14

33 16 0
                                    

Kring...

Kring...

Kring...

Telepon rumahku, berbunyi yang membuatku terbangun dari tidur. Saat itu, dirumah tidak ada siapa-siapa. Papa dan Mama sedang menghadiri acara pernikahan temannya dan kakakku belum pulang. Segera aku bangun menuju ruang keluarga untuk mengangkat telepon.

"Hallo? " Ku sapa yang telepon.

"Jihan. Aku Johan. "

"Ada apa? "

"Kamu lagi kesel ya sama aku? "

"Enggak"

"Terus kenapa tadi kamu cuekin aku kaya gitu. "

"Gapapa aku lagi malas aja. "

"Bohong"

"Aku beneran"

"Aku tetep gak percaya. "

"Ya, itu terserah kamu"

"Aku salah ngomong ya? Sampek kamu kesel kaya gini ke aku?"

"Enggak, gak ada apa-apa Jo. Aku gak kesel sama kamu"

"Yaudah, tapi lain kali jangan gituin aku."

"Insyaallah"

"Kok Insyaallah sih. "

"Manusia juga ada khilafnya. "

"Iy---"

Belum sempat Johan ngomng langsung ku matikan telepon darinya. Begitulah percakapanku dengan Johan yang sangat sangat membosankan. Saat itu, aku mengira kalau Johan takut aku marah. Mungkin, dia takut aku marah karena tidak ada teman yang akrab diajaknya bicara dikelas.

Huft, pikiran negatif dulu itu sangat merugikanku. Mungkin, bila ada manusia yang memiliki negatif thinking paling over thinking itu adalah aku. Bila ada ajang lomba ku pastikan aku diatasnya juara satu:v
.
.
.
Setelah percakapan membosankan itu, jujur aku sulit tidur. Dipikiranku sekarang hanyalah ada namamu Johan.
.
.
.
Ku coba pejamkan mata ini dan ku selimuti tubuhku agar bisa tidur. Nyatanya sama sekali tidak berhasil.
.
.
Oh God!
.
.
Apakah ini yang namanya cinta?
Cinta monyet?
Apakah cinta sungguhan?
Tapi rasa ini sudah berlangsung selama 3 tahun.
Berarti..
Aku..
Aku...
Benar benar jatuh cinta.
.
.
.

Johan & JihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang