—– 🍁 —–
15 Oktober
00 : 05
Lampu sorot, musik disko, dan penari seksi.
Jeno berdiri tepat di tengah, menatap lurus pada kamera dengan senyum yang terpahat sempurna. Kedua kelereng hitamnya berkilau, tak mau kalah dengan kilatan lampu berwarna-warni yang berkelip seirama dengan dentuman nada.
“Camera! Roll! Action!”
Cue terdengar, beberapa crew langsung terlihat berkonsentrasi mengambil gambar dan mengecek suara; masing-masing terfokus pada sosok gagah di depan kamera.
Lee Jeno.
Sang Produser TV yang merambah menjadi seorang presenter dan aktor itu kini tengah memandu acara kuis tengah malam. Tersenyum tampan, tertawa riang, dan bertutur sopan. Semuanya tercipta dengan sempurna.
“Kami tunggu telepon anda di +82 1300 2300 lima menit dari... sekarang!”
Tangan terenggang ke atas, jari terjentik, dan mata mengedip. Lee Jeno dengan segala hal yang dimilikinya, mampu menghipnotis siapa pun yang sedang menonton acara yang bisa dibilang sedikit melewati batas konservatif pola pikir masyarakat Korea saat ini.
Bagaimana tidak, acara kuis yang hanya terlangsung selama tiga puluh menit, belum terpotong dengan pariwara dan sebagainya, menampilkan penari seksi yang kadang hanya memakai bikini. Meliuk-liukkan tubuh mereka di dalam sebuah gelas champagne berukuran raksasa. Lengkap dengan gelembung sabun dan pancuran air yang menyerupai cairan champagne asli dari atas.
Sang Ibunda pernah menegurnya, namun dengan alasan demi meraih pencapaian lebih dari yang ia miliki sekarang, Jeno berhasil meluluhkan hati Ibundanya itu. Yah, walau kadang Ayahnya masih sering menyindir dan mencibir sarksas ketika ketiganya makan malam bersama. Namun, Jeno masa bodoh. Yang terpenting sekarang adalah ia harus berusaha mendaki tangga ketenaran dengan jalan yang ia akui itu benar.
“Terima kasih bagi yang sudah berpartisipasi dalam acara kuis hari ini!”
Jeno melangkah mantap, mendekat pada beberapa penari yang seolah sedang bercumbu secara fantasi di sisi kiri panggung. “Selamat kepada para pemenang!” lanjutnya dengan tangan tertangkup di dagu seorang penari, yang balik menatapnya dengan tatapan penuh arti.
“Dan bagi yang belum beruntung, jangan kecewa! Anda bisa mengikuti kuis kami selanjutnya. Tentunya dengan hadiah yang semakin beragam dan istimewa!”
Lalu ia kembali berjalan mendekat pada kamera di tengah dengan lampu merah yang berkedip. “Sampai jumpa hari rabu depan dan... selamat pagi Korea!”
“Aaaanndd... cut!”
—– 🍁 —–
03 : 16
Lampu sorot, musik disko, penari seksi.
Bukan, Lee Jeno bukan lagi berada di dalam panggung sandiwara. Walau keadaannya hampir sama, namun segalanya berbeda.
Di sini, tidak ada orang yang berpura-pura. Tidak ada kesan ‘sempurna’ yang terpasang di masing-masing ekspresi orang. Tidak ada kekhawatiran tentang rating, artikel, maupun urusan lain yang menyangkut dengan media.
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTUMN SERENITY
Fanfiction【COMPLETED】【BAHASA】 ❝ ᴛᴡᴇɴᴛʏ ʏᴇᴀʀs, ᴛᴡᴏ ᴘᴇᴏᴘʟᴇ ❞ ⊶⊷⊶⊷⊶⊷⋆⊶⊷⊶⊷⊶ 🇨🇦🇺🇹🇮🇴🇳🇸 ⊶⊷⊶⊷⊶⊷⋆⊶⊷⊶⊷⊶ 🗃️ ᴘʀɪᴠᴀᴛᴇᴅ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀs‼️ ⚠️ ᴛʜɪs ɪs ɴᴏᴛ ʏᴏᴜʀ ᴏʀᴅɪɴᴀʀʏ, ʟᴏᴠᴇʏ ᴅᴏᴠᴇʏ, ᴀɴᴅ ғʟᴜғғʏ sʜɪᴛ ʟᴏᴠᴇ sᴛᴏʀʏ‼️ 🔞 ɴᴏ, ɴᴏ, ɴᴏ, ғʀᴇᴀᴋɪɴɢ ᴄʜɪʟᴅʀᴇɴ ᴜɴᴅᴇʀ 21 ...