Empat

457 45 0
                                    

Author pov

Sudah seminggu berlalu semenjak Radja mengetahui tempat kerja Queen. Untung saja pria itu bukan tipe pria yang senang bergosip, jadi tidak ada satu orang pun -kecuali pria itu, tentu saja- yang mengetahui hal tersebut.

Queen begitu mensyukuri hal tersebut. Karena ia tau bahwa banyak yang tidak menyukai dirinya di sekolah ini. Banyak yang tak segan menatapnya penuh benci meskipun tak berani mengusik.

Seperti namanya, Queen, gadis itu memang menjadi ratu di sekolah ini. Tidak ada yang berani mengganggunya dan orang terdekatnya atau habislah mereka.

Semuanya akan mundur dan berusaha untuk tidak mengganggu orang yang pernah berjalan ke kantin bersama dengan gadis itu karena itu berarti undang-undang orang yang harus dilindungi bertambah.

Gadis yang menurut banyak orang sangar dan tanpa ekspresi itu kini sedang mengunyah rotinya sambil menatap poster perlombaan yang ada di madingnya dengan tertarik.

Lomba-lomba yang diadakan sekolah ini untuk classmeet minggu depan, semuanya tertera di poster ini.

Classmeet di sekolah ini memang diadakan di awalan semester karena waktu di akhir semester hanya digunakan untuk remedial ujian.

Queen mengunyah permen karetnya sambil membaca semua perlombaannya yang tertera. Semua perlombaan yang begitu menarik bagi gadis tersebut.

Story telling
Menulis Sajak
Menyanyi
Futsal
Menari Tradisional
Menari Modern
Cerdas Cermat

"Lo mau ikut?" Tanya seseorang di sampingnya.

Queen menoleh menatap pria itu dan mengangkat sebelah alisnya. Heran mengapa murid baru ini selalu mengganggu dan selalu berada di sekitarnya. Yang ia pikirkan sekarang adalah, pria itu membuntutinya. Stalker gila.

"Gua ga ngebuntutin lo, gua juga bukan stalker. Slow aja sih."

Gadis itu berdecak dan kembali menatap poster itu.

Entah pria itu bisa membaca pikiran atau semuanya tercetak jelas di wajah gadis itu. Yang jelas, ia tak peduli.

"Lombanya perkelas. Gatau bisa ikut atau ngga." Jawab Queen dengan nada datar serta dingin andalannya itu.

"Kalo seandainya lo bisa ikut. Lo mau ikut yang mana?" Tanya pria itu lagi.

"Semuanya, kecuali futsal karena perlombaannya futsal cowo."

Hening beberapa saat. Queen sedang mempertimbangkan akan mengikui perlombaan tahun ini atau tidak.

Sedangkan Radja? Ia sedang memikirkan kalimatnya agar tidak terdengar seperti basa-basi. Satu hal yang ia tau selama dua minggu ini. Gadis itu tidak menyukai basa-basi karena menurutnya itu sangat membuang waktu.

Pria itu memposisikan tubuhnya menghadap Queen sambil mengatur kata-katanya. Entah mengapa, tapi Radja merasa bahwa gadis itu memiliki aura intimidasi yang kuat. Meskipun -dengan jujur- ia tidak takut akan aura intimidasi gadis itu karena menurut orang-orang, aura intimidasinya tak bisa dikalahkan bahkan oleh Queen sekalipun.

"Queen, gua bisa ngomong sama lo? Soal kemaren?" Pria itu kembali bertanya, namun kali ini ia merendahkan suaranya. Takut orang lain mendengar dan membuat gadis itu menjadi malu.

My Name Is... QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang