It's Beginning

1.1K 175 43
                                    

Udah Matcha tepati ya janjinya ;) LeeAra567

Be Careful

"Ayo bersiap."

Keenam kepala yang tadinya fokus dengan layar TV dihadapan mereka kini terangkat. "Kemana, bang?" tanya salah satunya.

"Jemput Kevin. Kita harus berhasil bawa dia kembali kesini sebelum Adit kembali." Chris menarik nafas dalam. "Harus. Apapun yang terjadi, kita harus membawanya kembali kesini."

"Dalam keadaan hidup!" timpal Fandi.

Chris mengeram rendah. "Abang tidak akan membiarkan siapapun berani menyentuh Kevin. Dia harus kembali dalam keadaan baik-baik saja."

Dilain sisi, Kevin berteriak kesakitan akibat seluruh siksaan yang ia terima dirumah—neraka—yang ditinggalinya untuk sementara.

Chris, kau terlambat untuk mengatakan baik-baik saja.

Be Careful

Adit mengelap keringat yang bercucuran tanpa henti didahi. Latihan hari ini cukup menguras tenaga karena mereka diharuskan mengitari komplek militer tanpa henti, push up dan sit up 200x, dan beberapa pelatihan berbagai obat-obatan bagi medis sepertinya.

Bruk

Tubuhnya ambruk diatas kasur tipis sebagai ranjang mereka. Fasilitas yang diberikan oleh pemerintah bagi mereka yang mengikuti pelatihan ini.

Nafasnya tak beraturan, matanya terpejam dengan tubuh yang benar-benar lemas setelah berlatih seharian penuh tanpa istirahat. Perutnya keroncongan, namun ia tak mampu untuk sekedar bangkit dari tempat tidur. Adit benar-benar kelelahan.

Tapi, hey, tangan kanannya mampu meraih sebuah earpic diatas meja yang sengaja ia tinggalkan. Menyalakan alat komunikasi tersebut dan-

Tidak ada suara.

Tubuh Adit langsung terduduk. Menyadari earpic-nya tak berfungsi sama sekali membuat pemuda itu lupa akan rasa lelahnya. Adit panik, earpic-nya tak bisa menyala. Bahkan lampu indikator yang biasanya berkedip kini tak lagi menunjukkan sinarnya. Sungguh, Adit benar-benar panik sekarang.

Berbagai spekulasi mulai muncul memenuhi pikiran pemuda Aditya itu. Siapa yang berani mengambil lalu merusak earpic kesayangannya dengan lancang?

Adit menggeram kesal. Dibanting earpic tersebut bersamaan dengan tinjuan yang mengarah pada pintu kayu disebelahnya. Bahkan pipa plastik tak bersalah yang harusnya untuk latihan kini sudah patah menjadi dua ditangan pemuda itu. Menyebabkan kegaduhan diruangannya.

"Adit, ada apa?" seorang pemuda memasuki kamarnya dengan tergesa-gesa.

Adit menoleh dengan mata yang masih memerah menahan amarah. Tak menjawab, Adit hanya menggelengkan kepala.

"Oh iya saya lupa kasi tahu, Chris bilang sama saya kalau earpic kalian diganti semua. Earpic lama tak berfungsi lagi, termasuk milikmu dan Kevin. Karena sebuah misi, earpic Fandi hancur dan Chris mengajukan penggantian earpic pada atasan. Sekarang earpic mereka baru semua."

Dan itu artinya Adit tak memiliki akses untuk berkomunikasi dengan teman kelompoknya karena ponsel pun tak ikut terbawa. Bagus sekali.

Bruk

Tubuh Adit oleng sebelum kemudian ambruk untuk yang kedua kalinya. Benar-benar ambruk. Adit tak sadarkan diri akibat rasa lelah dan emosi yang menyatu.

Be Careful

Kevin berusaha menghindari serangan yang datang. Dengan tangan yang terikat keatas dan kaki yang sama tak mampu bergeraknya, pemuda itu hanya mampu menggerakkan pinggang. Bergerak kekanan dan kekiri berharap pukulan itu akan berhenti. Karena, yah, dia tak mampu benar-benar menghindarinya.

"Siapa yang memperbolehkanmu bergerak hm, sayangku?"

Ctaasss

Sekali lagi cambuk itu dilontarkan.

Kulit putih Kevin kini tak lagi bersih. Bekas luka sayatan dan cambukan menghiasi tiap senti tubuhnya.

"Kau sadar keputusanmu bergabung dengan mereka itu adalah keputusan terbodoh?!"

Ctaasss

"Kau bisa mati konyol disana!"

Ctaasss

"Kau mau mati cepat, begitu?" Senyuman miring terukir dibibir manis si wanita. "Aku bisa membantumu untuk mati tanpa harus mengorbankan diriku sendiri."

Kini cambuk itu terlilit dikaki Kevin. Arnasya meraih pematik api miliknya.

Menyulutkan api pada salah satu ujung cambuk tersebut.

"Akan ku bantu, akan aku bantu kematianmu tanpa harus mengorbankan diriku sendiri."

"Aku tak mengorbankan diriku sendiri!" teriak Kevin. Jika kalian berpikir Kevin takut dengan gertakan Arnasya, maka kalian salah besar. Dia tak takut sama sekali bahkan jika harus terbakar dirumahnya sendiri hari ini.

Arnasya terkekeh bengis. "Lalu apa, hm? Lahir dari sebuah keluarga mafia, lari dari rumah dan masuk kedalam kelompok yang memberantas mafia. Kau ingin membunuh keluargamu dan bahkan dirimu sendiri?"

Kevin dapat merasakan kakinya yang mulai terbakar oleh api yang disulut Arnasya.

"Atau kau ingin biarkan mereka membunuhmu dengan sukarela? Dengar, adikku yang manis. Dengar baik-baik, mereka itu bukan keluargamu. Bukan siapa-siapamu. Mereka tak akan perduli denganmu apapun alasannya. Kau hanya pembantu, rekan dan kenalan. Tak lebih dari itu."

Kevin mendecih. "Kau mafia, namun tak mengerti arti sebuah ikatan antar rekan. Mafia macam apa kau ini?!"

Arnasya sontak melempar sebilah pisau kearah kepala Kevin dan beruntung dapat dihindari oleh pemuda itu. "Tau apa kau tentang mafia? Pemuda manis yang sehari-hari hanya terkurung dirumah tanpa mampu bersosialisasi dengan orang luar. Jika bukan karena aku, kau bahkan tak bisa melanjutkan kuliahmu."

"Omong kosong!"

Kaki Kevin mulai terbakar, ia tak yakin akan selamat sekarang. Mati ditangan sang kakak tiri.

Haha

konyol sekali.

#####

HAYOLO KONFLIK KEVIN KELIATAN :D Bau-bau mau ending nih ;)

Btw, iya, part Gilang kemaren aku unpub. SALAH URUTAN :D

Be Careful Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang