[ 2015 ]

2.5K 399 31
                                    





—– 🍁 —–







15 Oktober









09 : 11




“Apa yang sedang kau lakukan, Jen?”


Jeno memalingkan wajahnya dari setumpuk kertas yang tercecer di atas meja, seraya menatap sosok yang sangat dicintainya itu dengan guratan tebal di dahi.


“Oh, Jeno... wajahmu sungguh buruk rupa ketika sedang berpikir.”


Jeno hanya terkekeh sembari merentangkan kedua tangannya, memberi sinyal untuk mendekat untuk dipeluk dan didekap erat.


“Jaemina...”


“Mn?”


“Jika aku memintamu untuk duduk di pangkuan ku seperti ini—Jeno menggeser sedikit posisi duduknya ke samping—berarti aku ingin kau duduk dengan tenang. Bukannya malah bergoyang-goyang—argh! God!”


Kikikan jahil terlolos dari bibir Jaemin, ini memang sudah menjadi hobinya; duduk dipangkuan Jeno, saling berhadapan dengan kedua lengan terkalung di lehernya.


“Kau tidak suka?” tanyanya pada Jeno yang semakin berwajah masam.


Jeno menggeram rendah. “Bukannya tidak suka. Hanya saja—oh!”


“Hehehe...”


“Please, Love. Stop it.” Sedikit memohon, Jeno memasang wajah paling memelas supaya Jaemin berhenti menggoyang-goyangkan bokong dipangkuannya.


Jaemin menghentikan keusialannya. Namun kini ia yang menekuk wajah masam dengan bibir mengerucut sebal.


Satu helaan nafas, Jeno mengulurkan tangan, membelai sisi wajah Jaemin dan merapikan poni rambutnya yang semakin memanjang hingga menutupi kedua mata rusa indahnya itu. “Jangan cemberut. Kita masih punya banyak waktu—”


“Usiaku sudah tiga puluh sembilan, siapa tahu saja aku bisa mati besok. Oleh karena itu—”


“The hell? Who said you will die tomorrow?” Jeno mendelik marah, lalu dijepitnya hidung Jaemin dengan kedua jarinya hingga memerah.


“Mungkin saja, kan?” ucap Jaemin sembari meringis.


“Love... jangan berbicara seperti itu, okay? Kau akan tetap di sisiku, selamanya sampai rambutku penuh dengan uban—”


“Rambutmu sekarang sudah penuh dengan uban!”


“Ohoi!”


“Ehey!”


Melihat wajah Jaemin yang bersinar dengan sebuah tawa lebar terukir di wajah nya saat ini membuat Jeno merasa ia adalah orang paling beruntung di dunia. Bagaimana tidak? Setelah semua yang ia lewati, akhirnya kini ia bisa memeluk dunia nya di setiap hari. Merawatnya dengan segenap cinta dan kasih sayang yang melimpah ruah.


“Jen?”


“Yes, my Love?”


Jaemin menolehkan kepalanya ke belakang. Lalu diraihnya lembaran kertas yang tercecer diatas meja. “Apa ini? Kau sedang apa?” tanyanya setelah membaca coretan di atas kertas.


“Aku sedang mencari resep baru. Maddy semalam mengatakan kalau akan lebih baik jika aku menambah menu baru di café,” tutur Jeno seraya memegangi pinggang Jaemin kuat-kuat karena ia terus bergerak untuk mengambil lembaran kertas lainnya di atas meja.


AUTUMN SERENITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang