—– 🍁 —–
15 Oktober16 : 22
Jaemin meremat rambutnya gusar, ditatapnya dua tumpuk pekerjaan rumah muridnya yang sukses tercecer di seluruh permukaan meja lalu ia mendesah lelah.
“Hyunjin?!” panggilnya lantang.
Merasa tak ada jawaban, Jaemin meletakkan ballpoint di sisi kiri meja lalu beranjak keluar beranda. Menghampiri Hyunjin yang sedang memanggang gopchang.
Diulasnya senyum ketika netranya menangkap sosok Hyunjin yang masih dengan kaos oblong dan celana pendek lengkap dengan sandal selopnya, memanggang dengan malas.
“Apa kau bisa menyelesaikan mengecat flat hari ini?” tanya Jaemin seraya berjalan mendekat. “Aku ingin memasukkan TV ke dalam rumah, Hyunjin,” tambahnya kemudian.
Hyunjin melambaikan tangannya ke udara, mengusir beberapa ngengat yang menghampiri panggangan. “Baiklah. Setelah makan, boleh kan?”
Jaemin kembali memoles senyumnya. “Bukankah kita sudah makan siang?”
“Ini snack. Seperti kalau kita sedang membeli kue beras sepulang sekolah atau—”
“Okay.”
Hyunjin terdiam, lalu ditariknya lengan Jaemin dan membawanya mendekat. “Apa kau harus pergi?”
Alih-alih menjawab, Jaemin hanya menggumam pelan. Dirasa sudah cukup berdebat dengan Hyunjin soal rencananya hari ini.
“Kita baru saja pindah dan memulai kehidupan baru disini, apa kau tega meninggalkanku di flat yang—”
“Hyunjinie...”
“Mn?”
“Apa kau mau ikut?”
Terdiam sejenak, Hyunjin memperhatikan raut wajah Jaemin dengan seksama. Berusaha mencari seberkas basa-basi, namun nihil, Jaemin sepertinya bersungguh-sungguh mengajaknya pergi.
“Tidak,” jawab Hyunjin, “Lee Jeno tidak menyukaiku. Ku rasa ia akan marah jika aku ikut makan malam dengan kalian,” lanjutnya dengan senyum yang dipaksakan.
“Okay.” Tanpa perlu memikirkan jawaban Hyunjin lebih lama lagi, Jaemin melepaskan diri dari dekapannya dan berjalan masuk ke dalam.
“Peluk dan cium sebelum berangkat?” tanya Hyunjin lagi.
Jaemin memutar tubuhnya, tersenyum pada kekasihnya yang sedang menatapnya dengan penuh harap.
“Tidak? Okay, baiklah. Selamat bersenang-senang, Bunny!”
—– 🍁 —–
18 : 19Lantunan lagu yang tidak familiar terdengar di telinga Jaemin saat ia melangkahkan kedua kakinya masuk ke dalam sebuah restaurant modern sore itu.
Ditatapnya sekeliling, mencari sosok yang seharusnya sudah berada di sana, menunggunya sesuai janji.
“Selamat sore, apa sudah ada reservasi?” Seorang pelayan menyapa Jaemin dengan ramah, ia mengangguk lalu menyebutkan nama Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTUMN SERENITY
Fanfiction【COMPLETED】【BAHASA】 ❝ ᴛᴡᴇɴᴛʏ ʏᴇᴀʀs, ᴛᴡᴏ ᴘᴇᴏᴘʟᴇ ❞ ⊶⊷⊶⊷⊶⊷⋆⊶⊷⊶⊷⊶ 🇨🇦🇺🇹🇮🇴🇳🇸 ⊶⊷⊶⊷⊶⊷⋆⊶⊷⊶⊷⊶ 🗃️ ᴘʀɪᴠᴀᴛᴇᴅ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀs‼️ ⚠️ ᴛʜɪs ɪs ɴᴏᴛ ʏᴏᴜʀ ᴏʀᴅɪɴᴀʀʏ, ʟᴏᴠᴇʏ ᴅᴏᴠᴇʏ, ᴀɴᴅ ғʟᴜғғʏ sʜɪᴛ ʟᴏᴠᴇ sᴛᴏʀʏ‼️ 🔞 ɴᴏ, ɴᴏ, ɴᴏ, ғʀᴇᴀᴋɪɴɢ ᴄʜɪʟᴅʀᴇɴ ᴜɴᴅᴇʀ 21 ...