Dua Puluh

597 48 18
                                    

Aku memperhatikan luka yang sudah tidak terlalu terlihat buruk seperti sebelumnya. Luka itu masih mengeluarkan darah sedikit, tapi itu bukan masalah untukku. Yang jadi masalah adalah rasa sakitnya masih bisa kurasakan saat aku menggerakkan tangan kananku, dan ringisan selalu keluar setiap aku melakukan itu. Aku mendesah pelan sebelum menutupi tubuhku dengan kaos lengan panjang berwarna hitam. Sepertinya aku ingin menjauhi pakaian berwarna cerah untuk beberapa hari. Aku meringis mengingat betapa kacaunya aku yang hanya menggunakan tank top putih dan terlihat seperti disiram darah semalam.

Pintu kamarku terbuka, suaranya terdengar kencang dengan tembok yang menghantamnya. Suara langkah kaki kecil menghampiriku dengan cepat, dan senyum kecil berkelebat di wajahku. Aku memperhatikan Zena yang berusaha untuk naik ke ranjang melalui pantulan cermin di depanku.

Senyum kecilku berubah menjadi desisan tepat saat Zena memutuskan untuk melompat dari kasur dan merangkulku dari belakang. Tangan kecilnya langsung mengalung di leherku dengan kakinya yang melingkar di perutku. Seketika tanganku refleks menyangga bokongnya, menahannya agar tidak terjatuh. Aku bisa merasakan napas hangatnya di punggungku. Walau merasa sakit dengan tindakannya yang tidak terduga, aku masih tersenyum kecil karenanya. Zena memang monyet kecil tanpa alasan.

"Hai, Mama," gumamnya masih dengan kepalanya yang menempel di punggungku. Aku sudah mulai terbiasa dengan Zena yang mengendusku setiap kali ia berada di dekatku.

Aku mengernyit mendapati sosok bertubuh kecil yang mengintip malu-malu di depan kamarku. Aku membalikkan tubuhku, melihat gadis kecil seumuran Zena yang berdiri di depan kamarku dengan kepala yang tertunduk. Jemari kecilnya saling bertaut, membuat gerakan yang membuatku berasumsi kalau ia gugup.

"Kau membawa teman, Zena?" seperti teringat sesuatu, Zena mendongakkan kepalanya dan meletakkan dagunya di pundakku, merasa lega karena itu bukan pundakku yang terluka.

"Dee-Dee!" pekiknya, yang mana membuatku meringis saking dekatnya Zena dengan telingaku. "Namanya Daisy, tapi aku memangilnya Dee-Dee. Aku bertemu dengannya di rumah pack semalam. Melihatnya mengendap-endap untuk mengambil kue di dapur," walau tidak melihatnya, aku bisa mengetahui cengiran lebar di wajahnya.

"Aku mengikutinya, dan pada akhirnya kami menghabiskan setoples kue di kolong meja makan tanpa ketahuan. Aku bahkan mengajaknya untuk tidur bersamaku di kamar bibi Izzy," ungkapnya dengan nada yang tidak mengurangi antusiasnya sedikitpun.

Aku mengernyit mendengar itu. "Bagaimana dengan Isabelle?"

"Bibi Izzy bilang tidak apa dan ia tidur di sofa semalam," aku mengangguk,dan sangat mengapresiasi apa yang dilakukan Isabelle untuk Zena selama ia bersamanya.

"Apa kau sudah sarapan?" gelengan kecil dari Zena menjawab pertanyaanku.

Sambil menggendong Zena di punggungku, aku menutup pintu kamarku. Suara pintu yang tertutup mengalihkan pandangan Daisy dari lantai yang sedari tadi sudah di tatapnya. Mata hijau emerald miliknya menatapku sebentar, sebelum ia terkejut dan kembali memalingkan pandangannya ke lantai.

Aku mendesah pelan. Bersama Zena membuatku ingin bersikap lebih ramah pada anak kecil. "Daisy, bukan?" gadis kecil itu mengangguk, rambut coklat gelapnya membentuk tirai yang menutupi seluruh wajahnya. "Ikutlah bersama kami," aku mengulurkan tanganku.

Kernyitan terukir di keningnya melihat uluran tanganku. Mata hijau miliknya menatap Zena, yang mana bisa kurasakan Zena mengangguk dan meyakinkan teman barunya untuk menerima uluran tanganku. Tangan kecilnya menggenggam tanganku dengan erat, keringat dingin sangat terasa jelas pada tangannya yang basah dan gemetaran. Aku tidak tahu apa yang membuatnya bisa ketakutan seperti itu.

Begitu sampai di ruang makan, aku mendapati kawananku yang ikut ke Silent Dawn sudah berkumpul, hanya menyisakan beberapa kursi yang kosong. Isabelle bahkan sudah hadir dan duduk di samping Felicity.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

King's LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang