Aku mengabaikan tatapan Caden yang sesekali menatapku sejak dirinya masuk ke dalam mobil. Ekspresinya cemas, ia jelas tahu kalau ada yang terjadi pada diriku, tapi aku mengabaikan itu. Aku duduk seperti patung yang tidak bisa bergerak. Posisi dudukku kelewat tegap, lengkap dengan ekspresi datar yang menjadi topengku saat ini.
Kedua tanganku memeluk tubuh Zena yang meringkuk di pangkuanku, dengan kepala yang ia tenggelamkan ke dadaku. Pelukanku cukup erat di tubuh kecilnya, tapi tidak terlalu erat untuk membuatnya tidak nyaman dan merasa tersakiti. Aku tidak ingin melepaskan Zena.
Zena adalah satu-satunya yang kupunya.
Aku merasakan pergerakan di sampingku, melalui sudut mataku, aku mendapati Caden yang menggerakkan tangannya untuk menggenggam tangan perempuan di sampingnya. Aku bisa melihat kekaguman dan rasa bahagia melalui matanya saat ia menatap perempuan di sebelahnya.
Caden menemukan pasangannya malam ini, sama sepertiku. Hanya saja perbedaannya, Caden mampu membawa pulang pasangannya bersamanya, berbeda denganku. Aku harus meninggalkannya di belakang. Pasanganku bahkan tidak tahu jika aku ada.
Ketika aku masuk ke dalam mobil, anggota kawananku tahu kalau aku sedang tidak ingin diganggu. Tidak ada satupun yang bertanya padaku, jika mereka ingin bertanya, mereka bertanya pada Caden. Anggota kawananku lebih baik memilih untuk tidak tahu sama sekali daripada terkena amarahku.
Angela Elizabeth Flemming. Seperti namanya, perempuan itu benar-benar terlihat seperti malaikat. Dilihat dari sosoknya, aku tahu jika perempuan pilihan pasanganku adalah perempuan dengan tutur kata yang baik, murah senyum, dan mungkin saja perempuan baik-baik. Tidak sepertiku.
Demetria Carolina Lythikos. Aku adalah sosok yang terkenal sebagai mimpi buruk anak-anak kecil yang tidak ingin tidur tepat waktu. Sosok yang dibawa-bawa agar mereka mau memakan sayurannya atau aku akan datang menculik mereka. Aku juga adalah sosok yang membuat para orangtua mengunci pintu dan jendela mereka rapat-rapat saat malam tiba. Namaku terkenal dengan panggilan manusia serigala yang kehilangan rasa kemanusiaannya.
Aku tidak menyalahkan mereka.
Aku dikenal sebagai monster bukan tanpa alasan. Semuanya berawal ketika aku berusia dua belas tahun. Saat itu Lupus Deus sedang berduka, terutama diriku. Hari itu adalah hari tepat dua tahunnya penyerangan Lupus Deus yang menewaskan hampir semua kawanannya. Aku terlalu mengingat kenangan pahit itu hingga terbawa suasana. Athena yang tidak ingin melihatku seperti itu memutuskan untuk mengambil alih tubuhku, ia menginginkanku untuk membagi rasa sakit bersamanya.
Jadi kami berbagi rasa sakit.
Walau sudah berbagi rasa sakit, aku masih belum bisa mengurangi rasanya. Saat itulah Athena memutuskan untuk mencari sesuatu untuk melampiaskan semuanya. Athena merubah dirinya sebagai wujud serigalanya, menyerang siapa saja yang menghalanginya. Aku meminta Athena untuk keluar dari wilayah Lupus Deus, aku tidak ingin melukai anggota kawananku.
Athena menghabisi rogue yang dilihat matanya. Mencabik, mencakar, menggigit bahkan mengoyak mereka, memotongnya menjadi beberapa bagian dengan cakarnya yang besar. Aku tidak terlalu memperhatikan apa yang dilakukan Athena, setidaknya tidak sampai Athena mengembalikan kontrol padaku.
Kekacauan dimana-mana. Aku berdiri di tengah-tengah tragedi tanpa sehelai benangpun di tubuhku. Di bawah kakiku menggenang kolam darah. Potongan-potongan tubuh manusia berceceran layaknya seperti puing-puing bangunan yang runtuh. Aku bahkan hampir tidak bisa mengenali bagian tubuh mana dari mereka yang terpisah. Aku hanya menatap kosong kehancuran di depanku.
Seperti aku tidak merasa bersalah sama sekali.
***King'sLuna***
KAMU SEDANG MEMBACA
King's Luna
Manusia SerigalaTidak perlu diberitahu untuk aku tahu siapa sosok sempurna itu. Pasanganku. Belum sempat aku berdiri untuk menghampirinya, aku terpaku begitu saja. Tubuhku membeku seperti waktu disihir untuk berhenti. Pasanganku memberikan tangannya yang langsung d...