13

35 16 0
                                    

Teng...

Teng...

Teng....

Teng...

"Alhamdulilah akhirnya pulang. " Kata Johan dengan membereskan alat tulis.

"Giliran pulang aja seneng banget. " Kataku dengan memasukkan buku ke tas.

"Iya dong, eh pulang bareng aku ya han. " Kata Johan dengan menggendong tasnya.

"Iya" Kataku singkat.

"Kaya biasa ya kamu tungguin aku didepan sekolah. " Kata Johan dan berjalan keluar.

"Ok"

Sambil menunggu Johan datang aku duduk di pos satpam dengan yang lainnya. Setelah beberapa menit aku nunggu, akhirnya Johan datang.

"Yuk naik. " Kata Johan sambil ngasih helm.

"Iya" Kataku sambil naik dan memakai helm.

"Udah? " Kata Johan dengan menoleh sedikit ke arahku.

"Udah. " Kataku sambil senyum.

"Pegangan yang kenceng, nanti kalau ada polisi tidur disangkanya buang sampah sembarangan lagi. " Kata Johan dan tertawa.

"Ih, kesel. " Kataku sambil nyubit pinggangnya.

"Eh, jangan nyubit entar jatuh gimana? " Kata Johan dengan tertawa.

"Biarin, jatuh kan juga ke bawah. " Kataku dengan senyum.

"Itu kan kalimat aku. " Kata Johan.

"Emang iya. " Kataku.

"Gak boleh, cuma aku yang boleh bilang. " Kata Johan.

"Iya deh ngikut aja bang. " Kataku dan setelah itu diam sesaat.

Saat itu, Johan melajukan motornya dengan pelan sambil melewati pepohonan yang masih rindang. Mungkin saat ini sudah tidak serindang dulu. Dan ku sandarkan kepalaku dibahu Johan.

"Kok jadi diem. " Tanya Johan

"Emang kenapa? Gak boleh? " Jawabku

"Boleh sih, tapi lebih baik ngomong terus." Kata Johan

Aku diam sesaat dan tiba-tiba saja aku ingin menanyakan sesuatu kepada Johan.

"Johan" Kataku

"Apa? " Jawab Johan singkat sambil melajukan motornya.

"Kalau suatu saat nanti kita gak bareng-bareng lagi gimana? " Kataku

"Kamu ngomong apa sih, kita tuh soulmate inget kita soulmate jadi kita akan terus bersama. " Kata Johan.

"Tapi, masa depan gak ada yang tau Johan. " Kataku.

"kamu jangan mikir gitu han, kita akan terus sama-sama. " Kata Johan.

"Sama-sama sebagai seorang sahabat?" Tanyaku kepada Johan dengan nada kecewa.

"Iyalah. "

Itulah jawaban Johan saat itu, yang sangat melukai hati. Mungkin, Johan tidak tau kalau aku benar-benar mencintainya. Apa kira-kira reaksi kamu, kalau tau aku suka sama kamu selama 3 tahun.

"Udah sampek han. " Kata Johan.

"Makasih. " Kataku cuek dan langsung membalikkan badan untuk masuk ke rumah.

"Jihan." panggil Johan

"Udah deh Johan mending kamu pulang, aku capek mau istirahat. " Kataku dengan membuka pagar rumah dan tak melihatnya.

Waktu itu, aku langsung masuk ke dalam rumah dan melihat Johan dari cendela. Jujur, aku gak tega melihat Johan menatapku dengan pilu. Setelah itu, Johan langsung melajukan motornya. Dan aku langsung ke kamar untuk ganti baju dan melakukan aktivitas lainnya.

Bruk... (Ku rebahkan badanku ke kasur setelah ganti baju).

"Johan. " Ucapku pilu

"Masak sih kamu gak peka. " Kataku pada diri sendiri.

"Dari pada aku ngomng sendiri mending aku ambil buku deh nulis perasaanku hari ini. " Kataku dan beranjak dari tempat tidur ke meja belajar. Kemudian mulailah aku menulis puisi.

"Kasihku yang Terpendam"

Kini aku masih menanti
Kini aku masih mencinta
Aku tahu
Mencintaimu layaknya berjalan diatas duri
Sakit yang ku rasa
Kini, aku tahu
Menantikanmu itu sebuah penderitaan
Tuhan, tolong katakan padanya
Katakan padanya tentang kasihku yang terpendam
Dan jika tak terbalaskan, aku ikhlas
Aku sadar
Kita ibarat malam dan senja
Selalu bersisian tapi tak pernah bersatu
Aku sadar
Kita layaknya bulan dan matahari
Berada dilangit yang sama tapi tak pernah bersatu

Itulah dulu puisi yang ku tulis untuk Johan dalam catatanku. Puisi itu menggambarkan perasaanku pada hari itu. Percayalah Johan I am not angry, I'm just disappointed ( Aku tidak marah, aku hanya kecewa). Bahkan, hingga detik ini aku tidak melupakanmu, aku hanya mencoba untuk tidak menangisimu.
.
.
.
.
Mohon maaf bila ada kesalahan kata:)

Johan & JihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang