Dua Belas

331 36 0
                                        

Author pov

Sudah sepanjang istirahat ini Queen melihat koreo dance yang harus ia hafal untuk lomba terakhir. Bahkan gadis itu meminta Radja memegangi ponselnya sambil ia menggerakan sedikit tubuhnya agar hapal dengan semua gerakan dance tersebut.

Saat bell masuk berbunyi Queen langsung mengacak rambutnya hingga benar-benar berantakan.

Ia merasa pasrah saja dengan keadaannya saat ini. Keadaannya yang belum terlalu hapal dengan koreograpi ini.

Radja turun bangkit dari kursi yang ia duduki lalu menyerahkan ponsel gadis itu pada sang pemilik aslinya.

"Gue mau turun, ambil nomor maju lo. Sekarang lo ganti baju, abis itu lo susul gua turun. Gua yakin lo pasti bisa."

Radja mengusap kepala Queen dengan pelan dan segera berlalu dari sana.

Queen menganggukan kepalanya. Ia mengambil paper bag yang tadi ia ambil lagi saat bell istirahat berbunyi.

Lalu ia mengganti pakaiannya dengan pakaian dance yang akan ia pakai nanti. Masa bodo jika ada yang melihatnya. Lagi pula tidak ada yang pernah ke rooftop sekolah ini.

Yap mereka memang di rooftop. Tadi saat bell istirahat berbunyi, Queen segera menarik Radja ke rooftop. Menemaninya menghapal dance ini sekaligus menenangkannya yang benar-benar diserang oleh rasa panik.

Setelah siap dengan pakaian dancenya, ia memasukan pakaian yang ia pakai sebelumnya ke paper bag itu dan kembali memutar video dance itu. Dengan dirinya yang langsung mengikuti dance tersebut dengan sungguh-sungguh.

Suara deringan di ponselnya membuatnya berhenti dan menatap sang penelpon itu.

Radja is calling.

Queen mengangkat telpon itu sambil berlari menuju pintu masuk dan keluar rooftop lalu turun dari tangga yang menuju rooftop itu dengan terburu-buru.

"Iya ini gua turun." Ucap Queen sebelum Radja sempat mengomelinya dengan panjang lebar.

Queen mematikan telpon itu dan kembali berlari dengan secepat mungkin.

Gadis itu segera ke lapangan dan mencari Radja yang berada di dekat panitia tempat pengambilan nomor.

Ia menumpu tubuhnya di lutut lalu mengatur nafasnya. Ia benar-benar kelelahan karena berlari dari rooftop hingga kesini.

"Lo ngapain pakenya pendek banget?" Tanya Radja dengan sinis. Ia benar-benar tidak menyukai pakaian Queen saat ini. Menurutnya itu terlalu terbuka. Meskipun tertutup oleh jas berwarna putih, tetap saja itu terlihat terbuka.

Queen kembali menegaka tubuhnya dan menatap Radja lalu menoyor kepala pria itu.

"Cuma buat dance. Gausah bawel. Gua nomor berapa?"

Radja melepas jaketnya dan memakaikannya ke pinggang Queen, lengkap dengan mengikat bagian tangan jaketnya itu agar para siswa bisa mengalihkan tatapannya dari Queen.

"Terakhir lagi."

Queen berdesah pasrah. Jika ia pertama, ia masih bisa dance dengan forever young. Namun sepertinya benar-benar harus menampilkan dance yang benar-benar baru tadi ia pelajari.

Queen menarik tangan Radja untuk menghampiri Indira.

Indira menatap Queen dengan tatapan bertanya miliknya itu.

"Saya mau ngomong sama ibu, bisa kita ngobrol di ruangan ibu?"

Indira menganggukan kepalanya sambil melangkahkan kakinya ke ruangannya yang terletak tak jauh dari lapangan.

My Name Is... QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang