—– 🍁 —–
15 Oktober
10 : 47
♪ Wise men say, only fools rush in...
“Aku ingin berterima kasih, kepada semua orang yang telah datang ke pernikahan kami...”
♪ But I, can't help, falling in love,
with you...
“Ini memang terdengar sedikit klise, cinta kami bisa digambarkan seperti romansa lokal yang tergulung ditengah angin puyuh dan membuat kepala pusing jika mendengar cerita kelanjutannya—tahan dulu tawa kalian..”
♪ Shall I stay? Would it be a sin?
“And seriously, saat orang-orang bertanya, bagaimana Jaemin dan aku pertama kali bertemu.. Aku hanya bisa menjawabnya, bahwa kami tumbuh dewasa bersama...”
♪ If I, can't help, falling in love, with you...
Jeno tengah sibuk merapalkan pidato untuk upacara pernikahannya dengan Jaemin bulan depan. Ia menggumam berkali-kali dengan kedua tangan terampil menata beberapa kemasan kopi dan gula karamel pada rak penyimpanan, di café yang dibangunnya berdua dengan Jaemin, dua bulan lalu.
Lagu Elvis pun mengalun keras, menyertai hafalan pidatonya yang acap kali terpotong karena bunyi dari oven yang menandakan kukis buatannya sudah matang.
Semua ia lakukan sejak satu jam yang lalu. Dan dengan segala kerepotan dan hafalan itu, ia sampai tidak sadar, kalau Jaemin sudah berdiri bersandar di pintu depan. Memperhatikan segala gerak-gerik dan gumamannya yang terlihat lucu.
“Dan ini memang bukan pernikahan yang pertama untukku, tapi aku yakin, kalau ini adalah yang terakhir dan untuk selamanya, blah blah blah—”
“Kau tidak akan mengatakan ‘blah blah blah’ saat hari pernikahan kita, kan?”
“Whoaa!! Kau seharusnya tidak mendengarkan ini, Love!” Jeno terlonjak kaget saat ia memutar tubuhnya dan mendapati Jaemin sedang kesusahan menahan tawa.
Jaemin tertawa kecil sembari melanglah mendekat. “Come on! Let me see,” pintanya dengan tangan terulur, mencoba merebut kertas kusut dari tangan Jeno.
Jeno mundur ke belakang dengan cepat, dan menyimpan kertas itu jauh-jauh di dalam saku belakang celana panjangnya.
“Oh, come on!” rayu Jaemin dengan bibir mengerucut.
“No. No. Don't. Dan jangan mulai menggelitik pinggangku—oh, Tuhan! Love, ahahaha!”
Setelah dilihatnya Jeno kesusahan menahan geli hingga wajahnya memerah, akhirnya Jaemin menghentikan kegiatannya; menggelitik pinggang calon suaminya itu, lalu melingkarkan kedua lengannya di tubuh Jeno.
Ditatapnya sosok pria yang kini sudah semakin matang dan masih dengan pesona yang tak ada bandingannya itu, lalu di kecupnya sekali, singkat namun penuh perasaan.
“Oh, Love...” Jeno mendesah ketika Jaemin mulai melepas dua kancing kemeja yang dipakainya dari atas.
“What?”
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTUMN SERENITY
Fanfiction【COMPLETED】【BAHASA】 ❝ ᴛᴡᴇɴᴛʏ ʏᴇᴀʀs, ᴛᴡᴏ ᴘᴇᴏᴘʟᴇ ❞ ⊶⊷⊶⊷⊶⊷⋆⊶⊷⊶⊷⊶ 🇨🇦🇺🇹🇮🇴🇳🇸 ⊶⊷⊶⊷⊶⊷⋆⊶⊷⊶⊷⊶ 🗃️ ᴘʀɪᴠᴀᴛᴇᴅ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀs‼️ ⚠️ ᴛʜɪs ɪs ɴᴏᴛ ʏᴏᴜʀ ᴏʀᴅɪɴᴀʀʏ, ʟᴏᴠᴇʏ ᴅᴏᴠᴇʏ, ᴀɴᴅ ғʟᴜғғʏ sʜɪᴛ ʟᴏᴠᴇ sᴛᴏʀʏ‼️ 🔞 ɴᴏ, ɴᴏ, ɴᴏ, ғʀᴇᴀᴋɪɴɢ ᴄʜɪʟᴅʀᴇɴ ᴜɴᴅᴇʀ 21 ...