8

48 19 0
                                    

Malam itu, aku dirumah memikirkan apa yang diucapkan Johan dikantin. Dan malam itu aku berdialog dengan diriku sendiri.

"Apa memang sudah tidak ada lagi ruang untuk kita?"

"Apa kamu suka sama orang lain? "

"Apa akunya aja yang terlalu berharap. "

"Aku bingung sama kamu Johan. "

"Ah, begok begok harusnya aku sadar kalau Johan cuma nganggep aku sebagai teman."

"Tapi... Johan pernah ada rasa nggak ya sama aku. "

Krek... (Pintu kamar terbuka dan mengacaukan lamunanku).

"Ada apa ma?" kataku sambil membalikkan badan.

"Itu ada telepon dari temen kamu."Kata mama dengan membawa gelas berisikan air putih.

"Oh." Kataku, kemudian bangun dari kasur untuk mengangkat telepon.

"Hallo? "Ku sapa dia.

"Eh, Jihan besok berangkat pagi ya ajarin aku ngerjain PR B. Indonesia yang individu aku bingung soalnya pasti kamu udah kan. Nah, ajarin Reno ya besok. " Cerocos Reno, yang langsung menghamburkan lamunanku.

"Tauk ah. "

"Han, lo lagi kes---"

Belum sempat Reno melanjutkan bicaranya sudah ku matikan. Tidak biasanya aku seperti itu, mungkin aku memang sedang kesal dengan seseorang.

Jika, kalian mungkin menganggapku berlebihan tidak masalah bagiku. Terkadang, seseorang bodoh karena cinta. Menurutku, hanya satu cinta yang tidak akan membuatmu terluka yaitu Tuhan.

Malam itu, ketika ku matikan telepon dari Reno aku duduk dikursi dan merenung. Merenungkan, apa yang diucapkan Johan kalau kita hanya soulmate. Huft, kata-kata itu mengiang dikepalaku malam itu.
Ketika aku melamun tiba-tiba saja ada telepon lagi. Jujur, aku sangat malas untuk mengangkatnya, karena aku mengira kalau itu dari Reno.

Kring...

Kring...

Kring...

"Apa lagi sih Ren, iya iya besok aku berangkat pagi. " Kataku sedikit agak berteriak.

"Hallo, han aku Johan bukan Reno. "

"Eh iya anu, eh sory ya aku kira si Reno. "

"Iya gapapa"

"Ada apa han?"

"Besok tugasnya apa aja? "

"B. Indonesia"

"Udah itu aja? "

"Iya, cuma itu kok. "

"Kamu udah selesai? "

"Udah. "

"Udah, aku duga. "

"Ya, namanya tugas pasti udah lah kan wajib dikerjain. "

"Iya iya. Eh iya besok olahraganya basket kan? "

"Iya"

"Iya apa? "

"Iya, basket lah. "

"Oh, kirain"

"Kirain apa? "

"Kirain iya mau jadi pacar aku. Haha becanda"

"AKU GAK SUKA BECANDA KAMU"

"Aslinya ben--"

Belum sempat Johan melanjutkan bicaranya langsung ku matikan segera telepon darinya, setelah itu aku menuju kamar dan merebahkan badanku untuk tidur, agar bisa melupakan sejenak tentang Johan.
Wanita memang gampang berubah moodnya, entah itu dari hal-hal kecil seperti perkataan, percayalah sadar atau tidak jika bicara dengan seorang wanita setidaknya kau piker dulu.
.
.
.

🌸🌸🌸

Johan & JihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang