––––– 🍁 –––––
05 : 17
Langit masih berwarna kebiruan saat sekelompok alumnus jurusan Sastra Inggris di Universitas Nasional Seoul keluar dari sebuah club tempat di mana pesta kelulusan mereka dirayakan.
Dengan masih lengkap memakai toga, mereka mengucap salam perpisahan. Ada yang berderai air mata; entah karena mabuk atau memang sedih akan berpisah, ada yang saling bercumbu, ada yang sekedar berpelukan; menepuk punggung satu sama lain, menyalurkan kelegaan dan kebanggaan tersendiri.
Dan ada juga yang terdiam, tersipu, ragu untuk saling bertukar sapa. Seperti dua orang pemuda yang sedang berdiri tak bergeming, menatap kedua sahabat mereka yang sedang saling berciuman seperti tidak ada hari esok.
“Kau tahu,” ucap sang pemuda berambut hitam selegam malam dengan sebotol champagne di tangan. “Kurasa kita tidak pernah bertemu sebelumnya,” lanjutnya sembari memperhatikan pemuda bersurai blonde dari ujung kepala hingga kaki.
Sang lawan bicara menoleh, menatap wajah kusut yang herannya masih saja terlihat tampan itu dengan sebuah senyuman simpul. “Sesungguhnya, kita sudah pernah bertemu. Beberapa kali—Lee Jeno. Itu namamu 'kan?”
“Oh...”
“Ya. Kau mengacau di pesta ulang tahunku. Memanggilku dengan nama Jasmin dan memuntahkan soju yang kau tenggak di kemeja baruku.”
“Ouch.”
Jeno tertawa miris, raut wajahnya berubah menjadi penuh dengan rasa bersalah. “Well, maafkan aku soal itu,” katanya sambil tersenyum canggung.
“Oh, tidak apa-apa. Kau malah membuat suasana lebih meriah saat itu.” Pemuda bersurai blonde itu terkekeh pelan.
“Ha? Aku? Menyenangkan?”
“Yep.”
Jeno menenggak champagne-nya perlahan, lalu diusapnya bibir yang basah karena tetesan champagne yang sedikit meluber dari sisi ujung botol. “Padahal orang-orang memanggilku No-jam,” ucapnya sembari tersenyum sempurna, membuat dua busur cupid di kedua matanya.
“Itu juga benar...” Pemuda bersurai blonde itu kembali terkekeh.
“Ohoi! Kau barusan mengejekku?” Jeno memicingkan kedua matanya, menatap sang lawan bicara dengan penuh selidik. “Lalu, kau sendiri, bagaimana—err... siapa tadi namamu?” Jeno balik bertanya.
“Kau sungguh tidak tahu namaku?”
Jeno mengerutkan keningnya. “Kalau kau bukan Jasmin, lalu siapa namamu?”
“Ah...”
“Jadi?”
“Jaemin. Na Jaemin.”
Jeno mengulurkan tangannya yang bebas, berinisiatif menawarkan jabatan tangan pada Jaemin. “Kau sahabatku sekarang!”
Jaemin terkekeh geli. “Kita baru saja lulus dan menjadi sarjana. Belum tentu kita bertemu lagi.”
“Diam saja sudah. Kau membawa hawa negatif di musim gugur yang menyenangkan ini!” protes Jeno sebal.
Setelah obrolan singkat, keduanya kini kembali terdiam. Kembali menyaksikan adegan saling melumat yang dirasa semakin membara dari kedua sahabat mereka di depan sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
AUTUMN SERENITY
Fanfiction【COMPLETED】【BAHASA】 ❝ ᴛᴡᴇɴᴛʏ ʏᴇᴀʀs, ᴛᴡᴏ ᴘᴇᴏᴘʟᴇ ❞ ⊶⊷⊶⊷⊶⊷⋆⊶⊷⊶⊷⊶ 🇨🇦🇺🇹🇮🇴🇳🇸 ⊶⊷⊶⊷⊶⊷⋆⊶⊷⊶⊷⊶ 🗃️ ᴘʀɪᴠᴀᴛᴇᴅ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀs‼️ ⚠️ ᴛʜɪs ɪs ɴᴏᴛ ʏᴏᴜʀ ᴏʀᴅɪɴᴀʀʏ, ʟᴏᴠᴇʏ ᴅᴏᴠᴇʏ, ᴀɴᴅ ғʟᴜғғʏ sʜɪᴛ ʟᴏᴠᴇ sᴛᴏʀʏ‼️ 🔞 ɴᴏ, ɴᴏ, ɴᴏ, ғʀᴇᴀᴋɪɴɢ ᴄʜɪʟᴅʀᴇɴ ᴜɴᴅᴇʀ 21 ...