Semakin aku mendekati wilayah Crescent Pack, semakin aku merasakan kegugupan Felicity bertambah. Aku ingin sekali memintanya untuk berhenti merasa gugup, tapi aku menahan itu dengan mengalihkan perhatianku pada Zena yang sedang duduk di pangkuanku. Zena terlihat senang selama perjalanan, matanya tak pernah berhenti memancarkan rasa penasaran dengan apa yang dilihatnya.
Carson mengatakan padaku kalau mendiang Alpha Suarez tidak pernah mengizinkan Zena keluar dari rumah pack dengan alasan takut kehilangannya, tapi itu malah membuat Zena merasa terisolasi. Zena adalah gadis kecil yang masih sangat perlu berkembang, ia butuh melihat dunia luar lebih luas lagi. Jadi aku tidak menyalahkan Zena untuk merasa penasaran, justru itu malah membuatnya semakin tahu dengan apa yang ada di sekitarnya. Aku bahkan mendaftarkan Zena taman kanak-kanak. Bermain dan belajar bersama anak seusianya lebih baik daripada ia harus bersama Caden yang terkadang lebih kekanakan dari Zena.
Aku hampir mengeluarkan geraman mengancam begitu merasakan tubuh Zena yang menegang, tapi tubuhku kembali merileks saat tahu itu hanya dua penjaga pembatas wilayah yang menghentikan laju mobil. Dua penjaga itu terlihat garang dengan tubuh mereka yang besar, tapi tidak sebesar Eros. Aku bahkan bisa merasakan perasaan terintimidasi dari penjaga tersebut saat mereka melihat betapa besarnya tubuh Eros. Aku tidak menyalahkan mereka, Eros bisa mematahkan tulang yang ada di tubuhmu seperti itu adalah tusuk gigi.
"Mereka bersamaku," suara penuh percaya diri terdengar sebelum dua penjaga itu bertanya. Aku hampir terkejut begitu tahu kalau suara itu berasal dari Felicity. Apa yang bisa kukatakan, Felicity adalah anak dari seorang Alpha, bersikap pengecut di hadapan kawanannya tidak akan membuatnya dihormati.
"Felix!" Salah satu penjaga yang memiliki tubuh lebih besar dari satunya menyapa dengan nada yang kelewat antusias, yang mana langsung membuat Felicity meringis mendengarnya. "Kemana saja kau? Jonathan dan orangtuamu kalang kabut mencarimu,"
Felicity menegup ludahnya sendiri mendengar itu. "Kalian akan tahu nanti," hanya itu yang diucapkan Felicity padanya. Sepertinya penjaga itu tahu kalau Felicity tidak ingin bicara banyak, den membiarkan kami lewat dengan memberi akses jalan untuk kami.
Sebelum jendela mobil tertutup rapat-rapat, aku mendapati penjaga satunya mengedipkan matanya padaku, tapi mendelik tak lama setelahnya. Awalnya aku tidak tahu kenapa, tapi setelah aku melihat dari pantulan kaca spion aku tahu sebabnya. Zena menatap penjaga itu dengan tatapan mengancam, matanya yang bercampur dengan warna biru dan perak juga tidak membantu. Aku mendengar tawa kencang dan kekehan keluar dari Caden dan Felicity, ternyata bukan hanya aku yang memperhatikan itu.
"Kenapa kau melakukan itu Zena?" tanya Caden setelah berhasil menahan tawanya.
"Dia itu genit, dan aku tidak menyukainya. Kau tahu apa yang terjadi pada cowok genit seperti itu Paman Caden,"
Mataku memicing menatap Caden, membuatnya langsung mengalihkan matanya dariku. Aku tidak akan mendapatkan jawabannya dari Caden, jadi aku beralih untuk bertanya pada Zena. "Apa yang kau lakukan Zena?" tanyaku.
Zena menatapku dengan matanya yang penuh kepolosan, tapi aku bisa melihat adanya kenakalan pada pantulannya itu. "Paman Caden mengatakan padaku jika ada cowok yang mengedipkan matanya padaku, aku harus meninjunya," aku mengangguk dan berusaha untuk tidak membunuh Caden saat ini juga. Maksudku, Zena masih kecil dan tidak perlu diajari kekerasan.
Itu kedengaran aneh saat aku sendiri sudah tidak asing dengan yang namanya kekerasan.
"Hei, Mama," aku menggumam saat Zena memanggilku. Panggilan Zena untukku tidak membuatku berkecil hati, tapi malah membuatku dan Athena senang mendengarnya. "Ingin dengar ucapan yang belum pernah kudengar?"
Pertanyaan Zena membuat Caden yang duduk di sampingku menegang. Aku menoleh dan mendapati wajahnya yang memucat. Felicity meringis merasakan sakit karena saking kencangnya genggaman tangan Caden padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
King's Luna
Про оборотнейTidak perlu diberitahu untuk aku tahu siapa sosok sempurna itu. Pasanganku. Belum sempat aku berdiri untuk menghampirinya, aku terpaku begitu saja. Tubuhku membeku seperti waktu disihir untuk berhenti. Pasanganku memberikan tangannya yang langsung d...