bab 12

91 8 0
                                    

"Mi.. Michael ?" tanyaku memastikan, ia berdiri disana dengan senyumannya, sekitar 1 meter dariku. Ia melangkah maju perlahan, suara ranting yang patah seakan menyuruhku lari. Apa daya, di balik punggungku adalah batang pohon yang besar. Aku tak bisa lari kemana-mana selain harus ke depan.

Michael tak menjawab panggilanku, ia berjalan sambil terus tersenyum dan memainkan karung serta tali yang ia bawa. Aku mengambil pisau kecil dari tasku lalu mengacungkannya ke wajah michael. "Mu.. Mu.. Mundur.. Aku bilang mundur. " teriakku, air mata mulai membasahi pipiku. Rasa horor mencekikku dan membuatku lemas.

Michael masih berjalan, matanya yang hitam legam menandakan ia adalah makhluk berbahaya yang harus dihindari. Aku menganyunkan pisau itu agar ia takut dan menyelesaikan permainannya itu. Tapi tampaknya ia tidak ingin bermain-main selain dengan nyawaku.

Aku terjatuh dan meringkuk berharap ini hanyalah mimpi buruk lainnya dan aku terbangun di kasurku yang nyaman. Michael berlutut untuk menyamakan tingginya denganku. Wajahnya ia dekatkan ke wajahku, kini sudah jelas bahwa ia bukan michael. Tapi iblis jahat yang menirukannya.

"Maria.. " bisiknya di telingaku, ku tutup mataku erat-erat menghindari tatapan matanya yang mengerikan. Aku merasakan sensasi dingin di pipiku, michael menjilatnya!  Apa-apaan ini! Tangannya memegang daguku, memaksaku untuk melihat wajahnya. 

"Bukankah, kau merindukanku Maria... " bisiknya lagi, suaranya memojokkan keyakinanku, meruntuhkan keberanianku. Tapi, apapun caranya aku harus keluar dari neraka ini walaupun aku harus menghadapi iblis yang sedang menggodaku. Aku membuka mata, menatap tajam ke arah dua lubang hitam yang siap menyedotku. Dia bukan michael.

Ia tersenyum, menampakkan taring-taringnya yang tajam. "Kau akan menjadi pengantin tercantik karena keberanianmu. " ucapnya sambil menahan tawa. Aku berusaha melepaskan diriku dari iblis jahat ini. Tapi kekuatanku sudah habis dipakai untukku memberanikan diri membuka mata tadi.

"Dimana Michael? " tanyaku, bibirku bergetar dan pandanganku mulai kabur. "Oh sayang... Dia sedang berada di hadapanmu. " ucapnya, ia mendekati wajahku membuktikan dia mempunyai tubuh michael sekarang.

"Kau menyukaiku kan? " tanyanya dengan nada yang mengerikan. Tangannya masih memegang daguku  dengan erat agar tatapan matanya yang mengerikan mampu menusuk ke dalam jiwaku yang mulai melemah.

Bibirnya dengan perlahan mengecup bibirku. Sensasi dingin menjalari setiap aliran darah di tubuhku. Keringat dingin membanjiri tubuhku. Aku sudah tidak kuat lagi, pandanganku semakin kabur dan tubuhku semakin melemah. Di ambang kesadaranku aku melihatnya tersenyum dengan senangnya. Aku kalah kali ini.

***
Aku terbangun dengan sakit kepala yang sangat hebat hingga aku ingin membenturkan kepalaku ke tembok. Dengan pandangan yang sedikit kabur aku melihat sekeliling ruangan. Yang pasti, saat ini aku tidak berada di kamarku. Aku berusaha untuk bergerak namun rantai yang terpasang di tangan dan kakiku memaksaku untuk diam.

Saat itu, terdengar suara pintu terbuka. Terdengar langkah kaki memasuki ruangan ini, makhluk itu kemudian berlutut dan mengambil lap basah yang ia bawa bersama sebuah bak kecil. Ia mengelap tubuhku yang kotor dengan lap yang ia bawa.

"Bapa, kenapa aku di rantai begini? " tanyaku dengan nada marah, tapi tampaknya bapa hanya boneka yang sedang dimainkan oleh dalangnya. Tatapannya kosong, seakan roh yang seharusnya mengisi tubuhnya sedang berlibur jauh menembus angkasa. Ia hanya diam dan tidak mengendahkan pertanyaanku.

Setelah selesai, ia bangkit lalu membuka pintu mempersilahkan seseorang masuk. "Sekarang kau terlihat lebih cantik. " ucapnya, ia menyuruh bapa keluar dengan tatapannya. Ia berjalan sambil membawa kursi yang ia bawa dari sudut ruangan. Mataku mengawasi setiap gerak-geriknya.

Ia meletakkan kursi itu di hadapanku lalu duduk diatasnya.  "Siapa sebenarnya kau? " tanyaku, ia tersenyum lalu mendekatkan wajahnya yang sontak membuatku mundur. "Aku michael maria. Ini aku. " jawabnya, telunjuknya menunjuk ke arah dirinya untuk meyakinkanku. Rahangku mengeras, ingin sekali aku tampar wajah itu.

" kau semakin kurus saja, apa dia tidak memberi pengantinku makanan? " ia menyentuh pipiku lalu menghempaskannya begitu saja. Air mata sudah ingin keluar, namun harga diriku mencegahnya melakukan hal itu. Aku menatap michael atau apapun itu dengan tatapan tajam. Menggertak dengan tatapan seperti yang ia lakukan.

" Ck.. Ck.. Ck...aku memang suka wanita pemberani seperti mu. " ujarnya, senyuman yang terukir di wajahnya berubah menjadi seringai mengerikan yang siap merobohkan keberanianku.

"Kenapa?  Kenapa harus aku? " air mata yang selama ini aku tahan kuat-kuat menjebol pertahananku. Michael menatapku dengan lembut lalu membelai wajahku. "Air mata ini membuatmu terlihat lebih menggairahkan. " ujarnya sambil tertawa, ia menertawai rasa putus asaku. Ia berdiri mengambil sesuatu di meja. Buku harian biru milik michael sebenarnya. Ia menentengnya dan menganyunkannya di depan wajahku.
"Buku ini sudah tidak penting lagi, karena aku sudah ada disini. " ucapnya, buku yang ia pegang terbakar dan berubah menjadi abu dalam hitungan detik. Aku hanya bisa menatap abu yang tertiup angin panas dari jendela itu menyatu dalam udara yang kuhirup. "Hebat juga dia. " gumamnya, ia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Membiarkan semua udara penuh abu itu mengisi rongga paru-parunya.

"Michael.. Dimana kau saat ini?"

BAPHOMET : "devil inside me" (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang