Tiga

516 50 0
                                    

Author pov

Queen memasuki sebuah cafe yang terletak sekitar 1 km dari sekolahnya, ia menuju ke ruang ganti karyawan dan mulai mengganti pakaiannya dengan seragam cafe tersebut. Ia lalu mencepol rambutnya sehingga bagian bawah rambutnya yang berwarna abu-abu tidak terlihat dan hanya terlihat warna cokelatnya saja.

Queen menaruh seragam sekolah dan tas sekolahnya di dalam loker yang di sediakan untuknya lalu keluar dan memulai pekerjaannya.

Sebenarnya ia hanyalah seorang pekerja paruh waktu, ia mulai bekerja pukul 2 —setengah jam setelah jam pulang sekolahnya— sampai pukul 8 malam.

Suasana cafe sangat ramai hari ini dan sukses menyibukan Queen. Gadis itu berjalan kesana kemari dengan cepat, dari meja ke meja lain, dari meja ke kasir, dari kasir ke meja lainnya.

Entah untuk yang keberapa kalinya, Queen kembali dari kasir untuk ke meja lainnya yang diisi pengunjung yang baru datang.

Ia memberikan buku menu yang ada di tangannya ke pengunjung tersebut dan mulai bersiap untuk mencatatan menu.

"Loh? Cewek aneh?"

Queen mendongakan kepalanya dan menatap ke asal suara. Itu pria yang duduk di sampingnya. Siapa tadi namanya? King? Your Majesty? Raja? Intinya yang berarti raja lah.

Pria itu menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan sambil menunjuk Queen dengan jari telunjuk kanannya.

"Sudah bisa memesan, kak?" Tanya Queen sambil mengeluarkan senyum —terpaksa— ramahnya. Gadis itu berusaha menghindari tatapan Radja yang menatapnya semakin intens. Tatapan itu membuatnya sangat risih, ia tidak nyaman.

"Kita pesen roti bakar rasa keju dua, rasa cokelat dua, cokelat keju satu. Minumnya, blackcoffeenya 4 sama cappucino satu. Udah itu aja."

Queen mencatat pesanan mereka lalu membungkukkan tubuhnya dan segera pergi ke kasir menyerahkan pesanan mereka.

Mata Radja masih mengikuti pergerakan gadis itu. Gadis aneh itu terlihat sangat malas di sekolah, namun entah mengapa berbeda jika di tempat —yang menurutnya— adalah tempat kerjanya ini. Beda bagaikan langit dan bumi.

"Oy Dja!!"

Radja tersentak ketika Deo memanggilnya, pria itu langsung menatap ke arah Deo dengan tatapan bingungnya.

"Kenapa?"

Deo berdecak dan menatap Radja dengan kesal.

"Kenapa, kenapa. Daritadi tuh kita manggilin lo, tapi lo jadi bolot tiba-tiba," ujar Deo.

Radja meringis merasa bersalah, ia menggaruk tenguknya yang tidak gatal dan menatap keempat temannya.

"Sori, sori, gua ga denger," sesalnya.

"Lo kenal sama cewe tadi? Cantik."

Radja langsung mengalihkan pandangannya ke Rafa. Cantik? Queen? Mungkin maksudnya aneh.

Radja mengangkat bahunya, berpura-pura tidak tau, ia malas menjelaskan tentang gadis aneh itu.

Lalu Radja membenarkan posisi duduknya dan kembali mengikuti pembicaraan bersama keempat temannya itu.

°°°°°

Queen dengan terburu-buru memasuki toilet dan menatap cermin yang dihadapannya, ia mencuci wajahnya dan mengatur nafasnya.

Sial! Kenapa pria itu bisa ada disini?

Apakah pria itu akan membocorkannya pada murid-murid di kelasnya? Atau lebih buruk lagi, Hanny mengetahui pekerjaannya dan dia akan dianggap sebagai gadis miskin yang hanya memanfaatkan dirinya.

My Name Is... QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang