Selesai

3.4K 413 182
                                    

Srrasshhh

Seorang pemuda menyeka bekas darah dipisaunya. "Telfon Adit, suruh tulis dicatatan, kita udah kelarin satu lagi," ucapnya pada sang rekan. Ia menyeringai saat melihat hasil karyanya itu. Tungkai kakinya bergerak menjauh sebelum sebuah tangan menghentikan langkahnya.

"Ah, udah gue penggal masih belum mati juga, hm? Kasian kalo lo tersiksa gini, gue bantu kelarin sekalian, ya?" dan pada detik berikutnya, pisau itu menancap tepat ke dada kiri korban. Chris berdecak karena jaketnya terkena cipratan darah. "Payah."

Rehan menyimpan kembali ponselnya setelah melakukan apa yang diperintahkan Chris. Melihat pemuda yang sudah ia anggap abangnya sendiri itu berdecak, ia terkekeh. "Udah, ayo pergi bang! Ngakak gitu doang. Nanti sampai dirumah masukin mesin cuci, Rehan yang cuciin sampai bersih wangi bersinar sepanjang hari ulala tralala trilili."

Chris ikut terkekeh mendengar candaan adiknya itu. Tangannya bergerak menarik kasar pisau kesayangan dari jantung sang korban lalu disimpan. Ia tersenyum hangat sembari mengecek ponselnya, melihat siapa lagi korban berikutnya. "Mau makan apa? Ayo, gue yang traktir." Dan langkah kedua pemuda itu mulai bergerak meninggalkan tempat kejadian. Saksi bisu kegiatan mereka.

"Tadi kata Adit, dia sama Bang Kevin lagi masak."

BE CAREFUL

Kevin sibuk meracik beberapa bumbu untuk makan malam. Tangannya tak berhenti bekerja sejak 2 jam yang lalu. "Ini yang paling gue benci kalau udah masak daging manusia. Susah empuknya. Lagian kenapa Raden gak nyari korban yang lebih muda aja?" gerutunya sepanjang pekerjaan.

"Ada yang bisa gue bantu, bang?" Gilang muncul bak penyelamat. Kevin tersenyum lebar sekali. "Banyak, lang. Mau bantu Adit potong bawang, bantu abang bersihin daging, atau masak nasi?"

Gilang berpikir sebentar, memilih mana yang akan ia lakukan terlebih dahulu. "Masak nasi aja, bang. Paling sebentar lagi yang lain dateng terus minta makan. Gue males dengerin omelan Kanjeng Raja Raden Mas Changbin Kusumo Diningrat, udah tajem, nusuk, berisik, capek dengernya."

Kevin tertawa pelan. "Yaudah sana, inget takaran kan?"

Gilang mengangguk semangat.

"Sekarang ngatain, didepan orangnya kicep satu kata juga gak keluar," ejek Adit.

"Heh, bukan gitu ya! Bang Raden aja yang galak kaya orang ayan!" bela Gilang tak terima.

Lagi-lagi Kevin tertawa. Perdebatan adik-adiknya ini merupakan hiburan tersendiri, tak cuma bagi dirinya, bagi semua penghuni rumah ini. "Udah, lang. Sana masak nasi daripada nanti diomelin Kanjeng Raden Mas lo."

"Apaan Raden Mas gue, dih ogah." Gilang bergidik ngeri. Tangannya bergerak membuka penutup magic com, " Bang, kok ini dagingnya gak dimasukin kulkas? Kan bau kalau ditaruh Magic com gini. Mana gak dicolokin lagi."

Kevin mengernyit lalu berjalan mendekati Gilang. "Lah iya abang lupa colokin. Tadi rencananya sebagian mau abang masak, tapi abang masukin Magic com dulu biar rada empuk sebelum dimasak, sebagian lagi belum dicuci mau disimpan di Kulkas." Pemuda 22 tahun itu menepuk pelan keningnya. "Malah lupa colokin."

Gilang tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan dari Kevin, sementara Adit tersenyum geli. Keduanya tak mengira sang abang tertua dapat seceroboh itu. Gilang memperhatikan tangan Kevin yang bergerak mengambil bungkusan daging dari dalam Magic com dan membuangnya ketempat sampah. "Sayang, bang. Banyak itu," ucapnya menatap tempat sampah miris.

"Lo mau makan? Ambil." Bukan Kevin, Adit yang menjawab

Gilang mendengus sebal, "No, thanks," jawabnya dengan aksen Australia yang kental. Hasil belajar dengan Chris.

"Biasanya yg mentah juga lu mak--"

Ceklek

"Kami pulang!"

Ucapan adit terpotong, atensi mereka bertiga teralihkan oleh 4 manusia yang masuk tanpa mengetuk pintu dahulu itu.

"Tuh kan bener, pulang," gerutu Gilang.

Raden memilih nonton TV bersama Fandi, sementara Chris menuju kamarnya dan Rehan berlari kedapur.

Sedetik kemudian Rehan sudah bergabung bersama mereka didapur. "Mana makanannya? Rehan laper."

"Belum selesai, lo tunggu sebentar atau mau ikutan bantu?" Tawar Kevin lembut. Tangannya yang baru saja dicuci, ia gunakan untuk mengusak rambut adiknya itu.

"GAK," jawab Adit cepat. "Kelar gak, dapur kebakar iya."

Rehan nyengir, "Adit bener tuh bang. Rehan nunggu aja. Semangat masaknya kesayangan Rehan." Pemuda itu memberikan kissbye andalannya lalu berlari meninggalkan dapur.

Sementara Gilang tertawa, Kevin terkekeh dan Adit menggerutu sebal.

Be Careful

Sandy berdecak sebal pada kertas ulangan dihadapannya. Ah, jika kalian mengira mereka tak sekolah, maka kalian salah. Pembunuh juga butuh pendidikan, bukan? Paling tidak, identitas mereka belum diketahui.

"Code 208, masuk,"

Sandy menekan sebuah tombol di earphone Bluetooth yang tertutup oleh rambut tebal miliknya itu. "Ya, disini. Ada apa, bang?"

Seseorang disebrang tertawa, "Bagaimana nilai ulangan lo, baby fox? Kata Bang Kevin lo dapet merah lagi?"

"Sialan--"

"No swearing, sweety. Kamu masih terlalu muda untuk belajar dari Rehan atau Gilang. Besok-besok deket sama Adit aja Rehan sama Gilang terlalu toxic buat kamu yang asik." sebuah suara yang berbeda dengan suara pertama tiba-tiba menyahut.

Sandy meringis. Pacarnya itu memang sedikit bawel jika sudah menyangkut tentang dirinya. "Iya bang Fandiku sayang. Besok-besok Sandy mainnya sama yang kalem-kalem aja kaya Bang Adit sama bang Kevin."

"Nah gitu, pinter kesayang-- Eh ada cecan, mba cantik kiw kiw minta nomor hp nya dong,"

Fandi mulai ngerdus, namun lupa mematikan mic earphone-nya.

"Ampas."

Sedetik kemudian earphone Sandy dipenuhi oleh tawa orang-orang disebrang sana yang berbeda tempat tersebut. Masing-masing mereka serempak mengumpati Fandi dengan bahasanya sendiri. Sebenarnya mereka sama kesalnya dengan Sandy, hanya saja sepertinya menertawai Fandi lebih asik.

Be Careful

Brakkk

"AARRGHH,"

Seorang pemuda tersenyum senang setelah berhasil melempar pemuda lain hingga membentur tembok cukup keras. "Katakan pada teman-temanmu untuk berhenti, Sandy sayang. Atau kau akan dapat yang lebih dari ini."

Detik berikutnya Sandy dapat merasakan seseorang menendang keras perutnya.

#####

Fyi, earphone yang dipake Sandy dkk itu bukan earphone buat nelfon ya:v Itu tuh semacam walkie talkie tapi modelnya kaya earphone nirkabel :v

Fyi, earphone yang dipake Sandy dkk itu bukan earphone buat nelfon ya:v Itu tuh semacam walkie talkie tapi modelnya kaya earphone nirkabel :v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaya gitu, tapi panjangnya gasampe pipi jadi masih bisa disembunyiin dibalik rambut^^

Be Careful Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang