[ 2018 ]

4.3K 445 203
                                    





—– 🍁 —–







15 Oktober









10 : 47




Satu tahun berlalu dengan begitu lambat. Namun Jeno menganggapnya sebagai keuntungan tersendiri dalam membangun kembali hidupnya yang hancur.


Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, musim gugur di Busan tetaplah sama; pepohonan yang megah dengan berbalut jubah merah dan emas di tiap helai daunnya serta beberapa festival khas musim gugur sudah mulai terlihat di beberapa sudut kota.


Di musim gugur kali ini, Jeno sudah kembali berdiri dengan kedua kaki melangkah mantap. Menyongsong hari dengan semangat yang sangat berbeda dari tahun sebelumnya.


Seperti saat ini, ia sedang terlihat sibuk di dapur, mengobrol dengan seorang koki yang terlihat kebingungan ketika Jeno mengajarinya sebuah resep di menu. Koki baru; selalu saja harus dibantu ketika membuat resep spesial yang hanya Jeno yang tahu cara membuatnya.


“Nasi omelette saus kedelai, jadi pada saat mengocok telur tambahkan—”


“Boss!”


Jeno menoleh cepat pada Maddy yang berseru dari depan pintu dapur. Dagunya terangkat seraya memiringkan kepalanya.


“Ada seseorang yang mencarimu,” lanjut Maddy.


Mengernyitkan dahi, Jeno lalu menepuk bahu sang koki baru. “Nanti saja ya. Aku akan kembali mengajarimu setelah menemui orang di depan,” ucapnya yang dibalas dengan anggukan mantap.


“Siapa?” tanyanya ketika melewati Maddy yang masih menunggunya di depan pintu.


Maddy mengangkat bahunya. “Dia tidak menyebutkan nama. Hanya berkata kalau dia adalah teman lama. Dan oh, apa Boss jadi pergi dengan Jasmine?”


Jeno mengangguk mengiyakan, lalu dipercepat langkahnya dan berhenti tepat di balik counter kasir.


Senyum terpoles di wajah Jeno ketika ia akhirnya mengetahui identitas ‘teman lamanya’ yang sedang duduk memunggunginya itu.


“Hyunjin!” sapanya sembari berjalan mendekat.


Yang dipanggil menoleh, juga dengan sebuah senyuman lebar dan tangan terulur. “Jeno! Apa kabarmu?”


“Baik. Aku baik. Kau sendiri bagaimana?”


Hyunjin melepas jabatan tangannya. “Yah, seperti yang kau lihat.”


“Bagaimana dengan karir menyanyimu?”


Hyunjin terkekeh pelan sembari membenarkan letak kacamata bacanya. “Aku sudah menyerah dengan hal itu, Jen. Menyanyi bukanlah jalanku. Aku buruk dalam hal itu, sungguh.”


Ikut terkekeh bersama Hyunjin, Jeno menyandarkan bahunya pada tiang penyangga atap dan menyilangkan kedua tangannya di dada. “Well, kau jangan merendah. Suaramu bagus. Aku pernah mendengarkan lagumu bersamanya.”


“Ah, sudahlah. Berhenti menggodaku. Aku sekarang bekerja kantoran. Dan hasilnya lebih baik daripada aku berkeliaran mencari produser yang ingin memasarkan laguku.”


“Oh, sungguh?”


“Yeah.”


Canggung.


AUTUMN SERENITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang