BAB 14

444 17 1
                                    

Bab 14

Happy reading

***

Viola sudah membersihkan tubuhnya, ia mengenakan handuk dan menatap pantulan dirinya di cermin. Ia akui bahwa kamar mandi Jeff lebih bagus dari kamar kostnya. Ia menatap di sana ada bathup berukuran besar di dekat jendela, dengan view kolam di bawah.

Viola tidak menyangka bahwa ia bisa sampai di rumah Jeff, baru dua kali pertemuan, ia sudah berakhir di ranjang. Ia ingin segera mengakhiri ini semua, ia tidak ingin masalah ini terlalu larut, karena ia tahu bahwa cinta itu sebuah bentuk ivestasi. Jika dua orang saling menyukai, mereka sama-sama berusaha untuk mendekat, bila tersebut rutin dilakukan secara terus menerus, maka suka ini akan menjadi cinta.

Apa ia sudah cinta dengan Jeff? Ia tidak tahu, karena perasaan itu akan sadar jika mereka berpisah nanti. Untuk saat ini mereka berdua sama-sama nyaman. Rasa cinta itu muncul karena terlalu banyak waktu, uang dan tenaga untuk merawatnya.

Jika antara ia dan Jeff, sudah ada rasa memiliki, maka itu sudah menunjukan sebuah investasi cinta di situlah akan tumbuh menjadi cinta. Oh God, apa yang harus ia lakukan setelah ini? Ia tidak mungkin menciptakan kebohongan ini berlarut-larut.

Viola menarik nafas, ia keluar dari kamar mandi. Ia memandang Jeff di sana, pria itu sudah mengenakan kaos hitam dan pendek hitam Calvin Klein. Viola menyungging senyum, ia melihat pakaiannya sudah terlipat rapi di meja.

"Kamu mau pakek baju aku atau baju kamu?"

Alis Viola terangkat mendengar kata aku dari bibir Jeff. "Aku-kamu" memang terdengar lebih halus dan penuh cinta. Aku-kamu itu sudah menandakan kepemilikannya.

"Pake baju aku aja," ucap Viola.

"Ini jam berapa?" Tanya Viola lagi.

Jeff melirik jam melingkar di tangannya, "Jam sembilan."

"Di kamar kamu nggak ada jam?" Tanya viola, memperhatikan kamar Jeff.

"Sengaja nggak aku pasang."

"Kenapa?"

"Karena aku nggak bisa tidur, ketika mendengar detak jam."

Viola mengenakan pakaiannya kembali. Ia menatap Jeff yang beranjak dari duduknya, pria itu berdiri di belakangnya, lebih tepatnya kini mereka menatap ke arah cermin. Viola mengoles makeup pada wajahnya, dan Jeff memperhatikannya.

"Kenapa kamu perhatiin aku?" Tanya Viola.

Jeff menyungging senyum, "Apa aku nggak boleh lihat kamu dandan?"

"Boleh aja sih, cuma kalau dilihatin terus, aku nya grogi," ucap Viola.

"Kamu nggak nginap di sini?" Tanya Jeff menawarkan kepada Sarah.

"Kemarin udah nginap sama kamu, sekarang nginap lagi?"

"Kemarin kan di hotel, sekarang di rumah aku. Itu suatu yang berbeda."

Viola mengoles lipstick pada bibirnya, ia menatap Jeff, "Aku harus pulang Jeff."

"Kamu tinggal sendiri dan aku juga begitu. Kenapa kita tidak tinggal bersama?" Ucap Jeff lagi.

Viola menelan ludah ketika Jeff mengajaknya tinggal bersama. Oh Tuhan, ia tidak bisa membiarkan ini berlarut-larut. Siapa yang tidak mau tinggal di rumah bak istana ini, dengan segala fasilitas dan kemewahan dan dirinya tidak perlu bekerja dari pagi hingga petang.

"Kamu mau tinggal sama aku?"

"Yes, kalau kamu mau?"

Ia tahu bahwa tinggal bersama tanpa ikatan pernikahan adalah dosa, bertentangan dengan perintah agama, tapi tinggal bersama itu bukanlah sebuah tindakan criminal, sehingga pelakunya tidak perlu di penjara. Jika dosa harus dipidana, perlukah seorang anak yang berbohong pada orang tuanya tentang ulangan matematikanya, harus dipenjara sesama pemerkosa, maling, rampok, dan pembunuh?

GAIRAH CINTA CEO MESUM 21+ (SELESAI)Where stories live. Discover now