Apple Seed (4)

2.5K 335 5
                                    

Son Chaeyoung terdiam beberapa saat setelah Ryujin menjelaskan alasan kenapa wajahnya memar hari ini.

Chaeyoung berpikir jika tindakan yang diambil Ryujin tidak salah, ia rela dipukul beberapa kali oleh temannya demi melindungi reputasi keluarganya.

Namun, ia tidak mau mengambil keputusan yang terlalu terburu-buru untuk membenarkan tindakan Ryujin. Karena ia masih harus menjalankan tugasnya untuk bisa mengubah sikap dan juga cara berpikirnya Ryujin.

"Jika begitu, kembalilah ke kamar dan ganti seragam sekolahmu, kau harus dikurung selama satu harian ini untuk merenungi semua perbuatanmu"
"Aku tidak mau. Kenapa Paman suka sekali mengambil tindakan yang tidak mendasar seperti itu, bahkan sejak dulu sampai sekarang. Aku ini bukan bocah ingusan seperti yang Paman pikirkan. Aku bisa mengurus diriku sendiri. Berhenti mengaturku!" protes Ryujin terhadap keputusan yang diambil oleh Chaeyoung.

"Tidak, siapa bilang ini keputusan yang tidak mendasar. Meskipun aku tahu kalau kau berkelahi demi melindungi reputasi keluarga ini. Tapi perbuatan mu ini tetap salah, kenapa? Karena kau mendengarkan apa yang mereka katakan" ucapan Chaeyoung seketika membuat Ryujin bingung.

"Jadi, maksud Paman aku harus diam saja dan membiarkan mereka mengolok-olok keluargaku?"
"Turunkan nada bicaramu, saat ini kau sedang bicara dengan Pamanmu sendiri"

"Terserah Paman, aku tidak akan peduli. Selama aku masih hidup tidak akan ada yang boleh menginjak-injak harga diri keluargaku!" teriak Ryujin lalu pergi meninggalkan Chaeyoung di ruangan tengah.

"Bocah ingusan?! Ya, itulah dirimu. Kau memang bocah ingusan yang tidak tahu apapun" ucap Chaeyoung spontan agar Ryujin mau menghentikan langkah kakinya.

Dan benar saja, Ryujin berhenti lalu berbalik melihat Pamannya dengan wajah yang terlihat marah.

"Kenapa? Kau marah? Kau marah karena Pamanmu mengatakan kalau kau hanya bocah ingusan? Ha..?" tutur Chaeyoung sambil berjalan mendekati Ryujin.

"Jangan memandangku dengan wajah seperti itu Ryujin?, aku ini Pamanmu. Kau seorang pria bukan? Apakah seorang pria kerjanya hanya berkelahi?"
"Jika mereka mengatakan hal yang menjelek-jelekkan keluarga kita, langkah yang harus kau ambil sebaiknya adalah, jangan dengarkan ucapan mereka"

"Biarkan saja. Tidak perlu membalas mereka. Karena dengan begitu, kau akan terlihat berbeda dari mereka"
"Shin Ryujin. Kau bagian dari keluarga ini. Kau mengatakan demi melindungi reputasi keluargamu kau memukul mereka. Kau berbohong. Jika kau memang ingin menjaga reputasi keluarga ini, seharusnya kau tidak membuat keributan bukan?"

"Jika sudah begini, pihak sekolah mu akan memanggil ku. Pasti mereka akan menyalahkanmu lebih dulu"

"Pemikiran mu sangat dangkal, jadi, jangan salahkan aku jika memanggilmu bocah ingusan. Pergi ke kamarmu dan renungkan apa yang aku katakan ini padamu" kata Chaeyoung panjang lebar.

Ryujin pergi ke kamarnya dengan penuh emosi saat Pamannya mengatakan kalau pemikirannya seperti seorang bocah.

.
.
.

Malam harinya, Tzuyu menghampiri Chaeyoung yang kini duduk di kursi taman belakang rumah. Tzuyu berniat memberikan Smartphone baru pada Son Chaeyoung.

"Ini. Mulai sekarang kau akan memerlukan ponsel ini. Semua nomor penting sudah aku salin dari ponsel milik Chaeyeon ke ponsel ini. Jadi? Langkah selanjutnya kau harus bersikap layaknya seorang Direktur besar di Perusahaan Star S"

Chaeyoung sedikit cemas saat Tzuyu memberikan satu Smartphone baru padanya. Bukannya Chaeyoung tidak bisa menggunakan Smartphone itu, hanya saja ia terganjal satu masalah lantaran ia masih belum mahir membaca.

APPLE SEED {MICHAENG} ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang