bab 13

91 10 0
                                    

Di tempat gelap, bahkan udara tidak bisa hilir mudik dengan bebas karena ventilasi yang kecil dan sekedar untuk menghiasi ruangan itu. Aku hanya bisa duduk di lantai yang dingin dengan rantai yang mengikat tidak hanya tubuhku tapi jiwaku. Dia masih disini, duduk diatas kursi menatap tubuhku. Aku merasa telanjang dan hina membayangkan aku tak bisa berbuat apa-apa.

"Apa kau tidak bosan? " tanyaku, jari-jariku menggenggam udara dengan erat. Ia tersenyum lalu menggeleng, kemudian tanpa jawaban apa-apa dia bangkit. Awalnya aku kira ia akan pergi dan meninggalkanku untuk bernapas. Tapi ia kembali duduk, kali ini di lantai untuk menatapku lebih dekat. Ingin ku tampar dan ku tendang wajahnya, tapi rantai ini sangat pendek hingga aku terjebak.

"Aku yakin kau punya banyak pertanyaan. Aku menunggu... Kalau bisa akan aku jawab. " ujarnya, ia mengetuk-ngetuk lantai dengan jari telunjuknya. Aku terdiam, karena itu saja yang bisa aku lakukan. Lidahku kelu seakan membeku tak bisa bergerak. Pita suaraku rasanya telah putus atau mungkin menghilang hingga aku tak bisa mengeluarkan suara.

"Kumohon, lepaskan aku... " apapun caranya, aku harus keluar dari neraka ini dan kembali bertemu dengan michael yang asli. Ia menatapku dengan sorot matanya yang menjijikkan. Aku menghindari tatapannya, berharap masih ada rasa kasihan di dalam hatinya yang sudah mengering.

"Baiklah. " jawabnya, suara michael yang lembut menari-nari di gendang telingaku. Memberi semangat kepada otakku yang hampir menyerah. Aku menatapnya dengan senang, berharap michael yang ada didepanku. Aku salah. Didepanku adalah iblis menjijikkan yang berusaha mempermainkanku.

"Kenapa tidak bilang saja dari tadi. " lanjutnya, ia membuka rantai di tangan dan kakiku dengan hanya satu jentikan. Ini saatnya. Aku langsung menyerang dia hingga terjerembab ke belakang dan lari ke pintu. Pintu itu terbuka, tanpa melihat ke belakang aku langsung berlari menuju kebebasan ku.

***

Di balik pintu itu adalah hamparan padang ilalang dimana aku dan michael sering berjalan bersama. Aku menatap ke sekeliling dengan tatapan tak percaya. Pintu yang berada di belakangku menghilang tergantikan pemandangan ilalang yang kecoklatan.

"Maria... " panggil seseorang, kali ini aku yakin dia adalah michael. Ia berlari sambil membawa buku novel klasik miliknya. Aku menatapnya haru, air mataku hampir tumpah. Ia menatapku bingung lalu tersenyum. "Kita pasti baik-baik saja. " ucapnya lembut sambil membelai rambutku. Angin yang hangat memainkan rambut kami dan tampaknya membawa cinta diantara kami.

"Apa sekarang aku mirip michael? " aku menatapnya, berlian coklat yang bertengger di matanya dengan indah tergantikan dengan lautan hitam yang memenuhi setiap titik di matanya. Ia tersenyum menampakkan gigi taringnya. Aku mundur selangkah dan hampir terjatuh jika saja ia tidak menopangku.

Aku berusaha melepaskan diriku dari jeratannya, namun ia memegangku lebih kuat lagi. Matanya menusuk masuk ke dalam jiwaku, meleburkan semua kenangan manisku dengan michael. "Aku akan melepaskanmu, tapi tidak akan membebaskanmu maria. " wajahnya mendekati wajahku. Aku berusaha untuk menghindar namun tubuhku tak bisa terkontrol. Aku bergerak mengikuti perintahnya.

"Sampai jumpa lagi... " bisiknya. Saat bibir kami saling bertemu, aku menjadi lemah. Seakan semuanya telah berakhir. Aku menutup mataku dan memberikan perpisahan yang menyedihkan untuk jiwaku.

***
Aku terbangun di tengah hamparan ilalang. Dengan wajah bingung aku memgambil buku novel di sampingku dan membawanya. Apa aku tertidur saat membaca tadi?

Aku berjalan menuju gereja. Rumah yang telah aku tinggali cukup lama hingga aku bisa menunjukkanmu setiap ruangan sambil menutup mata. Aku menyapa bapa yang sedang menyiram tanaman di depan gereja. Bapa menatapku bingung sekaligus khawatir. "Maria, apa kau menangis? "

Aku menyentuh pipiku yang basah, aneh sekali kenapa tidak terasa dari tadi. Aku menggeleng kepada bapa agar ia tidak khawatir. Karena ia adalah malaikat yang akan selalu mengkhawatirkanku. "Aku baik-baik saja bapa, mungkin karena novel ini memiliki cerita yang sedih. "

Bapa tersenyum lalu menyuruhku masuk karena hari sudah sore. Ia juga menyelesaikan pekerjaan dan bersiap-siap untuk peribadatan nanti malam. Semuanya terasa sangat sempurna di dunia kecilku.

Aku masuk ke dalam kamar dan meletakkan novel itu di meja. Kamar ini sangat sederhana dan hanya berisi furnitur yang biasa saja. Tapi yang membuatnya indah adalah letak jendela yang selalu memiliki pemandangan luar biasa di baliknya. Aku biasanya akan membiarkan sinar bulan yang kebiruan untuk masuk dan menjelejah kamarku.

Tapi aneh, kenapa sepertinya ada yang hilang. Kenapa hati ini terus menerus memberi sinyal padaku. Apakah ada yang aku lupakan?

Aku menggeleng, menepis semua pertanyaan rumit di kepalaku lalu berbaring di kasur. Menatap langit-langit kamar sambil memikirkan mimpi yang aku alami. Tidak semuanya bisa ku ingat tapi yang pasti ada seseorang bernama Michael.

Tampaknya aku mencintainya....

BAPHOMET : "devil inside me" (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang