HAPPY READING
***
Viola dan Jeff memilih duduk di outdoor, walau masih terdengar suara music DJ dari dalam. Jeff memesan Chivas Regal kepada server. Tidak butuh waktu lama minuman alkohol itu sudah tersaji di meja.
Viola memandan Jeff menuangkan alkohol itu di gelasnya. Ia tidak mengerti bagaimana lagi menjelaskan hubunganya dengan Jeff. Ia meraih gelas itu dan menyesapnya secara perlahan. Rasanya seperti buah pir yang manis, dengan campuran vanilla caramel, manisan cinnamon dan nuansa rasa almond, yang memberikan rasa nikmat yang bertahan di mulutnya.
Viola melirik Jeff yang melakukan hal yang sama. Sebenarnya permasalahan mereka hanyalah hati yang tidak sejalan. Ia tahu bahwa Felix dan Emi berada di bar sana, mungkin mereka memberi ruang privasi untuk mereka berdua berbicara.
"Kamu tidak boleh sendiri kalau ke club seperti ini," ucap Jeff membuka topik pembicaraan.
"Saya tidak sendiri, saya sama Emi. Dan saya juga pulang tetap dalam keadaan sadar," ucap Viola menjelaskan.
"Kamu sering ke sini?" Tanya Jeff lagi.
"Enggak terlalu, kadang-kadang saja. Kenapa?"
"Enggak hanya saja nanya saja. Saya khawatir kamu pergi ke sini sendiri dan lalu mabuk."
Viola menyungging senyum, "Kenapa kamu mengikuti saya?"
"Saya sudah mengatakan kepada kamu, Vi. Kalau saya khawatir kalau kamu pergi ke club."
Viola menarik nafasm "Saya tahu dan selalu memperhatikan ketika saya berada di club. Saya selalu hati-hati dengan orang baru, tau kapan saya berhenti minum. Tau kapan saya harus pulang, karena keasyikan dance dan minum. Untung saja, karena tempat tinggal saya dekat, jadi tidak terlalu rawan pulang berdua dengan Emi."
Jeff menatap Viola, kedatangannya ke sini bukan tentang mempermasalahkan tentang bagaimana wanita itu ketika di club. Namun lebih kepermasalahan hatinya yang masih belum kelar. Ia ingin bertanya sekali lagi, bagaimana hubungan mereka.
"Kamu masih menghindari saya?" tanya Jeff to the point.
"Menurut kamu bagaimana?"
"Kamu hanya bingung dengan perasaan saja Vi. Saya tidak perduli dengan kebohongan kamu kemarin, saya hanya ingin kita bersama."
Viola menarik nafas, "Saya perlu berpikir Jeff."
"Apa yang kamu pikirkan?"
Viola menatap wajah tampan Jeff, ia meraih gelas berisi alkohol itu dan menyesapnya secara perlahan, "Saya semakin dewasa, semakin sadar dengan namanya kelas social."
"Apa yang kamu cari dari saya Jeff. Belum tentu ketika sama saya, keluarga kamu, orang terdekat kamu melihat ke arah saya. Saya hanya orang biasa."
"Saya suka kamu, karena kamu cerdas, independent, mandiri, memiliki wawasan yang luas, tidak ada alasan saya tidak suka kamu. Kalau kamu mempermasalahkan tentang keluarga saya tidak menyukai kamu, itu salah besar. Keluarga saya pasti akan menyambut kamu dengan suka cita karena telah mencuri hati saya."
"Orang tua saya sangat bersyukur ada seorang wanita yang bisa mendampingi saya."
"Orang tua saya tipe orang tua yang open terhadap siapa saja, tanpa melihat status social. Cukup ada wanita yang meluluh kan anaknya, dia menerima dengan baik. Orang tua saya mewanti-wanti saya, agar segera memilih pasangan."
"Jujur saya memiliki preferensi tersendiri dalam memilih pasangan. Saya tidak mencari wanita cantik tidak juga mencari wanita yang taat beragama, dan saya juga tidak mencari wanita yang setingkat atau selevel dengan denganya."
"Saya mencari wanita yang bisa meningkatkan taraf hidup saya. Analoginya begini, saya tipe pria yang lebih nyaman pakai t-shirt dan jeans ketimbang pakai jas dan dasi yang membuat saya gerah. Kecuali kita perginya keacara formal dan diharuskan menggunakannya. Kembali lagi ke pasangan saya, well I am a simple man. Yang penting kebutuhan otak dan mata saya terpenuhi. Urusan finansial itu tanggung jawab saya. Saya mencari pasangan yang mirip dengan saya."
"Tapi Jeff."
"Saya sudah memikirkan ini Viola. Berhentilah untuk insecure terhadap saya, dan jangan pernah mengatakan bahwa saya dan kamu tidak sepadan, tidak selevel atau apapun itu namanya."
"Semua variable yang kamu sampaikan seperti pendidikan, karir, kecantikan, maupun lulus sarjana, itu sudah menunjukan bahwa kamu sudah pantas bersama saya. Cara kamu menyampaikan pendapat, apa yang kamu tekuni, bagaimana kamu berdandan, kamu bisa table manner yang baik. Itu sudah menunjukan kalau kamu nyaris sempurna."
"Semua itu bermuara ke chemistry dan kecocokan kita berdua. Saat saya bertemu dengan kamu, saya memiliki chemistry yang kuat. Kita memiliki kombinasi yang tepat."
"Kita sama-sama dewasa dalam bersikap."
"Saya tahu kita memiliki perasaan yang sama dengan saya, hanya saja kamu enggan mengakuinya."
"Saya cukup kamu tahu, bagaimana perasaan saya terhadap kamu. Bagaimana khawtairnya saya terhadap kamu. Betapa tidak bisa tidurnya saya memikirkan kamu, tiba-tiba kamu menghilang."
"Come on, mengertilah, bagaimana perasaan saya terhadap kamu."
"Saya suka kamu, lebih dari apapun itu."
Viola tidak menyangka bahwa Jeff mengungkapkan perasaanya, hingga ia tidak bisa berkata-kata. Ia juga tidak bisa membohongi perasaanya bahwa ia juga menyukai Jeff.
Viola bergeming, ia melihat iris mata Jeff, tidak ada keraguan di sana, "Tapi Jeff."
"Tolong mengerti keadaan kita. Saya butuh kamu di samping saya."
"Beri waktu saya untuk berpikir," ucap Viola, ia beranjak dari duduknya, ia bingung akan berkata apa dengan Jeff.
"Sampai kapan kamu akan berpikir, saya perlu jawaban kamu sekarang Vi," ucap Jeff ia juga ikut beranjak dari duduknya.
"Sampai perasaan saya tenang."
Viola melangkah menjauhi Jeff, namun Jeff dengan cepat menarik jemari Viola, otomatis Viola menoleh ke belakang memandang Jeff. Ia merasakan tangan hangat itu menyentuhnya.
"Kamu mau ke mana?" Tanya Jeff kepada Viola.
"Saya mau ke dalam, mau bertemu Emi."
Jeff menarik tangan Viola dengan erat, "Kita pergi dari sini," ucap Jeff.
"Tapi Emi ada di dalam," ucap Viola, ia melihat Jeff menarik tangannya ke arah luar menjauhi Fable.
"Sahabat kamu sedang bersama Felix, dia akan aman bersama sahabat saya."
"Mau ke mana Jeff."
"Berdua dengan kamu."
Viola menatap Jeff menariknya, dan ia melangkahkan kaki pelataran mobil, ia menyeimbangi langkah Jeff. Ia melihat banyak muda mudi yang baru masuk ke dalam Fable. Viola memandang mobil Jeff terparkir di sana. Ia menatap Jeff membuka pintu untuknya. Ia tahu tatapan Jeff tidak ingin di tolak. Viola lalu duduk di kursi dan ia tidak lupa memasang sabuk pengaman.
Viola melirik Jeff berada di sampingnya, dia memegang kendali setir, dan lalu memanuver mobil. Setelah itu mobil meninggalkan area Fable. Pria itu bersandar di kursi dan memperhatikan jarak dan mobil di hadapannya, karena mengawasi kemacetan. Tangan kiri Jeff menghidupkan audio agar suasana tidak terlalu sepi. Jeff tahu bahwa dia bukanlah sebatang pohon, namun hanya setiap helai daun yang terhubung yang saling melengkapi satu sama lain.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/199597427-288-k900489.jpg)
YOU ARE READING
GAIRAH CINTA CEO MESUM 21+ (SELESAI)
RomanceBLURB Jeff Sebastian adalah merupakan seorang pengusaha Indonesia yang juga merupakan pendiri Tokopedio, sebuah situs web perdagangan elektronik yang penggunaanya untuk membeli barang secara daring. Dikenal karena pendiri sekaligus CEO Tokopedio. T...