––– 🍁 –––
15 Oktober
09 : 17
“Okay, Jen. Kau harus ingat kalau kita ada peraturan yang tidak boleh dilanggar.” Jaemin melirik tajam pada Jeno dari balik sudut kacamata hitamnya.
“Peraturan?”
“Ya. Aku tidak akan memanfaatkan persahabatan kita, okay?”
Jeno menghela nafas panjang. “Okay...” ujarnya, mengalah. Dia tidak mau mengambil resiko berdebat dengan Jaemin dengan kedua tangan yang masih memegang kemudi mobil saat ini.
“Oh, ayolah! Kau mengajakku liburan ke Hawaii tanpa maksud apa-apa, kan?” Jaemin memiringkan tubuhnya, sedikit tercondong ke depan.
Lagi, Jeno hanya bisa menghela nafas panjang, mencoba tetap fokus pada jalanan yang akan membawa mereka menuju pondok penginapan.
Keduanya sepakat—lebih tepatnya Jeno yang memaksa Jaemin—untuk pergi berlibur selama tiga hari di Hawaii. Tentu saja, itu semua berkat Jeno yang gencar mengganggu Jaemin dengan rayuannya selama sepekan penuh.
Dan akhirnya, di sinilah mereka, menembus jalan panjang berliku dengan seunit Ford Mustang II berwarna biru tua. Melawan angin, menikmati aroma khas laut yang sungguh berbeda dari suasana di Korea yang sedang musim gugur.
Dan juga menikmati ocehan serta omelan Jaemin yang sudah berdengung sejak turun dari pesawat, dua jam yang lalu.
“Aku mau kamar tidur terpisah. Di mana pun kita menginap, tidak ada berbagi ranjang, tidak ada mandi bersama.”
Oh, masih lanjut ternyata, gumam Jeno dalam hati.
“Tidak ada cuddling saat mabuk—”
“Aku setuju dengan cuddling,” potong Jeno cepat. “Cuddling membuat tangan ku kram.”
Jaemin mengangguk cepat. “Oke, next—
—peraturan kedua, no flirting. Tidak mabuk dan menggodaku, atau siapa pun yang kau temui nanti.”
Kali ini Jeno terkekeh pelan, lalu diliriknya Jaemin yang sedang membaca selembar peta. “Well, aku tidak pernah menggoda siapa pun.”
“Ya. Ya. Terserah apa katamu. Dan selanjutnya—”
“Wow, wow! Ada berapa peraturan yang sudah kau siapkan? Apa ini akan menjadi seperti undang-undang reformasi kabinet?” protes Jeno.
Mendecak kesal, Jaemin menjentikkan jarinya di dahi sahabatnya itu, membuatnya meringis lalu kembali tersenyum saat sebuah usapan lembut menggantikan jentikan keras tadi.
“Okay, peraturan ketiga. Ini soal telanjang,” ucap Jaemin serius, sangat serius.
“What?!”
“Aku tidak mau melihatmu mandi di shower, telanjang bulat. Atau wee-wee berdiri, atau wee-wee sembari mandi di shower,” pintanya mutlak.
“Oh man...” Jeno mengunyah permen karetnya dengan sebal, lalu dibuangnya ke pinggir jalan. “Aku seperti kembali pada waktu sekolah dulu. Kau cerewet seperti Nyonya Yeon,” keluhnya dengan kerutan tebal di dahi.

KAMU SEDANG MEMBACA
AUTUMN SERENITY
Fanfiction【COMPLETED】【BAHASA】 ❝ ᴛᴡᴇɴᴛʏ ʏᴇᴀʀs, ᴛᴡᴏ ᴘᴇᴏᴘʟᴇ ❞ ⊶⊷⊶⊷⊶⊷⋆⊶⊷⊶⊷⊶ 🇨🇦🇺🇹🇮🇴🇳🇸 ⊶⊷⊶⊷⊶⊷⋆⊶⊷⊶⊷⊶ 🗃️ ᴘʀɪᴠᴀᴛᴇᴅ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀs‼️ ⚠️ ᴛʜɪs ɪs ɴᴏᴛ ʏᴏᴜʀ ᴏʀᴅɪɴᴀʀʏ, ʟᴏᴠᴇʏ ᴅᴏᴠᴇʏ, ᴀɴᴅ ғʟᴜғғʏ sʜɪᴛ ʟᴏᴠᴇ sᴛᴏʀʏ‼️ 🔞 ɴᴏ, ɴᴏ, ɴᴏ, ғʀᴇᴀᴋɪɴɢ ᴄʜɪʟᴅʀᴇɴ ᴜɴᴅᴇʀ 21 ...