einundzwanzig

51K 3.1K 569
                                    

Cherryl benar benar hancur. Hancur sudah hidupnya. Baru saja ia ditinggal mati Leo, sekarang ia harus menerima kenyataan pahit bahwa ia juga baru saja kehilangan calon anaknya.

Kandungan Cherryl tidak dapat tertolong, akibat stress berat, tekanan dan juga karena Cherryl tidak memperhatikan kondisi kesehatannya atau pun makan makanan yang bergizi.

Lagi lagi Cherryl menyalahkan dirinya sendiri, dia wanita paling bodoh di dunia ini.

Bodoh karena mengabaikan cinta dari dua laki laki yang tulus kepadanya, lalu sekarang karena Cherryl lalai menjaga kandungannya sendiri. Cherryl merutuki dirinya sendiri, benar kata Leon. Memang yang sepantasnya mati adalah dirinya.

Ia benar benar tidak berguna, sebagai seorang Ibu saja ia tidak becus.

“Cherryl, makan lah. Ini sudah dua hari sejak kau terakhir makan. Mama tahu kau sedih atas keguguran mu tapi jangan hukum dirimu sendiri.” Adara berusaha untuk membujuk Cherryl, ia mengambil alih mangkuk bubur milik Cherryl menyendok kan bubur tersebut dan menyodorkan nya ke depan bibir Cherryl namun Cherryl justru membuang wajah nya melihat ke arah lain. Mengabaikan sendok tersebut.

Adara dengan helaan nafas berat kembali menaruh sendok tersebut ke dalam mangkuk. “Sampai kapan kau terus begini? Apakah dengan menyiksa dirinmu sendiri calon anak mu bisa kembali? Apakah dengan mogok makan laki laki bernama Leo itu bisa hidup kembali? Tidak Cherryl, tidak. Kau hanya menyiksa dirimu sendiri. Kau merugikan dirimu sendiri.”

Cherryl tetap diam, ia tidak melirik Adara sedikit pun. Adara benar benar telah kehabisan akal, ia tidak tahu harus berkata apalagi pada putrinya itu agar putrinya bisa kembali menjalani hidup dengan normal seperti sedia kala.

Adara hendak keluar dari kamar rawat Cherryl namun tiba tiba saja Adara terpikirkan sesuatu.

“Jika kau mau makan maka kita akan menemui Leon, kita akan cabut tuntutan terhadapnya dan membebaskannya. Itu kan yang kau inginkan?”

***

Sudah 3 hari Leon ditahan namun ia tidak sedikitpun mau buka mulut perihal tuntutan yang diajukan keluarga besar Cherryl. Leon tidak mau mengatakan alasan kenapa ia melakukan hal itu, dan juga tidak mau buka suara mengenai kematian Leo yang tiba tiba seolah direncanakan.

Leon hanya diam dan tiap kali nama Leo disebut maka Leon akan menangis sembari memanggil manggil nama itu.

Dan sekarang ini Leon sedang berada di kamar mandi. Ia duduk dilantai kamar mandi dengan tatapan kosong.

Sudah tidak terhitung lagi berapa kali ia menangis sejak kematian Leo, meski hanya hitungan hari namun rasanya seperti sudah bertahun tahun. Leon tidak tahan.

Bayangan masa lalu terus saja terputar di kepala nya. Dimana Leo selalu memintanya berjanji untuk selalu bersama, untuk jangan meninggalkannya seperti orang orang meninggalkan mereka.

Tapi apa? Justru Leo lah yang pergi meninggalkan Leon. Tanpa sempat Leon mengabulkan apa yang Leo inginkan, tanpa sempat melakukan suatu yang berguna bagi Leo.

Selama puluhan tahun mereka hidup bersama, selalu Leo yang memberi dan Leon yang menerima. Tidak sekalipun Leon berhasil dengan bangganya membalas semua perjuangan Leo. Tidak pernah.

Air mata kembali menetes membasahi pipi Leon, pandangan Leon teralihkan pada pembersih lantai yang ada di kamar mandi tersebut.

Lama Leon memandangi pembersih lantai tersebut, mengabaikan gedoran gedoran dari luar yang bertanya apakah Leon sudah selesai atau belum.

Theirs [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang