[ 2008 ]

2.3K 436 11
                                    





—– 🍁 —–







15 Oktober









14 : 49




“Daaaaan! Ya! Kalah lagi!!”


Set panggung sederhana, hanya ada satu kamera dan dua orang crew yang berjaga.


Kehidupan Lee Jeno di balik layar kaca kini telah berubah seratus delapan puluh derajat.


Yang dulu kamera terekam dengan segala pusat perhatian tertuju padanya, kini merekam ala kadarnya.


Yang dulu para penata rias berlomba menghias wajah rupawannya, kini tak ada satupun yang peduli dengan penampilannya.


“Dengan ini, kita telah sampai dipenghujung acara Joy Stick Jockeys! Bagaimana dengan pendapat kalian tentang Grand Theft Auto IV? Dan jika kalian penasaran dengan review game selanjutnya, tetaplah bersama kami di minggu depan! Ciao!”


“Aannnnd... cut!”


Jeno menghapus senyum lebarnya. Kemudian membungkuk sembari mengucap kalimat terima kasih bersamaan dengan padamnya lampu set.


“Kerja bagus, Jen!” Sang PD menepuk bahu Jeno pelan, lalu disambut dengan anggukan cepat dari Jeno. “Oh, ada yang ingin bertemu... itu, Tuan Jung,” tambah sang PD sembari menunjuk pada seseorang yang tengah berdiri di belakang set boom microphone.


“Oh...” Jeno berjalan pelan, ragu melangkah namun ia harus tetap menemui orang yang sudah tidak sabar bertemu dengannya itu.


“Hello, Tuan Jung,” sapa Jeno sembari menjabat uluran tangan pria yang kini tersenyum canggung padanya.


“Jen, aku ada dua kabar... baik dan buruk.”


Senyum tersungging miring, Jeno menyandarkan punggungnya pada dinding dan menyilangkan kedua kakinya,.“Kau adalah agent ku yang terhebat. Kabar seperti apa yang akan kau katakan?”


Tuan Jung terdiam, lalu dengan ragu ditatapnya sang aktor dengan sendu. “Jen, soal acara talk sho—”


“Oh, for God sake! Apa mereka akhirnya menyingkirkanku dari posisi presenter?”


“You see, kata menyingkirkan mempunyai konotasi yang negatif...” Tuan Jung menjeda sejenak, lalu ditatapnya Jeno dengan penuh rasa bersalah. “Mereka... begini Jen, mereka ingin mencoba menggunakan presenter baru, yang lebih fresh dan muda.”


“Oh Tuhan! Aku baru berusia tiga puluh dua! Jadi? Intinya mereka menyingkirkanku dari posisi itu?”


Lagi-lagi Tuan Jung hanya bisa mendesah lelah. Berdiskusi dengan salah satu aktornya ini memang selalu sulit.


“Jen, mereka akan mengganti format acaranya. Dan kata PD yang bertanggung jawab, acara itu tidak akan cocok lagi untukmu.”


Jeno mengangguk pelan namun tetap dengan raut wajah yang tertekuk masam. Membuat Tuan Jung merasa lebih bersalah, sangat bersalah.


“Jen, sama seperti sewaktu kau berusia dua puluh tahun, saat itu kau juga menyingkirkan presenter yang—”


“Ya, benar.”


Tuan Jung lagi-lagi hanya bisa mendesah lelah, ia sudah cukup penat dengan segala penolakan dari pihak stasiun TV dan kini harus menghadapi aktor-nya yang keras kepala.


“Tuan Jung?” panggil Jeno sembari mengetukkan kakinya ke lantai.


“Ya, Jen?”


“Kau sudah menyampaikan satu berita —buruk. Jadi... satu lagi, apa itu berita bagus?”


Tuan Jung tersenyum simpul, lalu di tepuknya bahu Jeno seraya memberikan sinyal untuk mengikutinya keluar gedung.


“Jeno...”


“Mn?”


“Setiap karir ada masanya. Ada saat di mana kita berada dipuncak ketenaran dan ada pula saatnya kita berada di bawah. Anggap saja kita sedang berada di sebuah kemerosotan.” Tuan Jung bertutur lembut, mencoba untuk tidak menyinggung perasaan Jeno dengan sebaik-baiknya.


“Aku, aku hanya takut tentang masa depanku.” Jeno memasukkan kedua tangannya ke dalam saku, lalu dihelanya nafas berat. “Semua tidak sesuai dengan harapanku, Tuan Jung.”


Tuan Jung terkekeh pelan. “Masa depan tidak pernah bisa kita tebak, Jen. Itulah yang membuatnya semakin menarik.”


“Dulu mereka mungkin memujamu. Selalu menantikan penampilanmu di layar kaca dan selalu mengikuti berita apapun tentangmu. Dan sekarang, kau hanya menjadi seorang presenter dari sebuah acara review game—ah, sudahlah. Yang terpenting, masih ada aku di sini bersamamu! Okay?”


Jeno mengangguk pelan, nafasnya yang terhembus, menguap di udara dingin musim gugur kali ini.


“Jen, ku pikir sudah saatnya kau menemukan seseorang yang benar-benar mencintaimu,” ucap Tuan Jung sembari memainkan kunci mobilnya.


“Seseorang yang mencintaiku?”


“Ya, mulailah lembaran baru dengan orang itu. Dan menapaklah dari awal bersamanya.”


Terdiam, Jeno bukannya tidak ingin menjawab atau merespon usul dari Tuan Jung. Hanya saja, ia sedang teringat tentang seseorang...


“Bagaimana menurutmu?”


Ditatapnya Tuan Jung yang sedang menanti jawaban darinya, Jeno berkedip pelan lalu mengulas senyum tipis.


“Kalau kau setuju, akan ku kenalkan pada seseorang,” lanjut Tuan Jung penuh semangat.


“Jadi, itu kabar baiknya?” tanya Jeno setengah tertarik.


Satu anggukan diterima, lalu Tuan Jung tersenyum lebar dengan kedua tangan meremat bahu Jeno dengan erat.


“Tunggu kabar dariku, sekarang aku harus kembali ke kantor agensi. Dan oh, telepon aku jika terjadi sesuatu, okay?”


Dengan ini Tuan Jung pergi meninggalkan Jeno yang terdiam tak bergeming.


“Ahh... musim gugur kali ini dingin sekali...” Jeno menggerutu pelan sembari mengusap lengannya dengan kedua tangan. Lalu tatapannya terfokus pada daun dari pohon ginko yang berguguran di depan halaman.


Senyum terulas sebentar, lalu ditundukkannya kepala dalam-dalam dengan disertai hembusan nafas panjang.


“Apa kabarmu, Love...”









—– 🍁 —–







——————————
🍁 Grand Theft Auto IV game was famous in 2008.









——————————🍁 Grand Theft Auto IV game was famous in 2008

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AUTUMN SERENITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang