"Aku tak bisa berjanji untuk selalu bersamamu di dunia. Namun, aku berjanji akan selalu bersamamu di akhirat kelak."
*******
"Alex, hidup harus terus berjalan. Kamu harus sadar itu." Troy menepuk pelan pundak putranya itu.
Alex yang sejak tadi hanya diam memandangi jendela kaca tebal yang berembun karena hujan, mengalihkan padangannya ke arah Troy.
Troy berdiri di samping Alex. "Papa tahu itu tidak mudah, tapi papa hanya ingin—"
"Pa ...." sela Alex pelan. Matanya menatap dalam maniak mata Troy. Berharap papanya bisa memahami kesedihannya.
"Papa tahu, papa terdengar egois. Tapi, seadanya kamu berada di posisi papa apa yang akan kamu lakukan? Apa kamu hanya akan diam melihat putramu murung setiap waktu? Ini benar-benar membuat papa sedih, Alex."
"Pa, Alex baik-baik saja. Alex hanya harus lebih sabar menunggu," sahut Alex berusaha sebaik mungkin menenangkan papanya itu.
Hening. Troy menatap putranya itu.
"Mau sampai kapan?" Troy menghela napas panjang. "Papa hanya ingin kamu sembuh."
"Kakek ...." Suara Padel terdengar.
Troy langsung menyembunyikan wajah sedihnya.
"Kakek, dimana Bunda Khayla?" tanya Padel.
"Bunda?"
"Iya, Kek. Bunda. Papa sebentar lagi akan menikah dengan Bunda Khayla, kan?"
Troy menatap Alex sendu, seolah bilang, "tolong dengar apa yang Padel katakan".
"Kakek, di mana bunda? Padel ingin sekali bermain bersama Bunda Khayla."
"Bunda Khayla sedang bekerja. Sebentar lagi giliran kita bertemu Bunda Khayla di ruangannya, ya ...."
"Padel sudah tidak sabar bertemu Bunda ...." girang Padel.
"Kenapa Padel senang bertemu Bunda Khayla ?"
Padel tersenyum lebar. "Karena Bunda sering tanya banyak hal ke Padel. Bahkan, Bunda juga sering catat apa pun yang Padel ceritain. Padel juga senang dengerin dongeng dari Bunda."
Troy memeluk Padel. Padel balas memeluk Troy dengan riang.
"Kek, apa Padel boleh tanya sesuatu?"
"Tentu saja boleh."
"Bunda sebenernya kerja apa, Kek? Kenapa di ruangan Bunda, selalu banyak orang yang bercerita? Dan Bunda sering ke rumah sakit juga?"
Troy tertegun sesaat, matanya beralih menatap Alex.
"Apa Bunda juga dokter seperti Dokter Ines?"
"Ya, bisa dibilang begitu," sahut Troy reflek membelai kepala Padel.
"Wow keren!" Padel berseru, semangat. "Sebentar lagi Padel akan punya bunda seorang dokter. Oh iya, Kek, Bunda dokter apa?"
"Dokter jiwa."
****
Aisyah terbangun dari tidurnya, terkaget lantaran matanya basah dipenuhi air mata. Air mata itu mengalir begitu saja menyusuri wajah Aisyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampul Lama
SpiritualSequel dari Tabir Di Balik Cadar *** Saat cinta tak butuh mata untuk memilih maka ia juga tak butuh telinga untuk mendengar alasan agar kembali. "Cinta nama lain dari harapan. Dan berharap pada manusia adalah sepahit pahitnya harapan". (Aisyah Sal...