halah! bilang aja dia bilang gitu supaya kita bisa putus kan"

Dya menatap Devon murka tak terima adiknya di tuduh seperti itu

"Gue udah bilang lo nggak  bakal percaya, tapi gue udah bilang semuanya" Jelas Devon membuat Dya mulai sedikit berpikir jika Devon sepertinya benar-benar serius.

"Jadi, apa alasan Jennie ngelakuin itu?"

"Gue. Adik lo naksir gue"

Dya kembali terkejut tak menyangka, bagaimana bisa Jennie begitu. Gadis itu mengubah raut wajah dan kembali menatap Devon angkuh, belum bisa percaya seutuhnya.

"Pede banget lo, emang lo tau darimana Jennie naksir lo? Jennie aja dulu selalu dukung gue waktu pacaran sama gue"

Devon mengusap wajah kasar, mencoba bersabar dan mencari kata yang tepat agar tak terdengar seperti menuduh atau berbohong.

"Itu cuma topeng. Adek lo itu ular, dia pura-pura baik aja didepan lo. Tapi aslinya busuk"

Kali ini Dya benar-benar murka sampai tak sadar sudah maju dan menampar cowok itu keras.

Devon mengerjab, tak menyangka cewek itu berani menampar nya.

"Sorry gue kasar, tapi kata-kata lo udah kelewatan. Lo nggak berhak nge- judge adik gue seenaknya"

Devon mengepalkan tangan kuat mencoba meredam emosi agar tak balas berbuat kasar.

"Lo dateng ke gue dan minta penjelasan. Gue jelasin. Hak lo untuk percaya atau nggak, gue gak peduli. Yang pasti gue udah bilangin dan kayaknya semua perjuangan gue selama ini emang gak pernah berarti dimata lo!!"

Dya membatu, seakan tertembak telak  saat cowok itu membalas dengan nada tinggi. Ia baru sadar. Benar juga, ia yang minta penjelasan dan saat cowok itu sudah menjelaskan ia malah berbuat kasar. Yang Seharusnya sudah bersiap menerima semuanya. Baik itu fakta baik atau bahkan buruk.

Rasa bersalah perlahan menyeruak, melihat bekas tamparan di pipi cowok itu memerah.

"Sorry, gue..... Cuma nggak percaya Jennie kayak gitu " Cicitnya agak takut jika cowok itu tiba-tiba balas menamparnya

"Lo bisa percaya bisa nggak, tapi gue mohon lo jangan terlalu menuruti semua perkataan Jennie. Kita nggak tau apa aja yang bisa dia lakuin"

Dya mengangguk, berusaha untuk percaya meski masih meragu. Tak mungkin Jennie yang ia kenal baik dan ceria seperti itu.

Lalu tanpa mengatakan apapun lagi, Dya berbalik dan hendak kembali ke kelas nya namun ditahan oleh Devon yang memegang lengannya.

"Gue..... Boleh nanya sesuatu nggak sama lo?"

Mendengar suara Devon yang tiba-tiba merendah, Dya berbalik dan kembali menatap sepenuhnya pada cowok itu.

"Apa?"

Devon menjilat bibir bawahnya. Entah kenapa tiba-tiba merasa gugup.

Ia menghela nafas panjang. Ia harus bisa. Ini adalah saatnya, ia harus memastikan.

"Lo masih cinta gak sama gue?"

Dya mengerjab. Tiba-tiba merasa tubuhnya beku dan lidahnya kelu. Ini dia pertanyaan yang terus menghantuinya selama ini.

Apakah ia masih mencintai Devon?

"Kalau lo nggak mau jawab juga gak papa kok. Gue cuma mastiin aja. Kalo udah nggak, ya gue nggak bisa berbuat apa-apa"

Dya masih diam, tak tau harus berkata apa. Masih bingung dengan perasaannya sendiri.

"Yaudah gih, masuk ke kelas. Udah bel nih"

Tanpa berkata-kata lagi Dya kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

"Gue tunggu jawaban lo!!!"

Gadis itu memejamkan matanya sejenak mencoba tetap sadar dan tak ambyar seketika.

Cowok ini benar-benar pandai membolak-balikan hatinya. Dan kenapa juga jantungnya berdegup tak tenang seperti ini.

Dya mempercepat langkahnya meninggalkan tempat itu. Ia mulai merasakan pipinya memanas.

Devon tercenung. Menatap kepergian Dya dengan raut wajah sendu. Kesedihan terlihat jelas di matanya.

"Kita harus melakukan rencana selanjutnya"

"Hm. Gue percaya lo bisa ngelakuin itu"

"Lo juga harus ngerjain bagian lo"

"Gue tau"

Tanpa menatap lawan bicaranya, Devon melangkah pergi. Menyisakan sang lawan bicara yang menarik senyum misterius dibibirnya.



TBC

EX✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang