Pagi itu, Jakarta 15 Oktober 1999, yaitu di sekolahku, yang ada di JL. Menteng Pulo Ujung. Pagi itu, merupakan hari yang indah, udaranya masih sejuk, ditambah pohon yang masih rindang sehingga sinar mentari tidak begitu menyengat.
Saat itu, aku juga jalan bareng sama Johan.Johan Malik Dekantara merupakan teman akrabku dari SMP, kami selalu kemana-mana bersama. Johan itu orangnya ganteng, putih, tinggi, tapi sayangnya cupu hahaha.. Canda aja aku Jo.. Ya nggak cupu cupu amat sih. Tapi, bagiku dia tetap menawan.
"Johan, kamu sakit gigi ya diam aja dari tadi." Kataku sambil menyenggol lengannya.
"Engga lah, aku lagi males ngomong aja han."Kata Johan sambil mengacak-acak rambutku.
"Oiya, kamu udah ngerjain PR Ekonomi belum sih yang halaman 20-21. Kalau udah aku nyontek dong tapi yang nomor 5 aja soalnya gak bisa."
"Udah dong JOHAN gitu loh."
"Serius situ udah?" Kataku seraya mengerutkan alisku.
"Udah. "
"Beneran jangan canda Jo." Kataku sambil mencubit lengannya.
"Aduh, sakit sakit. Lepasin dong han." Katanya dengan nada memelas.
"Gak bakal aku lepasin."
"Iya iya aku jawab serius."
"So atuh cepet."
"Udah, tapi cuman kurang aja jawabannya. " Katanya kemudian tertawa.
"Cuma gitu aja lama bener."
"Ya, habisnya nunggu dicubit dulu."
"Mau lagi? " Kataku tersenyum sinis.
"Enggak enggak."
"Yaudah yuk ke kelas."
"Jalannya tapi yang cepet dong." Katanya sambil melangkah mendahuluiku.
"Yee, kaki kamu kan panjang."
"Lah emang iya."
"Sombong nih yee, mentang mentang tinggi"
"Ya, makanya kalau mau tinggi olahraga. "
"Udah. "
"Gak pernah lihat tuh. "
"Gimana mau lihat orang olahraganya dimimpi. Wleee.. " Kataku seraya menjulurkan lidah dan lari menuju kelas.
"Awas ya kamu han." Kata Johan mengejarku.
Sesampainya dikelas..
"Nah, kena kamu ya." Kata Johan sambil memegang lenganku.
"Ih, lepasin dong." Kataku memelas.
"Aelah masih pagi juga udah pacaran aja." Kata Reno.
"Apaan sih nih bocah." Kataku
"Tau, sotoyy lu tong." Kata Johan
"Udah ada perlu apa? Pasti ada maunya." Kataku sambil melipat kedua tangan diatas perut.
"Hehe tau aja." Kata Reno dengan menggaruk kepalanya yang tak gatal..
"Ya tau lah."
"Kamu Ekonomi halaman 20-21 udah belum? Kalau udah aku nyontek dong." Tanya Reno kepadaku sambil membawa buku tulis dan pensil.
"Emm... Udah belum ya? " jawabku sambil meledek
"Ih aku serius nih, udah belum? Soalnya jam ke 2-3 nih. Bisa gawat kalau belum." ucapnya sambil memelas.
"Ih... kamu mah emang gak pernah ngerjain tugas."
"Hehehehe lupa, soalnya kemarin hewan peliharaan aku sakit jadi nggak sempet ngerjain. "
"Alasan mulu, yaudah tuh prnya cepet ditulis nanti dimarahin baru tau rasa. Oiya tapi yang nomor 5 belum. "
"Alah gapapa itung itung salah satu dapet nilai 90, ngomong-ngomong makasih ya."
Reno anaknya memang sering kalau nyontek, gak pernah ngerjain tugas. Tapi aslinya anaknya pinter kok. Baik lagi! Pokoknya sahabat ter the best deh...
"Eh Jihan, aku juga nyontek ya." Ucap Dina yang berdiri disamping bangkuku.
"Aku juga ya, soalnya kemarin lupa." Ucap Zoya
"Yaudah deh aku sekalian soalnya gak bisa hehe." Ucap Denis
"Iya, iya tuh bukunya dibawa Reno. Lagian kamu den padahal bapaknya sarjana ekonomi, ibu kamu sarjana matematika masa gak bisa."
"Gak bisa, bingung akutu han."
"Gak bisa apa belum bisa." Kataku sambil mendongakkan dagu.
"Hehe belum" Katanya sambil senyum
.
.
.Sudah hal biasa menjadi tempat contekan bagi teman-temanku. Ya, alasan kenapa aku mau dicontekin karena aku ini IPS anak sosial, jadi solidaritas itu tanpa batas. Bagiku jika itu tidak ujian maka aku akan membantu mereka tapi kalau ujian jangankan dimintaain contekan, dipanggil aja pura-pura budek.
.
.
.
Mohon dimaklumi bila ada kesalahan kata, masih belajar juga hehe:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Johan & Jihan
RomanceDear Johan, menunggumu tidak pernah ada kata jenuh, walau sudah genap menahun. Mungkinkah memang aku ditakdirkan untuk mencintaimu? . . Cinta terpendam antara Jihan dan Johan, dua sahabat yang sudah berteman akrab sejak SMP. Banyak sekali lika liku...