bab 16

84 7 0
                                    

Aku mundur, mendekat kearah pintu lalu mencoba membukanya. Ia disana, masih menatapku dengan wajahnya yang mengerikan. Ia tak mungkin aku, ini adalah jebakan iblis.
"Maria, kau maria." leherku menegang, bagaimana ia bisa tahu namaku. Aku menggedor pintu berharap ada yang mendengar dan membantuku keluar dari ruangan ini. Air mataku mulai mengalir melewati setiap pori-pori di pipiku.

"Dengarkan aku, kumohon. " ucapnya dengan suara parau. Tanganku yang menggedor pintu berhenti, aku berbalik dan menatapnya. Wajahnya mirip denganku, kenapa ia dikurung disini?  Siapa dia?  Aku mendekat dan berdiri agak jauh darinya.

"Si.. Si.. Siapa kau? " lidahku kelu namun pertanyaan yang menghantui otakku memberikan kekuatan untuk bertanya.

"Maria, jangan percaya siapa-siapa, waktuku tidak banyak. Kau harus mencari nama aslimu. Hanya itu satu-satunya jalan. Kumohon. " ia menangis dengan keadaan putus asa. Bisa kulihat luka ditangannya akibat usahanya untuk lepas dari rantai. Hatiku terasa remuk, seakan ia adalah aku dan diriku mencoba memberikan peringatan pada diriku yang lainnya.

"Apa kau juga maria? " tanyaku, ia mendangak dan mengangguk berkali-kali meyakinkanku. " siapa sarah? " tanyaku, entah kenapa dari semua pertanyaan, pertanyaan itulah yang keluar dari mulutku. Matanya membulat, ia bergumam tidak jelas. Lalu tiba-tiba ia tertunduk. Dengan keadaan cemas aku mendekati dan mencoba membangunkannya.

Wajahnya terangkat, matanya berubah menjadi hitam legam. Bibirnya tertarik membentuk senyuman dan gigi taring tajam menghiasi senyumannya. Aku terjatuh dan waspada menatapnya. Aku mencoba bangkit tapi kakiku sudah lemas. Di dalam ruangan berventilasi buruk dan gelap ini aku menghadapi mautku.

Tiba-tiba warna hitam yang menyelimuti matanya menghilang. "Aku tidak bisa bertahan lagi, kumohon. Sarah... Sarah... adalah..

***
Aku terbangun mendengar ketukan yang berasal dari pintu kamar. Aku duduk di kasurku dengan kesadaran yang masih belum datang sepenuhnya. "Maria, hari ini kau akan menikah. Bangun. " suster nia mengetuk pintu berkali-kali dan memanggilku. Hari ini aku akan menikah! 

Aku keluar dari kamar dan melihat para suster membawa gaun pengantin putih yang indah. Suster menyuruhku untuk mandi lalu para suster akan menungguku di kamar untuk mendandani dan mempersiapkan ku di hari spesial ini. Aku tersenyum saat para suster berusaha menahan tangis bahagianya. Mereka adalah penjagaku dan orang yang kuanggap sebagai teman, dan ibu.

Aku melepaskan baju yang terpasang di tubuhku. Air dingin menggelitik tubuhku dan mengalir melewati pori-pori kulitku. Seharusnya aku bahagia hari ini, tapi kenapa.. Kenapa aku merasah risih dan sedih. Seakan hari ini bukanlah pernikahanku tapi hari pemakaman bagi jiwaku. Mimpi semalam, mimpi dimana aku bertemu diriku yang tampak menyedihkan membuatku bertanya-tanya. Siapa sarah? 

Setelah selesai mandi aku dipakaikan gaun pengantin oleh suster. Gaun ini sedikit mewah dan tampak mahal, kata bapa ini adalah hadiah dari michael, gaun yang dijahit dengan tangan. Aku melihat pantulanku di cermin, rambutku dibiarkan terurai dan dihiasi bunga-bunga berwarna putih yang indah. Polesan bedak dan lipstik merah darah membuatku merasa sangat cantik hari ini.

Tapi, mimpi semalam terus menggangguku. Ia terus menari-nari di otakku dan mendorong semua pikiran bahagia ini menjauh. Suster mendapati ku beberapa kali termenung lalu tertawa bersama yang lain menganggapku sedang gugup. Tidak, aku tidak gugup karena pernikahan ini namun mimpi semalam cukup mengerikan untuk membuatku risih di hari spesial ini.

Aku menatap pantulan suster yang sedang merapikan gaunku. Lalu dengan tatapan dingin ia menatap pantulan ku di cermin, dengan cepat aku melihat suster yang fokus pada gaunku lalu melihat cermin yang memantulkan punggung wanita dihadapanku. Aku memegang kepalaku yang terasa sakit, suster lain yang melihatku mendekatiku dan menanyakan keadaanku. Aku tersenyum dan berkata bahwa aku baik-baik saja. Tapi, aku tidak baik-baik saja sekarang!

Jam tua besar yang ada di menara gereja berdentang sebanyak dua belas kali. Di siang yang cerah, ditemani oleh angin sepoi aku berjalan diantara ilalang. Pernikahan kami awalnya akan dilaksanakan di gereja, tapi michael dan aku ingin melaksanakannya disini. Ditengah padang ilalang yang indah.

Aku digandeng oleh bapa menuju ke altar dimana micahel sedang berdiri dengan wajah gugup. Aku tersenyum padanya dan ia membalasku. Seharusnya aku bahagia, seharusnya hari ini adalah awal hidupku yang baru, tapi kenapa?  Kenapa aku merasa diriku semakin menjauh dari realita? 
Apakah pernikahan ini hal yang benar?
Apakah aku bisa keluar dari neraka ilusi ini?

BAPHOMET : "devil inside me" (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang