Delapan

1.7K 144 2
                                    

Aku merapikan gaun panjang yang kupakai sebelum keluar dari mobil. Gaun itu berwarna perak hingga menjuntai ke lantai. Rambut panjangku kubiarkan tergerai sampai ke pinggangku, bergelombang seperti ombak pantai di siang hari. Sepatu hak tinggiku yang juga berwarna perak sangat kontras dengan warna karpet merah yang digelar dari pintu masuk tempat diadakannya acara.

Zena keluar mengikutiku, tangan kecilnya langsung menggandeng tanganku, memintaku untuk menuntunnya. Sama sepertiku, Zena juga memakai gaun berwarna perak selutut dengan sepatu kets berwarna putih. Rambut pirangnya dikuncir kuda, dan bergerak saat ia berjalan. Caden turun dari mobil dan langsung berdiri di sampingku, ia mengangkat Zena sebelum menggendongnya di pinggangnya.

Mobil langsung pergi setelah kami bertiga turun. Aku meminta yang lain untuk menunggu di hotel selama aku, Caden, dan Zena menghadiri acara di sini. Aku membiarkan mereka beristirahat, sebab setelah acara selesai, aku ingin langsung kembali ke Lupus Deus dan tidak berencana untuk tinggal sampai rapat tahunan alpha dan luna diadakan.

"Sepertinya kita terlambat," Caden bergumam. Aku memperhatikan Caden yang saat ini memakai kemeja berwarna perak, terbalut dengan jas merah marun yang sangat pas di tubuhnya, membuat otot tangannya terlihat lebih menonjol dari biasanya.

Perak adalah warna Lupus Deus, dan kami akan memakai itu setiap kali kami datang kesuatu acara.

Kita memang terlambat. Aku bisa mendengar banyaknya suara dan aroma yang berbeda dari balik pintu besar di hadapan kami. Empat orang berbadan besar berjaga di depan pintu, memastikan keamanan di luar selama acara berlangsung.

Aku berjalan menuju pintu ganda dengan bentuk ornamen yang sulit diukirannya. Salah satu penjaga memberhentikanku, ia menatapku dari bawah sampai ke atas dengan nafsu di matanya. Ia menjilat bibirnya, membuatku jijik melihatnya. Athena menggeram di kepalaku, tidak suka dengan tindakan penjaga mesum di depanku.

"Bisa kulihat undangannya, Manis?" mendengar suaranya membuatku ingin meninju kerongkongannya agar dirinya tidak lagi bisa bicara. Aku menyerahkan undangan yang kugenggam di tanganku. Penjaga itu mengambilnya dengan senyuman miringnya, sementara aku menatapnya dengan tatapan datar.

Penjaga itu belum menemukan pasangannya, terbukti dari dirinya yang dengan terangnya merayuku. Jika saja ia anggota pack-ku, sudah pasti aku mengusirnya dari Lupus Deus atau mungkin aku jatuhi hukuman mati. Manusia serigala itu setia dengan pasangannya, mereka hanya diberikan satu pasangan hidup dan satu kesempatan untuk membahagiakan mereka. Jika mereka mengacaukannya, akan ada konsekuensinya. Sang Dewi Bulan akan memberikan hukuman kepada mereka yang menghindari takdirnya.

Ada cara lain untuk mengetahui manusia serigala sudah punya pasangannya atau belum, yaitu dengan aroma mereka yang bercampur dengan manusia serigala lain atau mereka yang sudah ditandai dengan pasangannya, biasanya memiliki tanda di lehernya. Tanda itu untuk menandai kalau manusia serigala itu sudah menemui pasangannya.

Penjaga itu meneguk ludahnya setelah tahu dirinya sedang berhadapan dengan siapa saat ini. Kulit sawo matangnya memucat seketika, tubuhnya bergetar dengan mulut yang gemetar. Kepalanya tertunduk tidak mau menatapku.

"A-alpha Lythikos," ia terbata. Tubuhnya yang gemetar bergerak menyamping, memberiku akses jalan untuk melewatinya.

Aku menatap Caden yang hanya melihat penjaga menyedihkan itu sambil cengar-cengir, tentu saja itu lucu bagi Caden, melihat orang lain kocar-kacir jika melihatku. Aku sebenarnya tidak menyeramkan, hanya saja rumor tentang apa yang kulakukan yang membuat mereka takut padaku.

Pintu ganda itu terbuka, menampilkan aula yang disulap menjadi tempat mewah dengan tema emas. Lampu hiasan gantung yang besar berwarna emas diletakkan di tengah-tengah ruangan, sinarnya yang terang cukup untuk menyinari seluruh ruangan. Meja dan kursi ditata sedemikian rupa seperti restoran bintang lima, diisi dengan para tamu yang ingin mengistirahatkan kakinya, lengkap dengan hidangan pembuka di atas mejanya. Pelayan-pelayan berseragam mondar-mandir sambil membawa baki, menawarkan sampanye mahal kepada para tamu undangan.

King's LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang