{ 27 } Bukan itu maunya

132K 9.7K 1.1K
                                    


Happy Reading!

Cahaya pagi sukses menerobos lewat jendela kamar tempat Zana terlelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cahaya pagi sukses menerobos lewat jendela kamar tempat Zana terlelap. Merasa terusik, gadis itu mengubah posisi tidurnya menjadi telungkup. Ditariknya mendekat bantal di sampingnya. Namun, dalam hitungan detik, mata yang sebelumnya memejam langsung terbuka sempurna.

Zana bangun dari tidurnya dengan ekspresi kaget. Bagaimana dia bisa di sini? Apa yang dia lakukan terakhir kali? Zana mencoba berfikir keras. Dan kilasan kejadian tadi malam terlintas di kepalanya.

"Terakhir kali gue ada di warung... terus— ya tuhan!" Sadar teriakannya terlalu keras Zana menutup mulutnya. Dibalik itu dia meringis berkali-kali, merutuki kebodohannya. Ingat betul apa yang terjadi setelahnya.

"Gue kenapa bisa mabuk sih," Zana menelungkupkan badannya, menendang apapun yang berada di sekitarnya. "Bego, bego, bego!"

Kebringasan Zana merusak kamar terhenti saat memorinya mengingat sesutu. Gadis itu meremas kuat selimut, sampai ujung kukunya memutih.

———

Makanya jangan ngrepotin. Tidur sana, gue ngantuk."

"Arion." panggilnya dengan suara parau.

Zana kembali duduk, beranjak dan maju beberapa langkah menghampiri Arion. Kedua tangan Zana sudah menyentuh rahang Arion membuat lelaki itu menautkan alisnya. Tak mengerti apa yang sedang dilakukan gadis mabuk ini.

Perasaan Arion sudah tidak enak ketika Zana memiringkan wajahnya. Lalu sesaat kemudian terjadi sesuatu yang buruk.

——

Zana menutup mulutnya dengan kedua tangan, menahan pekikan. Dan kenyataannya semua itu sudah terjadi. Kebodohannya telah merusak segalanya. Bagaimana bisa dia nekat mencium Arion? Zana bisa gila.

"Ih, bego, bego, bego!" Zana kembali menelungkupkan wajahnya di lipatan bantal. "Mamah!" Teriaknya frustasi.

📌📌📌

"Tumben datengnya siang. Tidur jam berapa lo?"

Andra memicing curiga, merasa ada yang aneh. Tidak biasanya penampilan Arion terlihat kacau meski tiap hari begadang. Berangkat kesiangan pun tidak ada dalam kamus Arion. Andra berdiri dari duduknya, mendekatkan wajahnya pada Arion, memeriksa kejanggalan apa yang terjadi.

Namun tangan Arion lebih dulu menampar rahang Andra. Seperti di film-film Bolywood dimana Andra tercengang dan diam bak patung, lalu musik melow hadir di antara mereka. Arion memandangnya sedatar mungkin.

"Lo napa namper gue sih?!" Andra dengan segala umpatan di dalam hati, menatap kesal Arion.

"Siapa suruh deket-deket." Arion berjalan ke meja barista. Melepas jaket hitamnya dan melempar asal. "Ger, struk bahan kopi lo yang bawa kan?"

Self Injurlove ( terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang