Tujuh Belas (18+)

475 41 6
                                    

Author pov

Queen meremas tangannya dengan takut. Sekarang ia ada di depan mobil Radja, di depan rumahnya.

Entah kenapa perasaannya begitu tidak enak saat ini.

Radja memintanya untuk mengepack barang-barang pentingnya ke koper dan segera bawa koper itu ke mobilnya.

Pria itu akan menaruh mobilnya di dia rumah disamping rumah gadis itu.

Seharusnya itu mudah. Tapi ternyata sangat berat sekali.

Jika ia menetap dirumah itu, ia bisa saja dibunuh saat tidur oleh kembaran ayahnya itu.

Akhirnya Queen memutuskan untuk melepas safety beltnya dan membuka pintu mobil Radja untuk segera turun.

Radja menahan tangan Queen membuat gadis itu menatapnya dengan pandangan bertanya-tanya.

"Hati-hati."

Dua kata itu membuat Queen merasa bahwa ia sedang menggali kuburannya sendiri dengan masuk ke rumahnya ini.

Queen menganggukan kepalanya lalu turun dari mobil pria itu dan memasuki kamarnya. Ia mengunci pintu kamarnya itu lalu mengeluarkan koper besarnya dari bawah ranjangnya.

Ia mulai memasukan seragam sekolah, peralatan sekolah, beberapa pakaian santainya beserta dalamannya dan gadget serta perlengkapan gadget tersebut. Ia juga buku diarynya ke dalam kopernya.

Meskipun telah selesai, namun ia merasa ada yang kurang.

Apa yang kurang?

Dompet? Ada di tasnya yang ia taruh di mobil Radja.

Surat-surat pentingnya!

Ia segera membuka lacinya satu persatu dan mencari dimana ia menyembunyikan surat itu.

Ia benar-benar lupa menaruhnya dimana.

Saat tidak menemukan suratnya dilaci-laci yang ada di kamarnya, ia duduk di lantai kamarnya lalu menatap sekeliling kamarnya.

Seketika ia teringat dan menuju ke kamar mandinya. Ia membuka keramik yang ada di bawah westafel dan segera mengeluarkan suratnya itu.

Ia berlari ke arah kopernya dan memasukan surat tersebut ke dalam koper lalu menutup koker tersebut.

Ia segera membuka kunci kamarnya dan terkejut saat mendapati pria itu di depan kamarnya sambil menyeringai.

"Kamu mau kemana anakku sayang?"

Lalu pria itu mendorong Queen memasuki kamarnya hingga gadis itu terjatuh. Pria itu menutup pintu kamarnya dan mengunci pintu kamarnya membuat Queen semakin waswas.

Saat pria itu masuk ke kamar mandinya, ia dengan segera mengirim chat pada Radja.

Bojoku
Call police. Sos. Asap!

Lalu Queen membuka aplikasi perekam di ponselnya dan menekan tombol rekam lalu menyembunyikan ponselnya di balik lampu nakasnya.

Sedetik kemudian pria itu keluar dari kamar mandi dan menghampiri Queen dengan tatapan tajamnya.

"Mau kemana lo jalang?!"

Queen tersentak lalu berusaha mengendalikan dirinya lagi.

Pria itu berjalan mendekati Queen dan saat sampai di depannya, ia segera mengunci pergerakan Queen di pinggir kasurnya itu.

Queen berusaha melepaskan pegangan tangan pria itu dengan susah payah.

"Lo pasti udah tau kalo gua itu kembarannya bokap lo yang lagi dirumah sakit jiwa itu. Ahahaha bagus. Dengan gini gua ga perlu lagi nunda-nunda buat bunuh lo."

My Name Is... QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang