Author pov
Queen menatap cermin yang memantulkan tubuhnya. Style Korea kesukaannya. Ia memang benar-benar menyukai negara itu.
Sekali lagi ia menatap pantulannya. Baju terusan hitam dan sepatu sneakersnya.
Setelah merasa sempurna, ia mengambil sling bag dan paper bag miliknya lalu keluar dari kamarnya dan menuju ke garasi.
Ia memakai helm full facenya lalu menaiki motor sport berwarna merah itu dan menggantung paper bagnya di stang motor tersebut lalu mulai menyalakan motornya itu. Ia membuka pintu garasi dengan remote yang memang ada di kunci motornya.
Saat garasi itu terbuka, Queen langsung melajukan motornya dengan kecepatan full.
Sudah lama ia tidak menaiki motornya ini. Terakhir kali ia membawa motornya adalah saat liburan.
Queen menaiki kecepatan motornya dan tertawa dengan riang.
°°°°°
Gadis itu memarkirkan motornya di samping mobil Radja yang baru datang juga. Pria itu turun dari mobilnya dan menatap Queen yang masih memakai helmnya dan masih duduk di atas jok motornya pula.
Queen melepas helmnya dan menatap Radja yang kini tengah menatapnya dengan terkejut sekaligus tak percaya.
Ia turun dari motornya, mengambil paper bagnya dan menghampiri pria itu. Ia bahkan menepuk bahu Radja agar ia sadar.
"Lo, gila sih, keren banget."
Queen hanya tertawa menanggapinya. Ia menarik lengan Radja memasuki gedung sekolahnya.
Jam 8 lomba menulis sajak dimulai. Lomba itu di selenggarakan hingga pukul 9. Lalu dilanjut dengan story telling hingga pukul 10. Kedua lomba tersebut diadakan di dalam ruangan.
Lalu pukul 10 hingga 12, lomba menyanyi. Setelah itu mereka diperbolehkan untuk beristirahat.
Dan acara terakhir di pukul 1 siang sampai pukul 3. Dance modern.
Sekarang sudah pukul 8 kurang 5 menit. Radja langsung mengantarkan Queen ke ruangan tempat lomba pertama berlangsung.
"Good luck!" Ujar Radja. Queen tersenyum tipis dan menganggukan kepalanya lalu masuk ke ruangan itu.
°°°°°
Queen menatap nomor yang ia ambil tadi. Nomor 18. Nomor terakhir. Terlalu lama.
Akhirnya gadis itu menghampiri Radja dan mengajak pria itu berkeliling.
Radja menyetujuinya dan mereka berdua segera berkeliling.
Sepanjang berkeliling, Radja terus meledek Queen membuat gadis itu risih. Bahkan Queen memukul kepala pria itu dengan kencang.
Queen membuka lokernya, loker panjang yang bahkan bisa memuat dua orang, itu pun jika berdempetan.
Setelah menaruh paper bagnya disana, ia langsung menutup dan mengunci kembali lokernya itu.
"Ih pokoknya gua kesel banget. Anjing banget tau ga sih? Kegatelan banget tu cewe sama Radja. Najis. Iya namanya emang Queen. Queen bitch."
Queen segera menarik Radja masuk ke dalam loker yang kosong. Bahkan tubuh mereka berdua hampir benar-benar menempel saat ini.
Queen berusaha mendengarkan suara itu lagi.
"Nanti kan dia tampil dance. Gua liat dia latihan forever youngnya Blackpink. Gamau tau pokoknya lo harus dance itu biar dia gabisa dance make lagu itu. Kan dia pasti ga nyiapin yang lainnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Name Is... Queen
Ficção Adolescente"Gue Radja." Ujar pria itu sambil mengulurkan tangannya. "I'm Queen. Just... Queen." Radja menatap tangannya yang hanya mengapung di udara tanpa gadis itu mau menyalami, sialan! Apakah ini adalah perasaannya yang pengagum rasanya rasakan saat mereka...