{ 36 } Menolak tak peduli

124K 9.3K 1.1K
                                    


Arion meletakkan dua piring di tangannya ke meja pelanggan. Dia hanya menganggukan kepala sekilas saat dua perempuan di hadapannya melemparkan senyum. Tak lama Andra dan Liam datang dengan beberapa kardus di tangannya.

"Bantu woy bantu! Berat banget nih." keluh Andra yang tampak kesusahan membawa tumpukan kardus. Berbeda dengan Liam yang dengan santainya meletakkan satu per saru kardus berisi bahan kopi ke dapur kafe.

"Alay lo, Ndra." ejek Gery dengan tawanya.

"Kampret." Andra terpaksa kesusahan membawa kardus ke dapur. Mentang-mentang Liam memiliki otot dan badan yang lebih besar, semua orang bebas meremehkannya.

"Lo nggak ke rumah sakit?" tanya Andra saat berada di sebelah lelaki berkaus hitam itu. Dia cukup takjub dan kaget melihat kemarin Arion berada di rumah sakit seharian penuh. Itu bukan Arion yang ia kenal. Bagaimana lekaki itu mondar-mandir di ruangan dokter dan duduk sendiri di ruangan membuat Andra curiga akan sesuatu.

Kenal hampir lima tahun sebagai sahabat tentu Andra paham dengan watak lelaki itu. Arion adalah orang tercuek dan termenyebalkan dari sekian manusia yang Andra kenal. Ada yang jatuh dari motor di hadapan Arion sendiri saja diabaikan.

Sambil menuang kopi ke cangkir Arion menggeleng. "Ada Aura yang jaga."

"Dia balik ke rumah kapan jadinya?"

"Besok."

Andra mengangguk-anggukan kepala. Dia ikut membantu Arion menyiapkan cangkir. "Aura minta gue buat dateng ke kantor polisi. Sampe sekarang masih belum ada perkembangan soal keluarganya si Zana. Ohiya, pamflet kemarin gimana? Ada yang udah ngasih kabar?"

Arion menghentikkan aktivitasnya, meneguk air putih di sampingnya. Lantas memalingkan muka.

Andra menatapnya heran. "Ada masalah?" tebaknya tepat sasaran.

Arion masih membisu. Lelaki itu mengacak rambutnya resah.

"Heh."

"Apa?" Arion melayangkan ekspresi datar.

"Ada masalah kan? Ketebak banget gelagat lo."

"Kemarin ada yang telfon gue dari pamflet itu."

Andra mendekat penasaran. "Syukur deh. Gimana? Udah ketemu? Mereka kenal keluarga si Zana?" Rentetan pertanyaan barusan membuat Arion makin berat berkata kenyataan.

"Kemarin yang nelfon tantenya Zana."

Andra terkejut. "Serius lo?"

"Hm."

"Terus,terus? Gimana?"

"Kita ngomong sebentar—"

"Yaelah Yon, nggak biasanya lo basa-basi begini. Langsung ke inti aja napa sih."

Arion mengacak rambutnya lagi. Membuat Andra makin dibuat heran.

"Ternyata selama ini mereka nggak tau kalo Zana hidup."

"Hah?!"

"Keluarga Zana ngira cewek itu udah meninggal."

Arion bisa melihat raut kebingungan dari Andra. Berat hati ia menceritakan segala hal yang terjadi kemarin. Andra dibuat terpaku oleh lelaki berwajah datar itu.

📌📌📌

"Yeay kak Zana bisa pulang!" seru Aura saat dokter sudah keluar dari ruangan. Ia membantu Zana ke kamar mandi untuk mengganti pakaian. Di luar Andra dan Arion sudah menunggu.

"Bang, itu kak Zana bantu ke mobil dulu. Gue mau ambil tas di dalem." pinta Aura pada Andra yang langsung disetujui.

Andra menaik turunkan alisnya pada Zana. "Enak ya, akhirnya balik rumah."

Self Injurlove ( terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang