bab 18

92 8 0
                                    

Angin dingin berhembus kencang menerbangkan bunga yang sudah di tata dengan rapi di rambut Maria. Dengan perlahan dan sinema yang memusingkan, ilalang yang terhampar sepanjang pemandangan mulai menghilang dan berubah menjadi lumut-lumut yang menanjaki tembok-tembok tua. Para undangan kini menghilang terganti serangga menjijikkan yang merayap di antara tubuh membusuk.

"Padahal aku sudah memberimu kesempatan kedua. " Maria kini tidak sedang memakai baju pengantinnya yang indah, pakaian yang melekat pada dirinya saat ini tidak pantas lagi disebut pakaian tapi potongan kain yang lusuh. Tangan dan kakinya terantai, kulit di sekelilingnya tampak merah dan lecet akibat usahanya untuk bebas.

Maria memandangi, menelanjangi setiap inci ruangan penuh sesak dan bau busuk ini. Matanya terpaku pada seseorang yang sedang duduk di satu sudut, tangannya memegang buket mawar merah. Lelaki itu, berdiri dan berjalan ke arah Maria. Cahaya yang masuk dengan malu-malu mulai menerangi wajah lelaki itu.

Lelaki itu berjongkok, meletakkan buket bunga di hadapan Maria. Dengan sorot tajam, Maria menatap wajah lelaki itu. Tubuh Maria begitu lemah untuk di gerakkan sehingga ia hanya bisa melihat ke manik-manik coklat di hadapannya.

"Kita bisa melalui ini dengan mudah, tapi... Maria sayang, kau memilih jalan kekerasan rupanya. " Pria berwajah Michael itu menampakkan senyumnya, menampakkan barisan gigi putih yang terlihat menjijikkan di mata Maria.

"Namaku bukan Maria, iya kan? " Pria itu berdiri, mengambil sesuatu di saku jas hitamnya. Maria memincingkan mata, mencoba melihat benda yang dipegang Michael.

"Kenapa kau bisa berpikir begitu? " wajah Michael datar, tanaman rambat mulai bergerak secara perlahan mendekati Maria. Mata Maria membulat saat tanaman rambat menggapai lehernya dan mencekiknya.

Maria terangkat ke udara, satu-satunya hal yang membuatnya tidak terangkat lebih jauh adalah rantai yang mengkekang tangan dan kakinya.

"Sarah! " Michael mundur, tanaman rambat yang mencekik Maria mendadak hilang dan Maria terjatuh cukup keras ke lantai. "Uhuk... Uhuk.. " Paru-parunya sedang bekerja keras memompa udara dan memilah oksigen. Maria memegangi dadanya yang turun naik dengan kecepatan tinggi.

"Nama itu, adalah namaku iya kan? " Maria tersenyum, rantai yang kini mengikatnya menghilang bersamaan dengan seluruh tempat.

***
Maria kini berdiri di bawah pohon besar, pohon itu tampak sekarat dan menderita. Maria menghela nafas, menyadari dirinya yang kini memakai baju pasien rumah sakit. Di tangannya terdapat gelang tertuliskan namanya, Sarah hafidzah putri.

"Kenapa? " Sarah menangis, jatuh terduduk di bawah pohon yang sekarat. Ia menyadari dirinya kini akan mati, benar-benar mati sebagai manusia dan mati dalam keadaan mengenaskan.

Sarah terkejut saat tangannya menyentuh sesuatu yang mencuat dari tanah. Buku biru yang sudah terbakar habis, terkubur di bawah pohon. Sarah langsung menggali tanah dan mengambil buku diari milik michael.

Ia membuka buku itu dan menemukan setangkai mawar putih yang mengeluarkan wangi menenangkan.

"Kau telah berjuang. " Sarah menoleh kebelakang, Michael berdiri memakai jas putih menatapnya dengan tatapan hangat. Sarah yakin ia adalah Michael, karena apa?  Entahlah, Sarah hanya yakin setelah melihat tatapan teduh Michael.

"Kenapa tuhan begitu kejam?  Michael, apakah aku manusia berdosa? " Michael berlutut, mengelus rambut Sarah dengan lembut. Dirinya menahan tangis seakan ia telah berbuat dosa karena meninggalkan sarah sendirian.

"Sarah, kini kau sudah bebas. " Tangan Michael terjulur, menunggu balasan dari Sarah. Sarah menatapnya pedih, mawar putih yang berada di genggamannya mulai melayu.

"Michael, pertempuranku belum berakhir. Bila harus mati, aku memilih mati setelah berjuang. " Michael membalas perkataan Sarah dengan tatapan sedih, tangan yang ia julurkan diturunkannya.

"Bila itu keinginanmu baiklah. Tapi ingat!  Setelah menemukan letak kesalahannya, kau harus memperbaikinya. Aku percaya padamu. " Michael tersenyum hangat, tangannya membelai wajah Sarah dengan lembut. Kemudian Michael pergi bersama angin yang menyentuh lembut wajah Sarah hingga ia menutup mata untuk menikmatinya. Mawar putih yang tergenggam di tangannya kini merekah.

***
Sarah membuka matanya, sebab rasa menggelitik yang dirasa wajahnya. Kini dia berbaring diantara ilalang, dengan gaun pengantinnya dan buket mawar putih di sampingnya. Ia duduk, menulusuri setiap ilalang yang bergerak dalam harmoni bersama angin. Tak ada siapa-siapa, Sarah berdiri untuk mendapat jarak pandang lebih jauh lagi.

Agak jauh disana, dalam pandangan Sarah ada kerumunan orang yang sedang menari. Suara musik terdengar oleh telinga Sarah setelah dibawa oleh angin musim gugur. Ia berjalan, melewati permadani coklat menuju kearah kerumunan.

Langkahnya terhenti, pria dengan balon hitam itu muncul dihadapannya. Mulutnya tersenyum, menampakkan barisan gigi taring yang mengerikan. Di tangannya satu lagi, tergenggam kepala dengan darah segar yang terus menetes ke tanah.

Sarah terkejut hingga hampir terjerembab ke belakang. Ia menatap potongan kepala dengan wajah tersenyum itu, Sarah menatapnya jijik.

"Mi.. Michael? " Nama yang terbata-bata keluar dari mulut Sarah saat melihat tatapan kosong Michael. Pria mengerikan itu sedang memegang potongan kepala Michael.

"APA MAUMU?  " Sarah terdiam saat sekelilingnya kini dipenuhi orang-orang yang berdiri tegak menatapnya dingin. Sarah melihat ke sekeliling dengan tatapan horor, saat orang-orang itu mulai menari.

Pria pemegang balon itu menarik Sarah kepelukannya dan mengajaknya menari bersama. Dengan terpaksa, ditekan kekuatan tak terlihat Sarah ikut menari mengikuti alunan musik.

"LEPAS! LEPASKAN AKU! " Sarah meronta, mencoba menghentikan gerakan tubuhnya yang tak bisa ia kontrol.

Lelaki itu menarik sarah lebih dekat ketubuhnya. Dengan suara serak dan berat yang mengerikan, pria itu berbisik di telinga Sarah.

"Diam-diam.... Kau menyukainya kan? "

BAPHOMET : "devil inside me" (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang