19

40 16 2
                                    

Pagi itu, Jakarta Selatan bulan Februari tahun 2000, hari itu aku sekolah diantar oleh kak Bian. Mungkin, sudah lama pula aku tidak diantar olehnya. Hari itu, aku memang sengaja minta diantar oleh kak Bian ke sekolah. Setelah, diantar olehnya aku segera berjalan untuk menuju kelas.

Saat itu, cuaca yang cerah, angin yang sayup-sayup membuat rambutku sedikit berterbangan dan ku biarkan itu, karena memang saat itu aku sangat menikmati suasana hari itu. Tanpa, aku sadari ternyata ada Johan dibelakangku.

"Ehem,, "

"Eh? " Aku tersentak. Ku tolehkan kepalaku ke kanan, memastikan kalau itu Johan. Syukurlah, dan ternyata benar.

"Lagi nikmatin suasana hari ini ya. " Katanya sambil menatapku.

"Iya"

"Eh, pulang sekolah nanti repot nggak?"

"Enggak tuh, kenapa? "

"Maen ke rumah yuk, udah lama pula gak main."

"Gimana ya? " Kataku sambil berpikir.

"Kelamaan mikir, udah aku anggap iya."

"Iya Iya"

"Nah, gitu dong. "

🌸🌸🌸🌸🌸

"Jihan" Kata Dito

"Apa dit" Kataku sambil meletakkan tas dikursi.

"Pinjem buku catatan" Katanya dengan menatapku dan tersenyum.

"Oh iya, ini bukunya. " Kataku dengan menyodorkan buku tulis.

"Makasih"

"Iya"

Setelah Dito kembali ke tempat duduknya, Johan terlihat murung. Padahal, tadi dia baik-baik saja atau mungkin dia cemburu karena Dito. Ah! Mana mungkin Johan cemburu. Mungkin dia murung karna sedang sakit gigi.

🌸🌸🌸🌸🌸

Teng...

Teng...

Teng...

Teng...

"Akhirnya pulang juga" Kataku pada diri sendiri sambil memasukkan buku ke dalam tas.

"Johan, jadi nggak? " Kataku ke Johan.

"Jadi" Jawabnya singkat.

"Yaudah aku tungguin di pos satpam ya. " Kataku, lalu beranjak dari tempat duduk untuk jalan menuju pos satpam.

"Iya"

🌸🌸🌸🌸🌸

Ketika, aku sedang duduk di pos satpam tiba-tiba Dito datang menghampiriku dan memberhentikan laju motornya tepat didepanku.

"Jihan, mau bareng? " Kata Dito dengan menghentikan laju motornya.

"Enggak usah dit"

"Oh, pasti lagi nungguin Johan ya? "

"Iya"

"Yaudah, aku duluan yaa" Kata Dito, lalu melajukan motornya.

Ketika Dito sudah pergi, Johan datang bersama motor vespanya yang berwarna hitam. Ya, itulah motor Johan saat itu. Namun, aku senang. Intinya apapun itu yang berkaitan dengan kamu aku mau. Asal, tidak berdampak negatif.

"Ayo naik" Katanya sambil menyodorkan helm kepadaku.

"Iya" Kataku, lalu naik ke motornya.

"Udah? "

"Udah"

"Kalau udah ya turun"

"Ih apaan sih, udah deh cepetan jalan"

"Iya"

"Iya tapi kok belum dinyalain motornya. "

"Masih ada yang kurang. "

"Apaan? "

"Masa ngga peka? "

"Apaan sih?"

"Pegangan entar jatuh"

"Kalau aku gamau? "

"Aku paksa, kaya gini." Katanya dengan melingkarkan kedua tanganku dipinggangnya.

"Ahahaha apaan sih kamu. Yaudah yuk jalan."

"Hahaha, tapi kamu suka kan. " Katanya sambil melajukan motornya.

"Biasa aja tuh. "

"Masa? "

"Tau ah. "

Rasanya aku rindu sekali akan sikapmu, aku rindu tertawamu, aku rindu candamu. Pokoknya, aku rindu sama kamu Johan Malik Dekantara. Apa kamu juga rindu sama aku?
Apa kamu ingat masa lalu yang kita lalui bersama?
Apa semua bisa terulang kembali?
Andai, dulu keegoisan kita bisa diredam semua pasti tidak akan seperti ini.

Johan & JihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang