"Ini terlihat sangat nyaman," ucap Felicity begitu memasuki rumah yang ditunjukkan oleh anggota Silent Dawn untuk kami tinggal sementara.
Aku setuju dengan Felicity. Rumah yang diberikan oleh Alpha King bisa dibilang cukup besar. Remaja yang mengantarkan kami tadi bilang kalau rumah ini memiliki enam kamar. Satu kamar utama, dan lima kamar pada umumnya yang lengkap dengan kamar mandi di dalamnya. Caden mengatakan padaku kalau aku mendapatkan kamar utama. Ia dan Felicity mengambil satu kamar yang sama. Sementara empat kamar lainnya diisi oleh rombongan yang lain. Isabelle mengatakan pada kami kalau dirinya akan tinggal di rumah pack Silent Dawn, bersama dokter lainnya. Aku tidak keberatan dengan itu.
Aku mendesah lega sembari menutup pintu kamar dan membaringkan Zena yang lagi-lagi sudah tertidur di ranjang. Aku bersumpah, tidur adalah hobi Zena. Gadis kecil itu bisa tertidur di mana saja jika dia ingin.
Aku berjalan menuju jendela, membuka tirai yang tertutup, membuat kamar menjadi lebih terang dari yang sebelumnya. Suara ombak yang menabrak karang langsung terdengar dengan jelasnya, dan jujur saja, keindahan alam yang tersaji di depan mata membuatku terpukau.
Ini pertama kalinya aku benar-benar menginjakkan kaki di Silent Dawn. Aku tahu faktanya kalau Alaricus King memiliki pantai di wilayahnya, mengingat hampir seluruh teritorinya adalah perairan. Namun, aku tidak pernah tahu kalau pemandangan yang mereka miliki cukup membuatku merasa takjub. Jangan salah sangka, aku suka dengan wilayahku. Maksudku, kami hidup dengan hasil kebun sendiri, mempunyai dataran yang subur membuat Lupus Deus memiliki kelebihan tersendiri.
Aku mendesah sebelum akhirnya memalingkan wajah dari apa yang ada di hadapanku. Sesuatu yang indah tidak akan bertahan lama saat kau mengingat tidak akan pernah bisa memiliki kenangan yang sama yang pernah terjadi.
Memastikan Zena tertidur dengan posisi aman, aku memutuskan untuk keluar dan berkeliling sebentar. Suasana rumah terdengar hening, tidak ada suara orang bergerak satupun, membuatku berasumsi kalau anggota kawananku lebih memilih untuk memanfaatkan waktu istirahat mereka.
Suara ketukan pintu rumah terdengar sebelum aku sempat meraih gagang pintu, membuatku bertanya-tanya siapa yang datang berkunjung. Aku membuka pintu tanpa menduga siapa di baliknya.
"Alpha Lythikos," aku menegup ludahku mendengar suaranya. Dewi Bulan memang tidak bisa menerima kalau aku berusaha menyangkal apa yang sudah dituliskannya untukku. Penyangkalan yang kulakukan malah semakin membuatku ingin menerimanya secara terbuka. "Aku ingin menawarkanmu untuk berjalan di pantai, mengingat ini pertama kalinya kau di sini. Apa kau menerimanya?" Alaricus King mengulurkan tangannya, membuatku menatap tangannya seperti itu adalah benda asing yang baru pertama kali kulihat.
"Tentu," jawabku menatap matanya secara langsung. Aku tahu bagi sebagian orang, menatap mata seorang alpha adalah tindakan seperti kau ingin menantangnya, tapi tidak bagiku. Aku menyukai kontak mata. Menurutku itu lebih baik terbaca daripada kata-kata yang keluar dari mulut seseorang.
Alaricus King tersenyum, menunjukkan lesung pipinya. Alaricus King tidak tersinggung dengan tindakanku yang menolak uluran tangannya, dan aku mengapresiasinya. Kami berdua berjalan beriringan, cukup dekat tapi tidak sampai saling bersentuh.
Berada di dekatnya membuatku merasakan perasaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya, dan itu membuatku ingin melawan perasaan sialan itu. Jika saja kondisinya berbeda, aku pasti sudah menerimanya sejak pertama kali aku melihatnya. Namun, kenyataan memang kejam, dan mau tidak mau aku harus menjalaninya.
"Bagaimana menurutmu?" tanya Alaricus setelah menyapa beberapa remaja yang baru saja kami lewati, berkumpul bersama mengelilingi bekas perapian dengan iringan gitar akustik di salah satu pangkuan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
King's Luna
WerewolfTidak perlu diberitahu untuk aku tahu siapa sosok sempurna itu. Pasanganku. Belum sempat aku berdiri untuk menghampirinya, aku terpaku begitu saja. Tubuhku membeku seperti waktu disihir untuk berhenti. Pasanganku memberikan tangannya yang langsung d...