{ 10 } Kembali

152K 11.9K 685
                                    



Arion meringis melihat cara makan gadis di hadapannya. Seperti orang yang tidak pernah makan bertahun-tahun. Dia menyenderkan punggungnya di kursi.

"Lo nggak makan berapa hari sih? Rakus amat,"

Zana langsung tersedak. Bola matanya naik ke atas menatap Arion, bahkan lekaki itu tak ada niatan memberikan minum setelah membuat Zana begini. Menyebalkan.

"Rakus?" batin Zana meringis. Tanpa ia sadar cara makannya melambat.

Setelah Zana minum dia kembali melirik was-was Arion. "Gue dari rumah lo belum makan..."

Pantas saja. Seharian belum dapat asupan. Lagipula salah sendiri memutuskan pergi dari rumah. Harusnya Arion tidak salah kan, gadis ini yang terlalu terburu-buru. Walau ia mengakui jika tindakannya agak berlebihan, tapi jika perempuan ini bisa berfikir lebih cerdas sedikit maka dia tidak akan memutuskan untuk kabur.

Zana kembali melanjutkan makannya. Dia menyuapkan nasi goreng ke mulutnya dengan lahap. Dan Arion masih setia memperhatikkan.

"Lo... nggak makan?" tanya Zana.

"Gue nggak makan malem. Udah buruan abisin,"

Zana mengangguk patuh. Dia kembali melahap nasi goreng. Sungguh melegakan akhirnya perutnya terisi.

"Pelan-pelan. Kalo kesedak terus mati, gue bisa digantung sama Aura."

Katanya suruh buruan abisin...

Zana menelan ludahnya susah payah. Ini diluar dugaannya. Selain galak lelaki ini bermulut pedas dan terlalu jujur. Sepertinya Zana harus bersiap mental dari sekarang. Dia jadi membayangkan bagaimana nasib Aura selama menghadapi Arion.

Arion meminta Zana agar masuk ke mobil dulu, sementara dia pergi ke kasir untuk membayar total makanan. Sekalian membeli kopi hangat untuk nanti di rumah.

Begitu kembali ke mobil Arion melihat Zana sudah terlelap. Lelaki itu memutar bola matanya.

"Enak banget abis makan langsung molor."

📌📌📌

Di ruang tamu Aura dan Andra masih fokus melihat layar tv yang menayangkan film bawaan Andra dari rumah. Memang sudah rutinitas Andra main ke rumah dengan membawa beberapa film.

Andra sangat dekat dengan keluarga Arion— sejak di bangku SMA. Sama halnya dengan adik Arion. Mereka selalu akrab layaknya adik-kakak. Maka dari itu tidak heran jika melihat Aura lebih kerap bermain dengan Andra.

"Bang, lo udah nonton Rim Of The Worlds belum?"

Andra memakan kripik kentang sambil menggeleng. "Yang main bocah, nggak suka ah."

Aura mendengus. "Kebiasaan banget ngremehin padahal belum liat. Itu film seru abis tau,"

"Enakan film gini, tentang monster." Andra menunjuk layat tv. Lelaki itu masih fokus menonton. "Anjir, bego banget tuh bapak-bapak."

"Gue yakin dia jahat."

"Yang jahat tuh yang cewek, Ra. Lo musti pinter nebak pemain."

Self Injurlove ( terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang