Berpisah

195 13 0
                                    

Maaf, baru bisa post lagi setelah sekian lama disibukkan dengan kegiatan kampus
Dan kemarin waktu mau lanjut, eh wattpad nggak bisa log in di hp baru sampe tiga bulan ini, Alhamdulillah ini sudah bisa
Udah yuk, langsung baca saja :)

🌱🌱🌱

Ela mempererat pegangan tangannya pada Fatih. Seakan sedang mengirimkan sinyal bahwa mereka belum ingin berpisah hari ini. Langkah kaki mereka menuju taman hotel, tak ingin pergi terlalu jauh, hanya ingin menghabiskan waktu berdua sebelum jarak dan waktu kembali memisahkan mereka.

"Tadi aku tahu Rita ke kamar kamu, ada apa?" tanya Ela menyembunyikan kecemburuannya. Haruskah setiap yang Ela miliki direbut oleh Rita?

"Entah, Riski sama Tommi yang buka pintunya, aku sama sekali nggak nemuin dia," timpal Fatih.

"Aku takut, Kak." Ela mendaratkan pantatnya pada salah satu kursi taman yang kosong.

"Takut kenapa?" Lelaki itu kini berjongkok di depan Ela.

"Aku takut kalau Rita ambil Kakak dari aku, aku malah jadi takut pisah gini sama Kakak," cerita Ela murung.

"Tak perlu takut, sayang. Aku 'kan udah pilih kamu, udah sayang sama kamu, udah cinta sama kamu, sulit bagiku untuk berpaling, apalagi kembali pada masa lalu yang telah menyakitiku. Setelah aku memiliki satu orang spesial, aku akan menjaganya, dan sekarang, orang itu adalah kamu. Percayalah, El. Aku selalu ada untukmu." Fatih mengusap ujung mata Ela yang berair.

"Sudah, jangan menangis, daripada kau menangis, mending kita habiskan waktu berdua," sambung Fatih kemudian sambil mengerjapkan mata menggoda.

"Ngahabisin waktu ngapain di taman, Kak?" Ela mengernyitkan dahi.

"Jalan-jalan muterin taman sampai tujuh kali." Fatih tergelak.

"Nggak lucu, tahu," cibir Ela. "Gimana kalau selfie, Kak. Yang banyak. Habis itu kita baru balik ke hotel. Gimana?"

Fatih mengangguk, menyetujui ucapan sang gadis.

***

Siang itu terik. Saat matahari tepat di atas kepala, sebuah travel merapat pada halaman hotel, tepat berada di depan pintu lobi. Menghampiri enam lelaki lengkap dengan tas mereka, serta dua wanita.

"Semua barang dimasukkan ke pintu belakang travel, ya."  Serda Hasan memberi perintah, mereka lantas segera memasukkan barang mereka masing-masing.

Fatih menunggu Tommi meletakkan tas, setelah temannya selesai, ia segera merangsek dan meletakkan tasnya. Seseorang menepuk pundaknya, membuat Fatih segera menoleh.

"Kenapa, Ris?"

"Yakin lu nggak bakalan rindu si Ela? Kalian baru jadian kemarin lho?"

Fatih melihat Ela dari sela-sela kaca travel. "Rindu, Ris. Rindu banget. Tapi ini adalah tugas, aku harus profesional."

"Mungkin kau bisa minta cuti?" Riski memberi saran.

"Cuti? Ah, gue kan belum nikah sama dia, kecuali kalau kami udah nikah."

"Kapan?"

Fatih nampak berpikir. "Secepatnya."

Riski tersenyum. "Gue juga berharap begitu untuk hubungan kalian."

Fatih tersenyum pada sahabatnya, "Doakan saja ya," ucapnya kemudian.

Dengan antusias Riski mengangguk cepat. Sebab lelaki itu melihat, ada keseriusan dan ketulusan pada binar mata keduanya.

Setelah selesai meletakkan barangnya, mereka kembali menemui rombongan yang lain.

"Kami pergi dulu, ya. Terimakasih buat waktunya sudah bersedia membawa kita jalan-jalan, sudah bersedia membantu menghilangkan stress kita." Serda Hasan berkata sembari menepuk bahu Fatih di sampingnya.

"Siap, Kak. Sama-sama. Terimakasih juga sudah meringankan stress kami akibat tugas kuliah dengan jalan-jalan," ucap Ela di sambut gelak tawa.

"Oke, siap. Berangkat dulu, ya. Kapan-kapan ajak kami kesini lagi ya, Serda, sekalian biar Fatih bisa ketemu Ela." Riski menginterupsi, membuat kepalanya mendapatkan hadiah tumbukan tangan Tommi.

Fatih dan Ela hanya berpandangan. Sorot mata mereka menunjukkan ketidakrelaan untuk berpisah lagi. Sebuah panggilan menyadarkan Fatih dari lamunannya. Entah apa yang sedang dipikirkan lelaki itu.

"Fatih! Ayo buruan!" panggil Tommi, sang empunya nama menoleh pada travel tersebut. Semuanya sudah berada di dalam, kecuali dirinya.

"Baiklah. Kasih gue waktu lima menit. Bisa?" tawar Fatih.

Mereka tahu, ini merupakan hal yang sulit bagi Fatih. Pertama kali meninggalkan Ela setelah mereka meresmikan hubungan. Apalagi Fatih baru saja trauma atas kisah cintanya.

Fatih menghampiri Ela yang kini menunduk, menyembunyikan air mata yang telah menumpuk. Lelaki itu mengangkat dagu Ela, membuat air mata yang berhasil ditahan luruh begitu saja. Mahasiswi itu lantas menghambur dalam pelukan Fatih. Membenamkan wajahnya pada dada bidang sang kapten.

"Yang semangat ya, Kak. Semoga Allah selalu melindungi Kakak. Jangan beri kabar padaku jika itu hanya kabar buruk, mengerti?" ucap Ela disela-sela tangisnya.

Fatih hanya mengangguk, sembari mengelus pelan kepala Ela.

"Sudah, ya. Jaga diri kamu baik-baik. Aku balik ke Magelang dulu." Ela melepaskan pelukannya dan mencoba tersenyum.

"Baik, Kak. Hati-hati di jalan." Fatih kembali mengangguk, lantas kedua ibu jarinya menghapus sisa-sisa air mata pada wajah kekasihnya.

"Assalamualaikum." Fatih mulai mendekat pada travel, melambaikan tangannya pada sang gadis.

"Waalaikumussalam."

Fatih pun masuk ke dalam travel. Tak perlu menunggu waktu lama lagi, travel itu kini mulai pergi perlahan. Kembali pada dunia nyata. Sebuah tugas negara telah menunggu.

Musik dari DVD travel seakan mewakili rasa Fatih saat ini. Ia lebih memilih melihat pemandangan di luar jendela. Netranya menyapu pada hamparan laut yang terbentang luas.

Tetes air mata basahi pipimu
Di saat kita 'kan berpisah
Terucapkan janji padamu kasihku
Takkan kulupakan dirimu

Begitu beratnya kau lepas diriku
Sebut namaku jika kau rindukan aku
Aku akan datang

Mungkinkah kita 'kan selalu bersama
Walau terbentang jarak antara kita
Biarkan kupeluk erat bayangmu
'Tuk melepaskan semua kerinduanku

Lambaian tanganmu iringi langkahku
Terbersit tanya di hatiku
Akankah dirimu 'kan tetap milikku
Saat kembali di pelukanku

Mungkinkah kita 'kan selalu bersama
Walau terbentang jarak antara kita
Biarkan kupeluk erat bayangmu
'Tuk melepaskan semua kerinduanku

Kau kusayang, selalu kujaga
Takkan kulepas selamanya
Hilangkanlah keraguanmu
Pada diriku
Di saat
Kujauh darimu

Sebelum Fatih akhirnya terlelap dalam tidur, sebuah kalimat ia ucapkan. "Sabar, sayang. Secepatnya nanti kita akan bertemu. Aku janji padamu."

Kantuk mulai menyerangnya. Membuat ia mulai terhanyut dalam dunia mimpinya.

***

Maaf ya gaes, baru bisa lanjut lagi
Salam Literasi

Army With Love [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang