[ 2013 ]

2.6K 422 97
                                    


—– 🍁 —–
( behold, a long ass chapter will unfold! )







15 Oktober









12 : 40




KTX yang membawa Jeno dari Seoul menuju Busan akhirnya akan sampai pada tujuan. Direnggangkannya seluruh badan sambil tersenyum simpul.


“Busan...” gumamnya lirih.


Lalu ditebarkannya pandangan ke sekeliling, dan lagi, ia tersenyum saat mendapati seorang anak kecil yang sedang membaca buku cerita dengan judul yang sudah sangat ia hafal.




Bunny and Sammy in Wonderland.




Di dua menit setelahnya, kereta pun berhenti. Jeno bergegas turun sambil sedikit kerepotan membawa tas jinjing dan merapikan rambutnya yang kini sudah bersemburat sedikit keabuan.


Padatnya kerumunan orang-orang yang saling berjejalan membuat Jeno sedikit kebingungan. Dilangkahkannya kaki dengan ragu, sembari kedua maniknya menjelajah pada setiap orang yang dikiranya hampir menyerupai sosok yang seharusnya sudah menunggunya di sini.


Kemudian garis matanya tertarik ke bawah, mengikuti garis senyumnya yang mengembang ketika akhirnya ia menemukan sosok yang dicari sedang berdiri di balik sekumpulan orang dengan selembar kertas bertuliskan:



Welcome to Busan, Mr. Widowed Lee.’



Langkah dipercepat, Jeno sudah tidak sabar ingin mendengar sapa dan memeluk orang itu.


“Lucu?” tanya orang itu sambil terkekeh pelan.


“Very funny...”


Jeno hanya bisa menatap sosok di hadapannya dengan kedua manik yang mengerjap pelan, penat yang menggelayut setelah dua jam duduk di kereta terasa lenyap tak berbekas.


“Well, look at you, Jaemina... kau tampak seperti seorang penulis terkenal.” Jeno menjeda ucapannya, lalu diangkatnya tangan kanan dan dirapikannya helaian rambut Jaemin yang berantakan karena angin. “Ada kata yang pas untuk gaya rambutmu yang baru?” lanjutnya kemudian.


Jaemin melepas kacamata hitamnya, senyumnya tersungging dan pipi sedikit merona. “Well, kata petugas di salon, ini adalah gaya yang paling banyak digemari saat ini. Kenapa? Apa—”


“No. No, You're—perfect.”


Jeda sejenak, keduanya terdiam dengan ketercanggungan yang seketika menyelinap.


“Kalau kau? Apa nama gaya berpakaianmu?” goda Jaemin memecah keheningan.


Tersenyum simpul, Jeno lalu tertunduk menatap pakaian yang sedang dipakainya hari ini. “Umm.. kurasa lebih tepatnya ini bisa disebut, gaya untuk para duda yang galau.”


Jaemin terhenyak sejenak, lalu ia tertawa kecil. “Ehem, Apartemenku tidak jauh dari sini. Ayo kita pergi,” ajaknya seraya berbalik dan berjalan lebih dulu.


Jeno mengikutinya dari belakang dengan tatapan tak lepas dari punggung Jaemin. Sesekali ia berpaling karena Jaemin mendadak menoleh padanya.


“Oh, berapa lama kau akan tinggal di sini?” tanya Jaemin sembari melambatkan langkahnya.


“Kurasa semuanya tergantung padamu, Jaemina. Hanya saja—”


AUTUMN SERENITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang