bab 15

94 11 0
                                    

Dia adalah seorang pria muda yang lahir di keluarga berkecukupan. Tidak miskin ataupun terlahir kaya, mereka adalah keluarga bahagia yang hidup dalam kesederhanaan. Ayahnya adalah seorang dokter yang hidup untuk mengabdi pada masyarakat dan ibunya adalah pembuat roti yang sangat pandai. Dia adalah michael, lelaki yang dikenalkan bapa padaku dan seseorang yang telah kulupakan.

***
Hari ini michael mengajakku pergi bersamanya. Ia berdiri di depan pintu dengan setelan jas coklat tua yang tampak indah,  di tangannya tergenggam buket mawar putih. Aku tersenyum dan menerima bunga yang tampaknya telah ia beli dengan mengantri di pasar, wajahnya penuh dengan peluh.

Kami hanya berjalan, matahari sore yang hangat menemani pembicaraan kami. Ilalang yang tertiup angin musim gugur menjadi pendengar setia kami. "Nona maria, saya dengar dari bapa nona sangat senang membaca buku di sini. " ujarnya, ia menatap wajahku dengan tatapan ramah. "Membentangkan kain lalu membaca buku di temani suara gesekan ilalang yang tertiup angin merupakan hal yang paling terindah. ".

Dia menatapku, "kini saya tahu, hal yang paling terindah berada tepat di depan saya. " aku terhenti, aku merasakan hawa panas yang berputar-putar di seluruh tubuhku. Wajahnya memerah, ia mengalihkan pandangan ke hamparan ilalang yang kecoklatan. Aku tersenyum dan menatap michael yang berusaha memalingkan wajahnya.

"Cup" aku menjinjit dan mencium pipinya. Ia menatapku dan tersenyum, kami mendekatkan wajah kami. Aku rasakan nafas kami yang saling menderu, bibir kami akan saling menyentuh dalam waktu sedetik lagi. Michael lalu berhenti. "Nona, saya akan menciummu nanti. Di depan semua orang saat pernikahan kita. " ia mencium keningku lalu melepaskan pelukannya. Aku tersenyum begitu juga dirinya. Matahari sore yang mulai tenggelam menampakkan semburat warna yang kemerahan, di saat itu aku rasa aku mencintainya dan...diriku mulai hilang perlahan-lahan.

***
Aku membaca novel ditemani oleh cahaya bulan yang memaksa masuk ke dalam kamarku untuk memberikan selamat atas pernikahanku. Novel baru yang dibelikan michael bercerita tentang seseorang yang begitu mencintai laut hingga ia tidak menyadari bahwa laut yang ia cintai hanya fatamorgana dan ia hanya berjalan-jalan di tengah gurun pasir yang luas.

Aku menutup buku itu lalu menatap novel yang biasa aku baca, aku mengambilnya dari meja. "Sudah saatnya aku mulai membaca novel baru, iya kan? " gumamku, tapi entah kenapa hatiku tidak ingin aku membuangnya. Aku kembali meletakkan novel itu di meja lalu berbaring di tempat tidur.

Senyuman yang menghiasi wajahku tidak bisa dihilangkan, seluruh memori tadi sore seakan berputar non stop di setiap sel-sel otakku. Aku menyentuh bibirku, lalu senyumku menghilang. Hatiku terasa sedih dan putus asa memberikan kode rahasia yang tidak aku mengerti. Kemudian aku menatap langit-langit kamarku yang memantulkan cahaya bulan laksana layar di bioskop.

Aku kembali menatap novel yang sudah usang itu. Aku mengambilnya lalu membaca tulisan yang ada disana. Alasan satu-satunya aku tidak pernah bosan membacanya adalah kutipan penulis dalam salah satu bab.

" sebuah ilusi akan menjadi kenyataan bila kita percaya, satu satunya hal yang bisa membuatmu keluar adalah mencari letak kesalahannya. "

Aku menutup buku bersampul biru tua yang memudar karena waktu yang terlalu jahat itu terus berjalan. Aku mengangkat bahu tanda menyerah untuk berpikir kemudian pergi tidur. Saat hampir terlelap aku ingat mimpiku tadi malam, mimpi yang seharusnya terlupakan itu muncul seperti lentera di dalam hutan gelap. Sebenarnya siapa sarah?  Kenapa tuan michael memanggilku dengan nama itu?  Apa aku melupakan sesuatu?  Sesuatu yang sangat penting hingga jantungku terus berdegup meminta jawaban dari otakku.

"Sarah... Sarah... " aku mencoba mengingat dengan mengulang nama itu berkali-kali. Nama itu tidak akan muncul begitu saja di mimpiku, ia pasti pernah menjadi bagian dari diriku. Seminggu lagi aku akan menikah, sebelum waktu itu aku harus mencari tau arti nama itu... Dan mencari letak kesalahannya.

***
Satu minggu berjalan sangat cepat, dan aku masih tidak menemukan apapun. Besok adalah hari pernikahan ku dan malam ini adalah malam terakhir aku tidur sendiri. Seharusnya aku senang bukan kepalang karena ku mencintai lelaki itu, tapi kenapa hatiku tidak tenang. Apakah pernikahan ini sebuah kesalahan?

Aku berjalan mencari udara segar di koridor-koridor gereja. Sesekali aku menyapa suster yang melintas dengan ramah melanjutkan kegiatanku. Malam ini semua sangat sibuk karena pernikahan esok hari. Bapa memastikan semuanya dengan rencana rapi yang sempurna. Sebenarnya aku dan michael ingin pernikahan yang sederhana tapi bapa menolak dan akhirnya mengadakan pesta yang megah ini.

Langkah kakiku berhenti di depan pintu yang tergembok. Bapa tidak pernah membiarkan ku membukanya, walau alasan-alasan bapa sangat konyol tapi aku tetap mematuhinya. Toh bapa pasti melakukannya untuk kebaikanku. Aku memegang gembok besi yang mulai berkarat tertelan waktu itu. Ajaib!!  Gembok itu terbuka, apa ini benar-benar gudang dan salah satu suster lupa menguncinya?

Aku melihat ke sekeliling, memastikan tidak ada yang melihat aku akan masuk keruangan ini. Tampaknya tidak ada yang melihat. Aku membuka pintu perlahan agar tidak ada suara yang akan membuat orang lain melihatku. Saat aku membukanya tercium bau busuk yang memaksaku masuk lebih cepat agar tidak ada yang menciumnya dari luar.

Ruangan itu gelap dan juga sangat pengap. Cahaya bulan menerobos masuk melalui celah papan kayu yang sengaja di paku ke jendela. Aku melihat seluruh ruangan itu dan pandanganku terhenti di benda hitam yang teronggok di lantai. Aku mendekat, rasa penasaran membuat ketakutan ku mendadak hilang.

Mulai mendekat aku mulai sadar, benda itu bukanlah suatu benda tapi ia adalah seseorang!!! Aku mundur selangkah ketika ia bergerak.  Walau agak gelap, bisa kulihat luka-luka di sekujur tubuhnya mulai menimbulkan bau busuk. Bisa kulihat ada rantai yang terpasang di tangan dan kakinya.

Wanita itu tiba-tiba mendangak, menunjukkan wajah terkejutnya dengan mata yang membulat.  Aku terdiam, tak bisa percaya hal yang aku lihat saat ini.  Bibirku bergetar, kakiku melemas. Jelas terlihat, walau tertutup luka dan nanah yang busuk..

Ia.. Ia adalah AKU!

BAPHOMET : "devil inside me" (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang