King's Luna

Tiga Belas

Aku pasti sangat hebat jika bisa tetap menjaga ekspresiku tetap datar walau sebenarnya aku panik setengah mampus. Aku bisa merasakan kepanikan melalui lapisan kulitku. Bagaimana tidak? Pasangan yang sudah ditakdirkan untukku, menungguku di ruang kerja Caden, dan bagian terpentingnya adalah ia tidak mengetahui keberadaanku.

Apa maksud kedatangan Alpha King ke Lupus Deus? Pantas saja kawananku khawatir dan panik karena kedatangannya ke sini. Apalagi tanpa kehadiranku di Lupus Deus, tentu saja itu menimbulkan tanda tanya besar bagi kawananku. Biasanya kedatangan alpha ke pack lain sudah direncanakan baik-baik oleh alpha pack tersebut, tapi kedatangan alpha King ke Lupus Deus tidak ada yang tahu, bahkan aku.

Aku menarik napasku dalam-dalam, berusaha menghilangkan rasa panikku. "Bisa kau bawa Zena ke kamarku, Felicity?" Felicity hanya mengangguk sebelum mengambil Zena dariku. Syukurlah, Zena mau ikut Felicity tanpa memprotes.

"Ada apa?" tanya Caden, aku bisa merasakan dirinya yang berusaha menyamakan langkahku.

"Aku sendiri tidak tahu," ucapku jujur. Aku berhenti mendadak, dan untung saja aku tidak terjatuh karena Caden yang menabrakku. "Biar aku yang menanganinya," kataku lalu melanjutkan jalanku menuju lantai tiga, lebih tepatnya ruang kerja Caden.

Sambil berjalan aku tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih pada Dewi Bulan karena sudah membawa alpha King ke ruang kerja Caden, dan bukan ke ruang kerjaku. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana terkejutnya alpha King jika mengetahui kalau aku adalah pasangannya yang sebenarnya. Bagaimana tidak, aromaku sangat kental di ruang kerjaku, dan aku menghabiskan kebanyakan waktuku di sana daripada di kamarku.

"Kau tahu apa yang harus dilakukan, Athena." kataku begitu sampai di depan ruang kerja Caden. Serigala bermata ungu itu tidak menjawabku, tapi aku bisa merasakan ia yang menghilangkan aromaku.

Aku menarik napasku dalam-dalam sebelum menghembuskannya kembali. Menenangkan diriku, aku memasang ekspresi datarku seperti biasa lalu membuka pintu tanpa mengumumkan kehadiranku.

Setelah aku berhasil membuka pintu dan masuk lebih dalam, ingin rasanya aku memutar tubuhku dan pergi sejauh mungkin dari ruang kerja Caden. Namun, aku tidak ingin menjadi pengecut dan lari dari kenyataan. Walaupun itu kedengaran seperti pilihan yang lebih bagus saat ini.

Alpha King berdiri di depan jendela besar yang di kelilingi pepohonan. Berbeda denganku, ruang kerja Caden memfokuskan pemandangannya pada area belakang Lupus Deus. Aku tidak bisa melihat wajah Alpha King dengan jelas, pria itu berdiri membelakangiku. Aku tidak tahu jika ia mengetahui kehadiranku atau hanya mengabaikannya.

"Kau memiliki wilayah yang bagus," ucapnya tanpa membalik tubuhnya. Tentu saja. Lupus Deus berdiri di atas tanah yang subur. Semua tumbuhan bisa hidup di sini. Itu kenapa salah satu alasan Lupus Deus menjadi pack yang bisa dibilang tertutup. Kami menanam semuanya di sini. Sayuran, buah, semuanya hasil tanam sendiri. Tidak perlu repot-repot keluar wilayah untuk mencari sumber makanan.

Selagi alpha King membelakangiku, aku tidak bisa menahan untuk tidak memperhatikan tubuhnya. Alpha King memakai kemeja berwarna biru dongker, bagian belakang tubuhnya yang terlihat tebal ditunjukkan padaku secara cuma-cuma. Aku bisa merasakan Athena yang mencemooh padaku. Sudah kukatakan, aku tidak bisa menahannya. Ikatan itu sangat bisa kurasakan, dan aku tidak bisa menyangkalnya.

Aku berdeham, yang mana membuat sang alpha memutar tubuhnya untuk menatapku. Setelah mata birunya menangkap mataku, ekspresi terkejut terlihat di wajahnya. Sepertinya ia tidak sama sekali mengharapkan kehadiranku.

"Maaf," ucapnya. Aku hampir terkejut mendengarnya meminta maaf. Jarang sekali aku mendengar seorang alpha yang mengatakan maaf semudah itu. kebanyakan alpha yang kutemui memiliki kepala besar, dan meminta maaf adalah salah satu hal yang mustahil. Athena mencemooh di kepalaku. Oh benar, aku juga salah satu alpha yang tidak bisa mengucapkan maaf.