"Kami mencintaimu, Dem. Ingat itu."
Aku selalu mengingat apa yang dikatakan ibuku saat malam terburuk itu terjadi. Kata demi kata yang ibuku ucapkan di saat-saat hembusan napas terakhirnya. Aku ingat jelas seperti baru kemarin. Bagaimana mata ibuku menatapku tanpa nyawa setelah mengucapkan kata terakhirnya untukku.
Setelah malam yang tak bisa kulupakan itu, entah aku bisa tahu makna dari kata cinta saat ini. Aku tidak hidup dalam guyuran cinta seperti tujuh tahun yang lalu. Dunia yang kukenal tidak seindah seperti saat diriku masih polos. Aku tidak seperti gadis kecil naif yang masih tidur dengan boneka beruangnya lagi. Aku sudah berubah. Malam itu merubah segalanya.
Aku kehilangan segalanya yang kupunya malam itu. Rumah, keluarga, teman, tapi yang paling membuatku jatuh semakin dalam adalah kehilangan kedua orangtuaku dengan cara yang tragis. Cara yang bisa membuat anak umur sepuluh tahun mengalami trauma yang mungkin tidak ada obatnya.
"Kelak kau akan menjadi alpha betina yang tangguh, Dem. Daddy percaya itu."
Suara ayahku masih menghantuiku hingga saat ini. Pesan terakhirnya sebelum malam itu datang. Sungguh ironi. Bagaimana hari terbaik yang pernah ada untukku, menjadi hari tersuram sekaligus. Seperti saat aku mimpi indah, tapi saat aku terbangun, mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Semuanya tidak adil. Namun, memang tidak ada yang adil di dunia ini.
"Dem," aku mengabaikan orang yang memanggilku. Suaranya terdengar penuh perhatian. Hanya mendengar suaranya saja mungkin bisa membuat orang lain luluh karenanya, tapi tidak denganku. Aku sudah melatih bagaimana cara mengeraskan hatiku, membuatku tidak mempan dengan perasaan yang bisa membuatku campur aduk.
Mataku masih terpaku pada belati perak di tanganku. Tangan kananku memegang gagang perak, sedangkan tangan satunya memegang mata pisau. Aku memperhatikan ukiran yang ada di leher pisau. Ayahku membuatkannya khusus untukku. Satu sisi terukir inisial namaku, sementara sisi lainnya terukir nama kedua orangtuaku dengan indah.
Aku tidak memperhatikan darah yang menetes melalui jariku yang tertancap pada mata pisau. Meskipun suara tetesannya terdengar jatuh ke meja kayu, aku pura-pura tidak mendengarnya, mengabaikannya. Seperti aku mengabaikan orang-orang yang mempedulikanku.
"Dem!" Amarah bisa kurasakan di ruang kerjaku. Merubah suasana tenang menjadi muram seketika.
Saat aku tidak menggubrisnya, ia mengambil belati dari tanganku sebelum ia lemparkan ke sembarang arah. Aku mendengarnya yang mengumpat kata-kata kotor yang pernah ada.
"Sialan!" Umpatnya. Aku tersenyum miring melihat tangannya yang tadi memegang belati milikku melepuh. Luka bakar terlihat jelas di tangannya.
Belati milikku terbuat dari perak murni. Jika ia sudah lupa, perak adalah kelemahan manusia serigala. Kecuali aku, mungkin. Keluargaku kebal dengan perak atau wolfsbane. Itu sudah turun menurun di keluargaku.
Aku menyandarkan tubuhku, membuat badanku menjadi lebih nyaman. Aku menunggu pria tidak tahu diri yang masuk ke ruang kerjaku begitu saja untuk tenang dan berhenti mengutuk.
"Sudah?" Tanyaku saat pria itu duduk di kursi yang ada di depanku. Wajahnya merah, dengan keringat yang mengucur di keningnya.
"Beruntung kau kebal dengan perak," aku diam saja, tidak mengeluarkan suara sama sekali. Mataku yang mati menatapnya, membuatnya merasa tidak nyaman, terlihat dari gerak-geriknya di kursi.
Mereka bilang aku seperti boneka. Hanya saja aku bernyawa, tapi mataku yang sudah tidak bernyawa. Mereka selalu mengatakan bagaimana mataku yang menatap tanpa emosi, hanya lubang kelam tanpa jiwa. Aku setuju dengan mereka. Setiap hari aku melihat kaca, aku selalu menghindarinya, tidak mau melihatnya. Aku tidak mau melihat mataku sendiri, melihat tatapan kosong yang memantul untuk menatapku balik.
"Daddy mempercayakan pack-ku padamu, Nak. Daddy percaya."
Suara ayahku kembali terdengar, membuat pikiranku kabur karenanya. Tidak ada lagi yang tersisa dari pack sewaktu ayahku yang memimpin. Semua anggotanya sudah tidak ada lagi, musnah. Mungkin ada, tapi hanya aku dan Caden yang tersisa. Aku harus memulai semuanya dari awal.
Caden selalu bersamaku. Tanpanya, aku sudah pasti jadi mayat busuk di hutan, telanjang dengan darah yang terus membasahi tanah. Caden adalah yang menemukanku hampir tak bernyawa di hutan, dan dengan sigap ia membawaku ke pack sekutu.
Kalau ayahku dulunya alpha, ayah Caden adalah betanya. Dari lima ratus lebih anggota pack manusia serigala, hanya aku dan Caden yang selamat. Bukankah itu menakjubkan?
Jika aku seperti cewek pada umumnya, aku yakin akan tergila-gila dengan Caden. Ia adalah tipe cowok yang biasa ditemui pada sampul depan majalah-majalah terkenal. Model dengan sejuta iklan produk ternama. Dengan rambut pirang tembaga yang dipangkas rapi. Matanya berwarna biru laut, seperti lautan yang terkena pancaran sinar matahari. Rahangnya lancip dan terpahat sempurna, seakan dewa yang memahatnya sendiri.
"Kau banyak berubah, Dem." Caden berbisik pelan. Aku tahu ia hanya mengucapkannya untuk ia dengar sendiri, tapi aku manusia serigala, aku mempunyai pendengaran yang lebih tajam dari manusia.
Aku tidak ingin berubah, tapi mau tidak mau aku harus. Aku tidak bisa terus jadi gadis kecil penakut yang lari dari bahaya, tidak lagi. Aku bukan lagi gadis kecil yang pasrah dengan keadaan, mudah putus asa, dan selalu bersembunyi. Aku tidak lagi seperti itu.
Kini aku lebih kuat, lebih tangguh. Sekarang aku bukan lagi gadis kecil, melainkan wanita dengan segala pengalaman yang membuatku lebih dewasa karena itu. Latihanku untuk menjadi lebih baik dan terbaik tidak membuatku merasa menjadi gadis kecil itu lagi. Demetria yang dulu sudah mati malam itu, dan aku yakin Demetria terlahir kembali. Demetria yang baru berjanji akan memusnahkan semua yang terlibat dalam pembantaian keluargaku. Semuanya.
Aku berjanji.
![](https://img.wattpad.com/cover/162729833-288-k774946.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
King's Luna
WerewolfTidak perlu diberitahu untuk aku tahu siapa sosok sempurna itu. Pasanganku. Belum sempat aku berdiri untuk menghampirinya, aku terpaku begitu saja. Tubuhku membeku seperti waktu disihir untuk berhenti. Pasanganku memberikan tangannya yang langsung d...