—– 🍁 —–
15 Oktober
06 : 12
Pagi yang mendung.
Awan kelabu tersebar rata di langit saat Jaemin membuka jendela kamarnya lebar-lebar. Lalu setelah menghidup udara pagi dengan perlahan, ia berbalik dan ditatapnya Jeno yang masih tertidur pulas di atas ranjang.
“Jen, ayo bangun.” Satu kecupan singkat dari Jaemin berhasil membuat Jeno terbangun sambil menggeram rendah.
“Jam berapa ini?” tanya Jeno sembari mengusap kedua mata dan menguap kecil.
“Enam. Bukankah kau ada janji dengan Maddy untuk berbelanja kebutuhan café?”
Jeno mengerjapkan kedua matanya dengan cepat, disingkapnya selimut seraya merenggangkan kedua tangannya ke atas. “Rrggh! Good morning, Love.” Satu kecupan di dahi Jaemin dan satu lagi di bibirnya. “Ayo mandi.”
Beberapa saat kemudian,
Keduanya kini berdiri di depan cermin di kamar mandi; menyikat gigi dan mencuci muka. Sesekali terdengar geraman rendah dari Jeno, yang mengeluh kalau tubuhnya terasa sakit semua.
“Aku lelah sekali, Love...” rengeknya dengan mulut penuh busa pasta gigi.
Jaemin menggumam sebagai jawaban, tanpa menoleh ia menggapai-gapai handuk kecil yang tersampir di samping cermin. “Mau olahraga bersamaku? Aku berencana bersepeda sehabis ini. Kau ikut saja,” usulnya sembari mengelap wajahnya dengan handuk tadi.
“Oh, Love... Aku ingin sekali, tapi Maddy akan membunuhku jika aku tidak ada di café hari ini.”
“Alright. Tidak usah kalau begitu, aku bisa bersepeda sendiri.” Dengan ini, Jaemin selesai mencuci muka dan hendak keluar dari sana, namun sebelum ia mencapai pintu, ia berbalik dan ditatapnya Jeno lewat cermin. “Dan jika kau tertarik dengan sebuah berita... We still don't have any progress in having a child.”
Setelah mengatakan kalimat sarkas tadi, Jaemin berbalik cepat, meninggalkan Jeno dengan kedua mata terpejam dan rahang yang mengeras.
—– 🍁 —–
07 : 37
“Jaemina?” Entah sudah berapa kali Jeno memanggil nama suaminya itu sedari tadi. Namun tetap tidak ada respon sampai ia selesai berpakaian dan siap berangkat untuk bekerja.
“Love?” panggilnya lagi.
Tetap, tidak ada jawaban maupun respon dari Jaemin.
Serta merta, Jeno berlari keluar menuju halaman belakang. Ia yakin kalau Jaemin ada disana, memang selalu begitu, jika mood nya memburuk, ia akan berdiam diri di ayunan kecil sembari memandangi semak bunga lilac favoritnya.
Dan benar saja, Jaemin-nya di sana. Terduduk dengan kepala tertunduk dalam. Kedua tangan berpangku di kedua pahanya dengan tubuh terayun pelan di ayunan.
“Love...” Perlahan Jeno mendekat dan dipeluknya dunianya itu dari belakang.
“Hentikan Jen, geli!” protes Jaemin saat Jeno mengecup leher dan tengkuknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AUTUMN SERENITY
Fanfic【COMPLETED】【BAHASA】 ❝ ᴛᴡᴇɴᴛʏ ʏᴇᴀʀs, ᴛᴡᴏ ᴘᴇᴏᴘʟᴇ ❞ ⊶⊷⊶⊷⊶⊷⋆⊶⊷⊶⊷⊶ 🇨🇦🇺🇹🇮🇴🇳🇸 ⊶⊷⊶⊷⊶⊷⋆⊶⊷⊶⊷⊶ 🗃️ ᴘʀɪᴠᴀᴛᴇᴅ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀs‼️ ⚠️ ᴛʜɪs ɪs ɴᴏᴛ ʏᴏᴜʀ ᴏʀᴅɪɴᴀʀʏ, ʟᴏᴠᴇʏ ᴅᴏᴠᴇʏ, ᴀɴᴅ ғʟᴜғғʏ sʜɪᴛ ʟᴏᴠᴇ sᴛᴏʀʏ‼️ 🔞 ɴᴏ, ɴᴏ, ɴᴏ, ғʀᴇᴀᴋɪɴɢ ᴄʜɪʟᴅʀᴇɴ ᴜɴᴅᴇʀ 21 ...