Enam Belas

307 35 2
                                        

Author pov

Queen memasuki kelasnya sambil memakan rotinya tanpa memperdulikan guru yang sedang menjelaskan.

Risa —guru matematikanya— berdecak kesal lalu menarik telinga gadis itu dengan kencang membuat Queen berteriak kesakitan.

"Berdiri di dekat papan tulis sampai pelajaran saya selesai!"

Queen berdecih lalu menatap Radja meminta pertolongan yang sayangnya diabaikan.

Pria itu malah sibuk menahan tawanya sambil menulis soal yang ada di papan tulis.

Queen berdiri di samping papan tulis masih sambil memakan rotinya itu dan menatap Radja dengan tajam.

"Queen! Makananmu taro!" Bentak Risa.

Lagi-lagi gadis itu berdecih lalu memutar matanya malas.

"Saya belum sarapan. Emang kalo asam lambung saya kambuh kayak waktu itu, ibu mau tanggung jawab?" Tanyanya menantang.

Risa segera menggelengkan kepalanya buru-buru. Queen memang memiliki riwayat magh dan asam lambung yang parah. Ia benar-benar tidak bisa melewatkan makannya atau ia akan pingsan dan harus dibawa kerumah sakit.

Biaya rumah sakit itu mahal, jadi Risa tidak akan mau membuang uangnya untuk bertanggung jawab.

"Kalo gitu silahkan kamu duduk di tempat kamu lagi."

Queen tersenyum puas.

"Gitu dong bu!"

Gadis itu melangkahkan kakinya ke mejanya lalu memukul punggung Faris dengan kencang karena pria itu malah tidur dan bukannya memperhatikan pelajaran.

"BAKSO LIMA BUNGKUS!!!"

Krikk.

Krikk.

Lalu seisi kelas tertawa karena teriakan Faris saat terbangun dari tidurnya itu.

Queen yang baru duduk di kursinya pun ikut tertawa dengan kencang. Pria itu benar-benar terlihat bodoh sekarang.

"FARIS PRAMUJI!!! KELUAR DARI KELAS SEKARANG!!"

Faris bangkit dari duduknya masih dengan muka bantalnya lalu berjalan keluar kelas dan menabrak pintu.

Sepertinya ia tidak melihat kalau pintu ditutup.

Dan lagi-lagi seisi kelas tertawa karena pria itu.

Queen menatap Radja yang tengah menatapnya dengan intens.

"Apa lo?! Mo ketawain gua karena dihukum tadi?"

Radja menggelengkan kepalanya lalu mengulurkan tangan kanannya ke Queen.

"Apaan ni?" Tanya Queen heran.

"Salim dulu sama laki," jawab Radja sambil menggoyang-goyangkan tangannya di depan Queen.

Queen menoyor kepala pria itu dengan kencang hingga Radja menatapnya tajam.

"Gigi lu laki. Gaada dah."

"Songong ama yang lebih tua."

"Tua aja bangga, najis."

"Heh! Jadi pacar malah makin kampret lo ya!"

"Kampret-kampret gini juga lo sayang."

"QUEEN!! RADJA!! LARI KELILING LAPANGAN 2 KALI SEKARANG JUGA!!"

Queen menghela nafasnya dan menatap Radja dengan tajam.

"Lo sih!"

"Lah kok gua?"

My Name Is... QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang